Halaman

Jumat, 17 Desember 2010

BAHAN AJAR
MATAKULIAH ZOOLOGI VERTEBRATA

Tinjauan Mata kuliah
1. Deskripsi Mata kuliah
Dalam mata kuliah ini tercakup materi tentang chordata, pisces, amphibi, raptil, aves dan mamalia
2. Kegunaan Mata kuliah
Mata kuliah ini memberikan manfaat kepada mahasiswa dalam memahami tentang kelompok hewan yaang tergolong dalam chordata dalam hal ini adalah pisces, amphibi, raptil, aves dan mamalia
3. Standar Kompetensi
Setelah menyelesaikan matakuliah ini dalam satu semester, mahasiswa jurusan Biologi semester III, diharapkan mampu menjelaskan tentang chordata, pisces, amphibi, reptil, aves dan mamalia.
4. Susunan Bahan Ajar
Bab 1. Chordata
Bab 2. Pisces
Bab 3. Amphibi
Bab 4. Reptil
Bab 5. Aves
Bab 6. Mamalia
5. Petunjuk Bagi Mahasiswa
a) Sebelum mengikuti perkuliahan hendaknya mahasiswa telah membaca buku yang relevan dengan materi yang akan dibahas pada setiap pertemuan.
b) Ikuti pembahasan setiap topik yang sudah didiskusikan, carilah tambahan bahan yang terbaru yang relevan dengan topik bahasan dari internet dan didiskusikan kembali dalam kelompok-kelompok kecil.
c) Mintalah petunjuk dari dosen jika ada konsep yang belum terselesaikan baik dalam kelompok kecil maupun kelompok klasikal.
d) Kerjakan tugas mandiri yang diberikan pada akhir perkuliahan dan ikuti ketentuan yang disepakati baik isi, teknis maupun batas pemasukan.
e) Ikuti kegiatan praktikum dan masukkan laporan praktikum sesuai batas pemasukan yang telah disepakati.



































BAB I
CHORDATA

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri-ciri chordata, asal usul chordata, klasifikasi chordata.

Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk dalam kelompok chordata.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang chordata.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Zoologi adalah disiplin ilmu dari biologi yang secara khusus mempelajari hewan, baik hewan bertulang belakang (vertebrata) maupun hewan tidak bertulang belakang (invertebrate). Pada buku ini khusus akan di bahas tentang hewan bertulang belakang (vertebrata) atau yang dikenal dengan chordata.
1.1 Ciri-Ciri Chordata
Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan lancelet sampai mamalia. Sifat yang ada pada hewan-hewan yang dimasukkan ke dalam phylum ialah:
1. Adanya chorda dorsalis, pada keadaan embrio, larva atau seumur hidup, chorda dorsalis terjadi dari entoderm primer.
2. Pada dinding pharynx ada sulci pada keadaan embrio, atau lubang-lubang pada keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-lubang ini ialah celah-celah insang.
3. Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau hanya pada keadaan larva. Rongga ini disebut neuroceia.
1.2 Asal Usul Chordata
Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan karakteristik invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan mengenai asal usul Phylum Chordata yaitu:
1. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat pada chordata. Namun, namun mulut anelida itu lalu ada di sebelah dorsal, tidak seperti pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang serupa dengan notokorda atau celah-celah insang.
2. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah ventral.
3. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) tdan larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya ransparan, bersilia eksternal, dengn ruang selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba.

1.3 Klasifikasi Chordata
Di dalam tubuh chordata terdapat celom. Mesoderm yang merupakan dinding celom tersebut berasal dari entoderm primer, sehingga chordata termasuk Enterocelomata bersama Echinedermata. Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:
1. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
2. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
3. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
4. Sub Phylum Vertebrata
Beberapa ahli Zoologi memasukkan sub phylum Sub Phylum Hemichordata Urochordata dan Chepalochordata menjadi satu kelompok yang disebut acrania (a = tidak, cranium = tulang tengkorak) sedangkan sub phylum vertebrata masuk kelompo craniata (otaknya telah dilindungi oleh tulang cranium).
a. Sub Phylum Hemichordata (setengah chordata)
Kedudukan Hemichordata dalam phylum Chordata sulit untuk dibedakan, karena dalam sub phylum ini terdapat beberapa jenis binatang yang mempunyai bentuk seperti cacing.. oleh karena ini dan lain faktor, hemichordates diperlakukan sebagai famili dari echinodermata dan chordata.
1. Anatomi
Badan ialah lunak dan berbentuk silinder seperti cacing. Dataran badan dilapisi epidermis yang terdiri atas satu lapis sel yang mempunyai cilia. Pada badan dapat dibedakan:
• Proboscis, yang berbentuk seperti conus
• Collare, yang berbentuk sebagai leher baju dan menglilingi colum dan basis proboscis.
• Truncus, yang panjang agak pipih.
Sistem cardiovasculer terdiri atas sinus dorsalis, truncus longitudinalis dorsalis, truncus longitudinalis ventralis, glomerolus, dan plexus. Tidak mempunyai alat-alat indera. Tetapi beberapa sel epidermis pada beberapa tempat pada proboscis dan pada tepi cranial collare rupanya bersifat sel-sel sensoris.
Dinding badan terdiri atas jaringan otot. Di dalam proboscis terdapat satu celom yang bermuara keluar melalui satu lubang, ialah porus proboseis. Di dalam collare terdapat dua celom yang dipisah satu dari yang lain oleh suatu sekat median ialah mesenterium dorsale dan menseterium entrale. Juga celom ini bermuara keluar masing-masing melalui porus collare. Celom di dalam proboscis dan di dalam collare dilalui oleh fasciculi jaringan pengikat. Cellom itu dapat diisi dengan air laut melalui pori.
2. Fisiologi
Cellom proboscis dan cellom collare diduga dapat diisi dengan air laut sehingga mengembang dan mengeras. Oleh karenanya dan dengan bantuan gerakan otot tuncus, hewan dapat masuk ke dalam lumpur. Mulut tetap terbuka, sehingga air dan lumpur yang mengandung sisa-sisa organis masuk ke dalam mulut. Air kemudian keluar melalui lubang-lubang, kandung-kandung, celah-celah insang, sisa-sisa organis merupakan makanan dan tanah, dikeluarkan melalui anus.
3. Embrio
Pada Balanoglossusterdapat amphigoni terdapat amphigoni dan gonochorisme. Ovaria dan testes berbentuk sebagai kandung-kandung yang tersusun dalam dua baris. Mereka terdapat di dalam cristae genitales. Mereka bermuara keluar dengan baris pori yang terdapat pada tepi crista genetalis.
Fertilisasi berlangsung ex tern. Perkembangan dapat langsung atau dengan metamorphosis. Pada perkembangan langsung seperti halnya pada Saccoglossus, terjadi pembelahan secara holoblastis dan equal, sehingga terjadi bentuk blastula. Bentuk blastula berubah menjadi bentuk grastula dengan cara invaginasi. Gastroporus kemudian menutup dan entoderm memisah dari ectoderm. Embrio memanjang dan suatu salcus memanjang melingkar terjadi sebagai invaginasi di dalam sulcus. Anus terjadi pada tempat gastroporus.
Sub Phylum Hemichordata dibagi menjadi dua klas dan dua ordo yaitu:
• Class : Enteropneuta, contoh Balanoglossus sp.
• Class : Peterobranchia
• Ordo : Cephalodiscoides, contoh Cephalodiscus sp.
• Ordo : Rhabdopleuridea, contoh : Rhabdopleura, sp.
b. Sub Phylum Urochordata
Terdapat di laut dari daerah tropis sampai kutub pada pantai sampai kedalaman 4.803 m. Beberapa hidup bebas, dan beberapa melekat atau sesil, setelah masa larva yang hidup bebas. Nothocord hewan-hewan ini terdapat pada ekor pada masa larva saja. Bentuk hewan ini bermacam-macam, ada yang kecil ada yang besar. Beberapa hidup secara soliter bererapa hidup secara koloni.
1. Anatomi
Salah satu contoh dari sub phylum Urochordata adalah Ascidia berbentuk sebagai silinder atau bulat memanjang. Pada satu ujung ia melekat pada sesuatu. Tubuhnya ditutup oleh tunica yang dibuat dari cellulose atau tunicin. Ia dibuat oleh cel-cel mesoderm. Tunica melapisi pallium, ialah suatu lapisan yang tersusun dari ectoderm, jaringan pengikat dan serabut-serabut otot, yang terutama berjalan melingkar.
Pada ujung yang bebas terdapat satu lubang yng disebut lubang oral. Pada satu sisi dekat ujung bebas terdapat lubang lain adalah lubang atrul. Pada tepi lubang tersebut pallium berhubungan dengan tunica. Di keliling lubang-lubang tersebut di dalam pallium ada otot spinecter yang kuat.
Oral dari crista peripharyngealis yang oral, terdapat suatu lingkaran tenrakel-tentakel kecil. Diduga bahwa pada tentakel-tentakel ini ada sel-sel indra yang berfungsi sebagai chemore\eseptor. Esophagus mulai dari dasar saccus branchialis dan bermuara ke dalam ventriculus yang melebar. Ventriculus melanjutkan diri ke dalam intestinum. Intestinum bermuara melalui anus ke dalam atrium dekat lubang atrist.
Pada Ascidia ada hermaproditisme protogyni. Ovarium dan testis berlekatan, dikelilingi oleh intestinum. Oviduct dan ductus deferens berjalan mengikuti intestinum dan bermuara ke dalam atrium dekat anus.
2. Fisiologi
Makanan berupa plankton-plankton kecil masuk ke dalam pharynx. Plankton ini terjerat oleh getah yang pekat yang berasal dari sel-sel kelanjar yang berasal dari endostyle, dan dialirkan oleh gerakan silia pada endostyle, cristae epicaryngeales dan lamina dorsalis ke lubang esophagus, lalu mengalir melalui stigmata di mana terjadi pertukaran gas antara darah dan air. Kontraksi cor ialah secara peristaltik dengan arah yang berganti-ganti, sehingga aliran darah juga berganti-ganti.
Kelompok sel-sel besar dengan gelembung-gelembung besar yang mengandung asam urat diduga berfungsi sebagai alat exskresi. Juga diduga bahwa grandula neurelaris berhubungan dengan exkresi. Pada tentakel di dalam lubang mulut diduga ada sel-sel yang berfungsi sebagai chemoreceptor. Juga diduga bahwa tuberculum dorsale merupakan suatu alat indera. Pada keadaan protogyni, ovarium berfungsi dulu, kemudian testis. Oleh karenanya dapat terjadi autofertilisasi.
3. Embrio
Fertilisasi berlangsung extern. Pembelahan terjadi sampai terjadi bentuk blastula. Bentuk blastula ialah pipih dengan sel-sel, yang membentuk ectoderm yang agak cembung di atas dan sel-sel yang embentuk entoderm yang agak cekung di bawah. Sel-sel ectoderm memperbanyak diri lebih cepat, sehingga mereka lebih kecil. Bentuk gastrula terjadi kebanyakan dengan cara invanigasi epibolis. Pada cara ini sel-sel ectoderm terus memperbanyak diri lebih cepat, sehingga entoderm makin lama makin cekung dan ectoderm meluas menutupi entoderm. Blastocela menghilang dengan mendalamnya cekung terjadilah bentuk gastrula dengan archenteron dan gastoporus. Gastoporus kemudian mengecil dan terletak pada ujung caudal sebelah dorsal atau atas. Embryo kemudian memanjang, sebelah atau lebih mendata, padahal sebelah bawah atau ventral tetap cembung.
Pada tahap metamorphosis, jumlah stigmata (lubang insang) bertambah, ekor serta chordata dorsalis dan bagian caudal medulla spinalis menghilang. Bangunan-bangunan yang dipandang mata dan otocyt serta kandungan alat indera menghilang, bagian cranial medulla spinalis menjadi suatu ganglion dan dan gonades serta saluran mereka terjadi antara ventriculus dan intestenum dari mesoderm.
Bagian tubuh antara bagian yang melekat dan mulut tumbuh cepat sehingga tubuh memutar mencapai 1800 dengan mulut dan lubang atrial terdapat pada ujung yang bebas. Akhirnya papillae adhesivae menghilang dan seluruh tubuh dikelilingi oleh tunica.
Subphylum Urochordata dibagi dalam classes dan ordines sebagai berikut:
• Class Larvaceae, contoh: Appendicularis sp.
• Class Ascidiaceae, contoh: Ascidiaceae sp
• Class Thalliaceae, contoh: Thalliaceae sp.
• Ordo Enterogona, contoh: Ascidia intestinalis
• Ordo Pleurogona, contoh: Botryllus violaceus
• Ordo Doliolida, contoh : Doliolum denticulatum
• Ordo Salpida, contoh: Salpa
• Ordo Pyrosomida, contoh: Pyrosoma giganteum
Berikut ini adalah contoh-contoh dari anggota subphylum Urochordata : Botryllus schlosseri
c. Subphylum Chepalochordata
Bentuk seperti ikan dan meliputi 30 species dan diantara yang terkenal adalah Amphioxus dan Lancelet. Hewan ini biasanya menguburkan diri dalam pasir yang bersih di dasar tepi laut yang aman dengan mencuatkan bagian anteriornya. Di dalam air biasanya berenang lincah sekali. Sebutan Lancelet disebabkan ujung akhir tubuh runcing. Ciri Chordata pada chepalochordata jelas sekali bila dibandingkan dengan Sub Phylum Hemichordata dan Tunicata.
1. Anatomi
Badan panjangnya tidak melebihi 5,8 cm. Ia adalah runcing pada kedua ujung. Ujung cranial disebut rostum. Pada tepi dorsal terdapat suatu lipatan median longitudinal, ialah sirip dorsal yang melanjutkan diri ke caudal sebagai sirip caudal yang kemudian melanjtkan diri ke venral cranial sampai dimana penampang melintang badan menjadi segitiga, sebagai sirip ventral. Ada 2/3 bagian cranial badan tidak ada sirip ventral tetapi pada batas antara dataran lateral dan dataran ventral terdapat suatu lipatan yang disebut metapleura.
Ada 100 celah-celah insang atau lebih. Mereka ialah memanjang ke arah entrodorsal atau agak miring. Septa interbranchiala yang memisahkan celah-celah insang satu dari yang lain, disebelah dalam dilapisi oleh sel-sel ephitelium pendek dan tidak bercilia yang berasal dari ectodermal.
Pembuluh-pembuluh darah Amphioxus ialah semua dari satu macam, tetapi oleh kaena ada homologinya pada pembuluh-pembuluh darah craniata, beberapa dari mereka disebut arteriae dan beberapa venae.
Pada Amphioxus terdapat gonochorisme, tetap bentuk hewan jantan dan hewan betina ialah sama, sehingga tidak ada dimorphisme. Gonades berbentuk sebagai kandung-kandung sejumlah 26 pasang yang tersusun antara dinding badan dan dinding lateral atrium, di daerah pharyngeal dan post-pharyngeal. Gonades tidak mempunyai saluran keluar. Bila sel-sel kelamin masak, sel-sel tersebut menembus dinding lateral aerom dan datang di dalam atrium untuk kemudian keluar melalui actoporus.
2. Fisiologi
Interaksi satu myomer, menyebabkan badan membengkok pada tempat myomer itu. Bila kontraksi myomer-myomer itu terjadi berturut-turut dari canial ke caudal dan berganti-ganti kanan dan kiri, terjadi gerakan mengelombang dari tubuh cranial ke caudal.
3. Embrio
Fertilisasi berlangsung extern. Pembelahan melalui meridional, kemudian sampir equatorial, sehingga terjadi micromer dan macromer dan terjadi bentuk morula. Kemudian terjadi bentuk blastula disusul oleh bentuk glastula. Bentuk glastrula terjadi oleh karena adanya invaginasi secara epiboli. Bentuk gastrula semula berbentuk seperti piring, tetapi kemudian archenteron mendalam dan gastoporus mengecil dan terdapat pada ujung yang akan menjadi ujung caudal, di datran yang akan menjdi dataran dorsal. Dataran ini mendatar padahal dataran yang akan menjadi dataran ventral tetap melengkung. Pada sel-sel ectoderm terdapat cilia. Kemudian seperti halnya pada Urochordata, ectoderm di sebelah dorsal, cranial dan gastropopus, menjadi lamina medullaris.
Sub Phylum Chepalochordata hanya terdiri atas satu class, ialah:
Class: Cephalochordata
Klasifikasi selanjutnya ialah sebagai berikut:
Ordo : Branchiostomidae
Familia : Branchiostomidae
Contoh : Amphioxus lanceolatus
Ordo : Amphioxidia
Famili : Amphioxididiae
Contoh : Amphioxides sp.
c. Sub Phylum Vertebrata
Semua hewan yang tergolong vertebrata memiliki otak yang relatif besar dilindungi oleh tulang cranium. Penyokong tubuh yang merupakan sumbu yang tersusun atas ruas-ruas tulang yang disebut columna vertebralis. Tubuh terbagi atas kepala, leher, bdan dan ekor. Hampir semua alat mengalami kemajuan baik dalam struktur maupun fungsinya, kecuali bentuk dari notochord, neverchord dan celah-celah insang.
Sub phylum vertebrata dibagi atas dua super kelas yang terdiri atas 8 kelas, yakni
1. Super Kelas I : Pisces
a. Kelas Agnatha
b. Kelas Placodermata
c. Kelas Chondroichtyes
d. Kelas Osteichtyes
2. Super Kelas II : Tetrapoda
a. Kelas Amphibi
b. Kelas Reptil
c. Kelas Aves
d. Kelas Mamalia

Rangkuman
Hewan yang termasuk chordata adalah semua hewan yang memiliki penyokong tubuh dalam, mulai dari tingkat sederhana berbentuk seperti cacing (Tunicata), ikan lancelet sampai mamalia. Teori-teori tentang asal usul Chordata disusun berdasarkan karakteristik invertebrata dan kordata rendah. Ada 3 teori yang dapat dikemukakan mengenai asal usul Phylum Chordata yaitu teori Anelid, teori Araknid dan teori Ekinodermika.
Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:
1. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
2. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
3. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
4. Sub Phylum Vertebrata
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan ciri-ciri dari hewan chordata
2. Jelasakan 3 teori asal usul chordata
3. Sebutkan klasifikasi dari phylum chordata
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
 Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
 Aktif dalam diskusi
 Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Ciri-ciri chordata
a. Adanya chorda dorsalis, pada keadaan embrio, larva atau seumur hidup, chorda dorsalis terjadi dari entoderm primer.
b. Pada dinding pharynx ada sulci pada keadaan embrio, atau lubang-lubang pada keadaan larva atau seumur hidup. Lubang-lubang ini ialah celah-celah insang.
c. Di dalam pusat susunan saraf ada rongga, seumur hidup atau hanya pada keadaan larva. Rongga ini disebut neuroceia.
2. Teori asal usul chordata
a. Teori Anelid
Baik anelida maupun Chordata bersifat bilateral simetris dan bersegmen. Organ-organ ekskresi bersegmen, selom tumbuh baik, ada korda saraf di pembuluh-pembuluh darah longitudinal. Apabila pada anelida kita menempatkan korda sarafnya di sebelah dorsal saluran pencernaan, maka tipe aliran darahnya akan sama dengan yang terdapat pada chordata. Namun, namun mulut anelida itu lalu ada di sebelah dorsal, tidak seperti pada chordata yang mulutnya di sebelah ventral. Demikian pula berbagai hubungan dorsoventral akan berubah. Lebih-lebih lagi, annelida itu tidak mempunyai struktur yang serupa dengan notokorda atau celah-celah insang.
b. Teori Araknid
Persamaanya adalah pada eurypterid (artropoda zaman Paleozoik) dan ostracoderm (chordata pada zaman purba), yaitu adanya eksoskeleton dorsal, namun demikian, kordata tidak mempunyai apendiks-apendiks seperti pada artopoda, dan korda sarafnya terletak sebelah dorsal. Sedangkan pada artopoda, korda sarafnya ada di sebelah ventral.
c. Teori Ekinodermika
Larva tornaria dari cacing lidah Soccoglossus sp. (anak filum Hemichordata) tdan larva bipinnaria dari echinodermata, semuanya ransparan, bersilia eksternal, dengn ruang selom, dan mempunyai porus dorsal. Dahulu memang terjadi kekeliruan, yaitu larva cacing lidah itu diidentifikasi sebagai Asterius sp. Sebuah hipotesis pernah dikemukakahn, bahwa larva echinodermata→larva hemichordata→larva tunikata→amfioksus→ostracoderm. Jika hipotesis itu benar, maka tidak ada lagi kemungkinan akan ditemukan fosil chordata purba.
3. Klasifikasi chordata
Phylum chordata ini dibagi atas 4 sub phylum yaitu:
a. Sub Phylum Hemichordata (hemi = setengah)
b. Sub Phylum Urochordata (oura = ekor) atau tunicata
c. Sub Phylum Chepalochordata (Chepale = kepala)
d. Sub Phylum Vertebrata
Beberapa ahli Zoologi memasukkan sub phylum Sub Phylum Hemichordata Urochordata dan Chepalochordata menjadi satu kelompok yang disebut acrania (a = tidak, cranium = tulang tengkorak) sedangkan sub phylum vertebrata masuk kelompo craniata (otaknya telah dilindungi oleh tulang cranium).


e. Referensi
1. Anonim. 2009. Phylum Chordata. (Diakses tanggal 31 November 2009, http://zaifbio.wordpress.com/2009/01/30/phylum-chordata/)

2. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.

3. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.

4. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.


5. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

e. Senarai
1. Hemichordata = (hemi = setengah)
2. Urochordata = (oura = ekor)
3. Cephalochordata = (Chepale = kepala)
















BAB II
PISCES
A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri khusus pisces, ciri karakteristik kelas agnatha, ciri karakteristik kelas chondroichtyes, ciri karakteristik kelas osteichtyes.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk dalam kelompok pisces.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang pisces.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Pisces atau ikan adalah anggota vertebrata poikilotermik (berdarah dingin)[1] yang hidup di air dan bernapas dengan insang. Ikan merupakan kelompok vertebrata yang paling beraneka ragam dengan jumlah spesies lebih dari 27,000 di seluruh dunia. Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Dalam buku Ichtyologi, karangan Lagler dkk, dicantumkan bahwa dalam Jordan (1923), ikan-ikan yang masih hidup sampai sekarang dikelompokkan menjadi tiga kelas; Marsibranchii, Elasmobranchii dan Pisces. Menurut regan (1929) ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga tiga kelas; Marsiphobranchii, selachii dan Pisces. Sedang menurut Berg (1940) ikan-ikan yang masih hidup dikelompokkan menjadi enak kelas; Petromyzontes, Myxini, Elasmobranchii, Holocephali, Dipnoi dan Telostomi. Menurut Romer (1959), ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga kelas; Agnatha, Chondroichtyes, dan Osteichtyes.
Ikan memiliki bermacam ukuran, mulai dari paus hiu yang berukuran 14 meter (45 ft) hingga stout infantfish yang hanya berukuran 7 mm (kira-kira 1/4 inci). Ada beberapa hewan air yang sering dianggap sebagai "ikan", seperti ikan paus, ikan cumi dan ikan duyung, yang sebenarnya tidak tergolong sebagai ikan.
Ikan dapat ditemukan di hampir semua "genangan" air yang berukuran besar baik air tawar, air payau maupun air asin pada kedalaman bervariasi, dari dekat permukaan hingga beberapa ribu meter di bawah permukaan. Namun, danau yang terlalu asin seperti Great Salt Lake tidak bisa menghidupi ikan. Ada beberapa spesies ikan dibudidayakan untuk dipelihara untuk dipamerkan dalam akuarium.
2.1 Ciri Khusus Pada Pisces
a. Bagian-Bagian Badan Ikan
Pada garis besarnya tubuh ikan dapat dibagi atas menjadi tiga bagian, yakni kepala, badan dan ekor. Lebih jelasnya bagian tubuh ikan dapat dilihat pada Gambar 1.

Gambar 1. Bagian-Bagian Badan Ikan
b. Bentuk Tubuh Ikan
Ikan sebagai hewan air memiliki beberapa mekanisme fisiologis yang tidak dimiliki oleh hewan darat. Perbedaan habitat menyebabkan perkembangan organ-organ ikan disesuaikan dengan kondisi lingkungan. Misalnya, sebagai hewan air ikan harus dapat mengetahui kekuatan maupun arus laut, karenanya ikan dilengkapi dengan organ linea lateralis.
Menurut Saanin (1968), untuk mengidentifikasi ikan harus diperhatikan sifat-sifat, tanda-tanda, dan bentuk atau bagian dari tubuh ikan. Sirip ikan adalah hal pertama yang harus diperhatikan dalam proses identifikasi. Setelah itu, perbandingan antara panjang, lebar, tinggi bagian tubuh ikan. Bentuk garis rusak dan jumlah sisik yang membentuk garis rusak, bentuk gigi beserta susunannya, dan tulang insang juga perlu diperhatikan.
Jenis-jenis ikan dasar perairan memiliki paling banyak keragaman bentuk diantara jenis ikan lainnya untuk beradaptasi. Kebanyakan mereka berkepala gepeng dengan bentuk mulut bermacam-macam, tergantung dari letak makanannya. Sirip yang paling banyak berperan adalah sirip perut untuk menjaga keseimbangan tubuh pada saat berada pada dasar perairan. Pergerakan yang dilakukan sangat minim, sehingga sirip-sirip lainnya tidak begitu berperan (Moyle dan Cech, 1988, disintasi oleh Yustiana, 2004).
Bentuk predator aktif adalah bentuk ikan yang paling banyak dikenal orang, yaitu dengan bentuk mulut diujung kepala dan ekor bulan sabit. Umumnya dapat bergerak sangat cepat untuk bermigrasi dan menangkap mangsa, misalnya adalah ikan tuna, hiu, dan kakap (Raharjo dan Sanusi, 1982).
Menurut Raharjo (1980), secara garis besar bentuk-bentuk tubuh ikan dapat dikelompokkan kedalam bentuk sebagai berikut :
1. Pipih mendatar
Bentuk ini umumnya terdapat pada ikan yang berbentuk lidah dan tergolong sebagai ikan non bilateral simetri.
2. Terpedo/Streamline
Tinggi tubuh ikan hampir sama dengan lebarnya dan kedua ujungnya hampir meruncing apabila jenis ikan ini dilihat dari depan maka akan menyerupai lingkaran yang sempurna.

3. Pipih (Compressed)
Tubuh ikan berbentuk pipih tetapi tidak berbentuk datar, mulai dari kepala sampai batang ekor. Lebar tubuhnya lebih pendek dari tingginya, ikan tersebut berbentuk pipih secar vertikal.
4. Pipih (Depressed)
Tubuh ikan berbentuk pipih secara horizontal, lebar tubuh lebih panjang dari tingginya. Contohnya adalah ikan pari (Aetobatis narinari).
5. Bentuk ular
Tubuh ikan berbentuk bulat memanjang seperti ular dengan ukuran panjang tubuh dapat mencapai duapuluh kali tingginya. Contohnya adalah Congresox talabon
6. Bentuk pipa
Tubuh ikan ini berbentuk bulat panjang seperti bentuk pipa. Contohnya adalah ikan Snipeel/cucut telinga buaya.
7. Bentuk pita
Tubuh ikan berbentuk pipih mendatar, memanjang ke belakang, dan hampir menyerupai bentuk pita. Contohnya adalah ikan layur (Trichiurus savala).
8. Bentuk panah
Tubuh ikan berbentuk seperti anak panah, kepala lancip atau meruncing, badan memanjang kebelakang dengan bentuk yang hampir seimbang dan ekor bercagak. Contohnya adalah ikan alu-alu/todak (Sphyraena jello)
9. Bentuk Bola
Apabila sedang mengembang, bentuk tubuhnya akan menyerupai bola. Contohnya adalah ikan buntal (Diodon histrik)
10. Bentuk Kotak
Bagian kepala dan badan ikan hamper menyerupai kotak segi empat. Contohnya adalah ikan buntal (Tetraodon Sp.).
11. Bentuk kepala picak dan badan pipih (bentuk seperti lele)
Ikan ini mempunyai bentuk kepala hamper pipih mendatar secara horizontal dan badannya berbentuk compressed. Contohnya adalah ikan lele (Clarias batrachus).


c. Bentuk Sisik Ikan
Sisik secara umumnya berarti semacam lapisan kulit yang keras dan berhelai-helai. Dalam ilmu zoologi, sisik (Ingg. scale, Gr. lepid, dan Lat. squama) umumnya merujuk kepada keping-keping kecil yang kaku, yang tumbuh di kulit binatang sebagai pelindung tubuhnya. Ada beberapa macam sisik ikan yang dikenal, yakni:
1. Sisik kosmoid (cosmoid); Sisik kosmoid yang sesungguhnya hanya dijumpai pada ikan-ikan bangsa Crossopterygi yang telah punah. Sisik ini berlapis-lapis, di mana lapisan terdalam terbangun dari tulang yang memipih. Di atasnya berada selapis tulang yang berpembuluh darah, dan di atasnya lagi, selapis bahan serupa email gigi yang disebut kosmin (cosmine). Kemudian di bagian terluar terdapat lapisan keratin. Ikan coelacanth memiliki semacam sisik kosmoid yang telah berkembang, yang kehilangan lapisan kosmin dan lebih tipis dari sisik kosmoid sejati.
2. Sisik ganoid; Sisik-sisik ganoid ditemukan pada ikan-ikan suku Lepisosteidae dan Polypteridae. Sisik-sisik ini serupa dengan sisik kosmoid, dengan sebuah lapisan ganoin terletak di antara lapisan kosmin dan enamel. Sisik-sisik ini berbentuk belah ketupat, mengkilap dan keras.
3. Sisik plakoid; Sisik-sisik plakoid dimiliki oleh ikan hiu dan ikan-ikan bertulang rawan lainnya. Sisik-sisik ini memiliki struktur serupa gigi.
4. Sisik leptoid; Sisik-sisik leptoid didapati pada ikan-ikan bertulang keras, dan memiliki dua bentuk. Yakni sisik sikloid (cycloid) dan ktenoid (ctenoid).
5. Sisik sikloid; Sisik-sisik sikloid memiliki tepi luar yang halus, dan paling umum ditemukan pada ikan-ikan yang lebih primitif yang memiliki sirip-sirip yang lembut. Misalnya adalah ikan-ikan salem dan karper.
6. Sisik ktenoid; sisik ini bergerigi di tepi luarnya, dan biasanya ditemukan pada ikan-ikan yang lebih ‘modern’ yang memiliki sirip-sirip berduri (lebih jelasnya lihat Gambar 2.)
Sejalan dengan pertumbuhannya, sisik-sisik sikloid dan ktenoid terus bertambah lingkaran tahunnya. Sisik-sisik ini tersusun di tubuh ikan seperti genting, dengan arah menutup ke belakang. Dengan demikian memungkinkan aliran air yang lebih lancar di sekeliling tubuh dan mengurangi gesekan.
Bentuk, ukuran dan jumlah sisik ikan dapat memberikan gambaran bagaimana kehidupan ikan tersebut. Umumnya tipe ikan perenang cepat atau secara terus menerus bergerak pada perairan berarus deras mempunyai tipe sisik yang lembut, sedangkan ikan-ikan yang hidup di perairan yang tenang dan tidak berenang secara terus menerus pada kecepatan tinggi umumnya mempunyai tipe sisik yang kasar.








a b





c d
Gambar 2. Tipe-Tipe Sisik Ikan (Ctenoid, cycloid, Ganoid, Placoid)
Pada sisik ikan dikenal istilah garis rusuk (linea lateralis) yaitu gambaran seperti garis yang terdapat pada kedua sisi tubuh ikan, dibentuk oleh deretan pori-pori pada sisik-sisik. Pori ini menandai letak sel-sel sensoris di dalam sistem acusticol-lateralis yang berfungsi untuk mengetahui tekanan air. Cara menghitung sisik pada ikan adalah sebagai berikut.
1) Jumlah sisik pada gurat sisi merupakan jumlah pori-pori pada gurat sisi atau jika gurat sisi tidak sempurna atau tidak ada, maka jumlah sisik yang dihitung adalah jumlah sisik yang biasa ditempati gurat sisi atau disebut deretan sisik sepanjang sisi badan. Penghitungan sisik ini dimulai dari sisik yang menyentuh tulang bahu hingga pangkal ekor.
2) Jumlah sisik melintang badan merupakan jumlah baris sisik antara gurat sisi dan awal sirip punggung atau sirip punggung pertama dan antara gurat sisi dan awal sirip dubur. Sisik yang terdapat di depan awal sirip punggung dan sirip dubur dihitung ½.
3) Jumlah sisik di depan sirip punggung meliputi semua sisik di pertengahan punggung antara insang dan awal sirip punggung.
4) Jumlah sisik di sekeliling batang ekor meliputi jumlah baris sisik yang melingkari batang ekor pada bidang yang tersempit.
5) Jumlah sisik di sekeliling dada merupakan jumlah sisik di depan sirip punggung yang melingkari dada.
d. Bentuk Mulut Ikan
Bentuk-bentuk mulut pada ikan terletak pada bagian ventral atau terletak pada terminal. Bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut (lihat Gambar 3). Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikanikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton.
Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel.

Gambar 3. Bentuk-Bentuk Mulut Ikan
e. Bentuk Sirip Ekor Ikan
Sirip ikan pada umumnya ada yang berpasangan dan ada yang tidak. Sirip punggung, sirip ekor, dan sirip dubur disebut sirip tunggal atau sirip tidak berpasangan. Sirip dada dan sirip perut disebut sirip berpasangan. Macam-macam sirip ekor dapat dibedakan berdasarkan bentuk sirip tersebut.
Bentuk sirip ekor ikan ada yang simetris, apabila lembar sirip ekor bagian dorsal sama besar dan sama bentuk dengan lembar bagian ventral, ada pula bentuk sirip ekor yang asimetris yaitu bentuk kebalikannya. Deskripsi dari bentuk-bentuk sirip ikan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Bentuk membulat; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
b. Bentuk bersegi atau tegak; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
c. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal; apabila terdapat lekukan dangkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
d. Bentuk bulan sabit; apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
e. Bentuk bercagak; apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
f. Bentuk meruncing; apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh ikan belut (Monopterus albus).
g. Bentuk lanset; apabila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
Ikan tulang rawan dan ikan tulang keras pada dasranya mempunyai sirip pektoral dan sirip pelvik berpasanagn ditambah sebuah sirip medial dan sirip kaudal. Ekor ikan tulang rawan dalam hal ini adalah ikan hiu pada umumnya bertipe heteroserkal, sedangkan pada ikan tulang keras terdapat banyak perbedaan bentuk, posisi, maupun jumlah sirip (lihat Gambar 4).

Gambar 4. Tipe-Tipe Sirip Ekor Ikan
Beberapa ikan ada yang memiliki satu atau dua sirip punggung. Pada ikan bersisirp punggung tunggal, umumnya jari-jari bagian depan (1-40) tidak bersekat dan mengeras, sedangkan jari-jari dibelakangnya lunak atau bersekat dan umumnya bercabang. Pada ikan yang memiliki dua sirip punggung, bagian depannya terdiri dari duri dan yang kedua terdiri dari duri di bagian depan diikuti oleh jari-jari lunak atau bersekat umumnya bercabang. Pada beberapa famili (suku) dua sirip punggungnya mungkin bersatu atau bergabung.

f. Bentuk Rangka Tulang Ikan
Berdasarkan strukturnya, rangka ikan ada 2 macam, yakni rangka tulang rawan, pada ikan-ikan Elasmobranchii (cucut dll) dan rangka tulang benar, pada ikan-ikan Teleostei (pada umumnya ikan-ikan).
Berdasarkan letaknya, terdiri atas tulang tengkorak, tulang punggung dan tulang rusuk disebut rangka visceral tulang penyokong insang disebut rangka appendicular tulang penyokong sirip. Tulang-tulang penutup insang terdiri atas operculum, sub operculum – di bawah, pre operculum – di depan, dan interculum – diantara (lihat Gambar 5).











Gambar 5. Rangka Tulang Ikan

2.2 Ciri Karakteristik Kelas Agnatha
Kata Agnatha berasal dari kata (A = tidak , Gnathos = rahang ). Hewan yang termasuk Agnatha merupakan ikan primitif belum punya rahang . Hidup secara parasit ataupun pemakan bangkai (Scavanger ) .Bentuknya mirip seperti belut yang memiliki mulut pengisap bundar.
Ciri-ciri ikan yang termasuk dalam kelas Agnatha.
a. Badannya memanjang berbentuk silinder sedangkan ekornya pipih . Kulitnya licin tanpa sisik , dilengkapi kelenjar lendir (mucus ) . Siri tengah dorsal disokong oleh tulang-tulang sirip (tulang rawan ).

b. Matanya ada sepasang
c. Mulutnya ventro anterior dan merupakan mulut pengisap , dipingiran terdapat tentakel.
d. Kanong hidung terdapat disebelah tengah atas dan jumlahnya hanya satu
e. Tengkorak kepala dan lengkung insang (viceral ) terdiri dari tulang rawan dan notochord masih didapati dilengkapi archus neuralis yang tidak sempurna.
f. Jantung terdiri dari dua ruang ( seranbi dan bilik ) . Darah merah berbentuk bulat-bulat dan berinti juga memiliki butir-butir darah putih.
g. Insang terdiri dari 6 sampai 14 pasang terdapat di sisi pharynx berbentuk kantong.
h. Ginjalnya sepasang bermuara di papil urogenitalis.
i. Temperatur tubuhnya tridak tetap (poikilothermus).
j. Alat kelamin atau (gonad ) sebuah tidak memiliki saluran kepapilla urogenitalis . Pembuahan terjadi di luar tubuh . Telur yang sudah dibuahi menetas menjadi larva (= ammocoete = pride ) dan ada yang langsung menjadi hewan (anak ) - dewasa.
k. Otaknya berkembang naik , dengan 8 atau 10 pasang saraf cranial .
l. Mempunyai alat pendengar dengan 1 atau 2 bentuk saluran setengah lingkaran.
m. Mempunyai indra pembau.
Kelas ini mencakup satu subkelas Cyclostomata dengan dua ordo, yakni Myxniformes dengan satu famili Myxinidae (contoh spesies Myxin glutinosa) dan Petromyzontiformes dengan satu famili Petromyzontidae (contoh spesies Petromyzon marinus). (Lihat Gambar 6)







Gambar 6. Myxin glutinosa dan Petromyzon marinus


2.3 Ciri Karakteristik Kelas Chondroichtyes
Chondrichthyes atau ikan bertulang rawan adalah ikan berahang, mempunyai sirip berpasangan, lubang hidung berpasangan, sisik bertipe plakoid atau tanpa sisik, celah insang 5 atau 7 pasang, jantung beruang dua, dan rangka yang terdiri atas tulang rawan bukan tulang sejati. Rangkanya bertulang rawan. Notokorda, yang ada pada yang muda, lambat laun digantikan oleh tulang rawan. Chondrichthyes juga tidak punya rusuk, maka jika mereka keluar dari air, berat tubuh dari spesies besar dapat menghancurkan organ dalam mereka sendiri lama sebelum mereka lemas.
Karena tidak memiliki sumsum tulang, sel darah merah diproduksi di limpa dan jaringan khusus di kelaminnya. mereka juga menghasilkan organ yang disebut Organ Leydig yang hanya ditemukan pada ikan bertulang rawan, meski beberapa tidak memilikinya. Organ unik lain adalah organ epigonal yang mungkin berperan dalam sistem kekebalan. Subkelas Holocephali, grup yang sangat terspesialisasi, tidak mempunyai kedua organ ini.
Kelas Chondroichtyes dibagi menjadi dua subkelas, yakni Elasmobranchii (hiu, pari dan skate) dan Holocephalii (kimera, kadang-kadang disebut hiu hantu, dan kadang dipisahkan menjadi kelas tersendiri).
a. Subkelas Elasmobranchii
Kelompok ini memiliki ciri-ciri celah insang 5-7 pasang, tanpa tutup insang, mempunyai operculum, dan mempunyai kloaka. Subkelas ini mencakup dua ordo, yakni
1. Ordo Squaliformes
Ordo Squaliformes memiliki ciri-ciri, yaitu celah insang pada sisi lateral kepala, tepi anterior sirip dada tidak melekat pada sisi tubuh. Orod ini mencakup 13 famili yang salah satu contohnya famili squalidae dengan contoh spesies Squalus acanthias (Gambar 7).

Gambar 7. Ikan Hiu
2. Ordo Rajiformes (Hypotremata)
Ordo Rajiformes memiliki ciri yaitu celah insang pada sisi ventral kepala, tepi anterior sirip dada berlekatan dengan sisi-sisi kepala dan badan. Ordo ini mencakup 7 famili, yang salah satu diantaranya famili Rajidae dengan contoh spesies Raja erinaceae (Gambar 8).

Gambar 8. Morfologi Ikan Pari
b. Subkelas Holocephalii
Kelompok ini memiliki ciri-ciri, yaitu insang 4 pasang terletakpada sisi-sisi kepala tertutup oleh tutup insang, dengan celah insang satu pasang, tanpa sisik, tanpa spirakulum, tanpa kloaka, tepi anterior sirip dada tidak melekat pada tubuh. Subkelas ini mencakup satu ordo Chimaeriformes dan satu famili Chemaeridae dengan contoh spesies Chimaera monatrosa (lihat Gambar 9).

Gambar 9. Ikan Chimaera monatrosa
2.4 Ciri Karakteristik Kelas Ostheichtyes
Kelompok Osteichthyes ini memiliki kerangka yang tersusun dari tulang keras yang mengandung matriks kalsium fosfat. Ciri-ciri lainya adalah :
a. mulut terdapat di bagian depan tubuh
b. celah insang satu di masing-masing sisi kepala
c. sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah
d. kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit
e. adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak
f. sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh
g. usus panjang dan ramping menggulung
h. fertilisasi terjadi di luar
i. mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar
Kelompok ikan ini hidup di laut dan dihampir setiap habitat air tawar.Osteichthyes mencakup subkelas Brachiopterygii dan subkelas Sarcopterygii (Yunani, sarkodes = berdaging) dan subkelas Actinopterygii (yunani, aktin = berkas, pteryg = sirip).
1. Subkelas Brachiopterygii
Kelompok ini memiliki tubuh yang tertutup oleh sisik tebal berbentuk jajaran genjang, pangkal sirip menyempit dan tertutup oleh sisik-sisik, sirip punggung tersusun atas 8 atau lebih lembaran-lembaran sirip berjejer ke belekang, masing-masing dengan satu spina di bagoian depan, ekor bertipe diphycercal, gelembung udara sperti paru-paru. Contoh spesies adalah Polypterus bichir (Lihat Gambar 10).

Gambar 10. Polypterus bichir
2. Subkelas Sarcopterygii
Kelompok ini memiliki sirip dada dan sirip pelvis yang berotot.Sirip ini digunakan untuk berjalan d dasar perairan atau darat.Ikan yang termasuk kelompok ini adalah ikan bersirip lobus dan ikan paru-paru (lungfish).Contoh ikan bersirip lobus adalah coelancanth dengan nama spesies Latimeria chalumnae (lihat Gambar 11).Ikan paru-paru hidup di rawa dan kolam.Ikan paru-paru akan naik kepermukaan untuk bernapas. Jika perairan mengering saat musim kemarau, ikan paru-paru bersarang dalam lumpur.

Gambar 11. Latimeria chalumnae
3. Subkelas Actinopterygii
Kelompok ini memiliki sirip yang ditunjang oleh duri panjang yang lentur sehingga disebut kelompok ikan bersirip duri, tanpa lubang hidung yang bermuara di dalam mulut, tulang-tulang radius di dalam bonggol sirip yang berpasangan tidak tersusun dalam dua deret. Subkelas ini mencakup sejumlah ordo, yakni :
a. Ordo Acipenseriformes
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni tubuh tertutup oleh lima baris kepingan tulang, moncong memanjang, sirip ekor heterocercal. Ordo ini mencakup famili Acipenseridae dengan contoh spesies Acipenser orcyrhynchus (lihat Gambar 12).

Gambar 12. Acipenser orcyrhynchus
b. Ordo Amiiformes
Ordo ini memiliki ciri sirip ekor heterocercal pendek, tulang-tulang radius berlekatan dengan scapulo-coracoid yang serupa tulang rawan. Ordo ini memiliki satu famili Amiidae dengan contoh spesies Amia calva (lihat Gambar 13).

Gambar 13. Amia calva
c. Ordo Lepidosteiformes
Ordo ini memiliki ciri kulit bersisik ganoid yang berbentuk rhomboid, moncong sangat memanjang dan pada ujungnya terdapat lubang hidung, sirip ekor heterocercal pendek. Ordo mencakup satu famili Lepidosteidae dengan contoh spesies Lepisosteus osseus (lihat Gambar 14).

Gambar 14. Lepisosteus osseus

d. Ordo Clupeiformes
Ordo ini memiliki ciri-ciri sisik-sisik bertipe sikloid, sirip ekor homocercal, sirip punggung dan sirip dubur tanpa spina. Ordo ini mencakup 29 famili diantaranya famili Clupeidae dengan contoh spesies Clupea harengus (lihat Gambar 15).

Gambar 15. Clupea harengus
e. Ordo Scopeliformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip dorsal dan sirip anal tanpa spina, terdapat sirip dorsal kedua, mulut besar dan dilengkapi dengan gigi-gigi yang kecil yang jumlahnya banyak, memiliki alat penerangan. Contohnya adalah Harpodon nehereus (lihat Gambar 16).

Gambar 16. Harpodon nehereus
f. Ordo Cyprinoformes
Ordo ini memiliki ciri, gelembung udara berhubungan dengan esofagus dengan perantaraan suatu saluran, sirip-sirip tanpa spina atau dengan satu spina pada tiap sirip punggung, sirip dada atau sirip ekor, sirip perut terletak di daerah abdomen. Ordo ini mencakup subordo Cyprinoidea dengan 5 famili diantaranya famili Cyprinidae dengan contoh spesies Cyprinus carpio serta subordo Siluroidea dengan 17 famili diantaranya famili Clariidae dengan contoh Clarias bathracus (lihat Gambar 17).





Gambar 17. Cyprinus carpio dan Clarias bathracus
g. Ordo Anguiliformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh memanjang seperti belut, kulit tanpa sisik atau dengan sisik-sisik yang sangat kecil, sirip punggung dan sirip dubur panjang dan sempit, biasanya bertemu di bagian belakang, sirip perut (bila ada) terletak di daerah abdomen, sirip-sirip tanpa spina. Ordo ini mencakup 10 famili, diantaranya famili Anguilidae contohnya Anguilla bicalor, famili Muraenidae contohnya Muraena picta (lihat Gambar 18).

Gambar 18. Anguilla bicalor
g. Ordo Belaniformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh pipih memanjang, tertutup oleh sisik sikloid, sirip-sirip tanpa spina, sirip ventral di daerah abdomen, beberapa anggotanya mempunyai sirip dada yang lebardan panjang yang dapat digunakan untuk terbang di atas permukaan air. Ordo ini mencakup 4 famili, diantarnya exocoetidae dengan contoh spesies Exocoetus pecilopterus (lihat Gambar 19).

Gambar 19. Exocoetus pecilopterus
h. Ordo Syngnathiformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh tertutup oleh lapisan sisik atau cincin-cincin bertulang, mulut terletak di ujung moncong yang berbentuk buluh, jari-jari sirip pada sirip punggung dan sirip dada tidak bercabang. Ordo ini mencakup 5 famili diantarnya Syngnathidae dengan spesies Hippocampus kuda (lihat Gambar 20).

Gambar 20. Hippocampus kuda
i. Ordo Ophiocephaliformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh tertutup oleh sisik-sisik sikloid, kepala pipih dorsoventral, tertutup oleh sisik-sisik yang lebar, sirip tanpa spina, insang mempunyai bangunan tambahan, gelembung udara sangat panjang sampai ke daerah caudal. Ordo ini mencakup satu famili Ophiocephalidae dengan spesies Ophiocephalus striatus (lihat Gambar 21)

Gambar 21. Ophiocephalus striatus
j. Ordo Synbranchidae
Ordo ini memiliki ciri, tubuh panjang gilig seperti ular, tanpa sisik, tanpa gelembung udara, sirip dorsal, sirip ekor, sirip dubur berhubungan menjadi satu, sirip-sirip tanpa spina, celah insang tunggal di bagian ventral. Ordo ini mencakup 2 famili diantaranya famili Synbranchidae dengan contoh spesies Monopterus albus (lihat Gambar 22).

Gambar 22. Monopterus albus
k. Ordo Perciformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip biasanya dengan spina, sirip punggung dua buah, sirip ventral di daerah dada, berjari-jari sirip tidak lebih dari 6 buah. Ordo ini mencakup 1.000 famili diantaranya famili Anabantidae dengan contoh Anabas scandens dan famili Trichiruridae dengan contoh Trichiurus muticus (lihat Gambar 23).





Gambar 23. Trichiurus muticus dan Anabas scandens
l. Ordo Pleuronectiformes
Ordo ini memiliki ciri, tubuh pipih, kedua mata terletak disisi dorsal, sirip-sirip umumnya tanpa spina, Mencakup 4 famili diantaranya famili Pleuronectidae dengan contoh spesies Pleuronectes americanus dan famili Cynoglossidae dengan contoh spesies Cynoglossus litrus (lihat Gambar 24)




Gambar 24. Pleuronectes americanus dan Cynoglossus litrus
m. Ordo Echeneiformes
Ordo ini memiliki ciri, sirip dorsal pertama mengalami modifikasi menjadi alat pelekat, pada sirip dorsal dan sirip anal tidak terdapat spina, tanpa gelembung udara. Ordo ini mrncakup famili Echeneidae dengan contoh Echeneis naucrates (lihat Gambar 25).

Gambar 25. Echeneis naucrates
n. Ordo Tetradontiformes
Ordo ini memiliki ciri, sisik-sisik mengalami modifikasi menjadi spina-spina, tubuh tertutup oleh lempeng-lempeng tulang, celah insang kecil. Mencakup 6 famili diantaranya famili tetradontidae dengan contoh spesies Tetradon sp dan Diadontidae dengan contoh spesies Diodon sp. (lihat Gambar 26).





Gambar . Tetradon sp dan Diodon sp.
Rangkuman
Secara taksonomi, ikan tergolong kelompok paraphyletic yang hubungan kekerabatannya masih diperdebatkan; biasanya ikan dibagi menjadi ikan tanpa rahang (kelas Agnatha, 75 spesies termasuk lamprey dan ikan hag), ikan bertulang rawan (kelas Chondrichthyes, 800 spesies termasuk hiu dan pari), dan sisanya tergolong ikan bertulang keras (kelas Osteichthyes).
Dalam buku Ichtyologi, karangan Lagler dkk, dicantumkan bahwa dalam Jordan (1923), ikan-ikan yang masih hidup sampai sekarang dikelompokkan menjadi tiga kelas; Marsibranchii, Elasmobranchii dan Pisces. Menurut regan (1929) ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga tiga kelas; Marsiphobranchii, selachii dan Pisces. Sedang menurut Berg (1940) ikan-ikan yang masih hidup dikelompokkan menjadi enak kelas; Petromyzontes, Myxini, Elasmobranchii, Holocephali, Dipnoi dan Telostomi. Menurut Romer (1959), ikan-ikan itu dikelompokkan menjadi tiga kelas; Agnatha, Chondroichtyes, dan Osteichtyes.

C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan karakteristik ikan osteichtyes
2. Jelaskan tipe-tipe sirip ekor pada ikan
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Karakteristik ikan Osteichtyes
a. mulut terdapat di bagian depan tubuh
b. celah insang satu di masing-masing sisi kepala
c. sirip ekor memiliki panjang yang sama pada bagian atas dan bawah
d. kulit licin karena sekresi mukus oleh kelenjar pada kulit
e. adanya gelembung renang sehingga tidak tenggelam saat tidak bergerak
f. sistem gurat sisi terdapat pada sisi tubuh
g. usus panjang dan ramping menggulung
h. fertilisasi terjadi di luar
i. mengeluarkan telurnya atau bersifat ovipar
2. Tipe-tipe sirip ekor ikan
a. Bentuk membulat; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis melengkung dari bagian dorsal hingga ventral., contoh ikan gurame (Osphronemus gouramy)
b. Bentuk bersegi atau tegak; apabila pinggiran sirip ekor membentuk garis tegak dari bagian dorsal hingga ventral, contoh ikan nila (Oreochromis niloticus)
c. Bentuk sedikit cekung atau berlekuk tunggal; apabila terdapat lekukan dangkal antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tambakan (Helostoma temminckii).
d. Bentuk bulan sabit; apabila ujung dorsal dan ujung ventral sirip ekor melengkung ke luar, runcing, sedangkan bagian tengahnya melengkung ke dalam, membuat lekukan yang dalam, contoh ikan tongkol (Squalus sp.)
e. Bentuk bercagak; apabila terdapat lekukan tajam antara lembar dorsal dengan lembar ventral, contoh ikan tawes (Puntius javanicus), ikan kembung (Rastrelliger sp.)
f. Bentuk meruncing; apabila pinggiran sirip ekor berbentuk tajam (meruncing), contoh ikan belut (Monopterus albus).
g. Bentuk lanset; apabila pinggirn sirip ekor pada pangkalnya melebar kemudian membentuk sudut diujung, contoh ikan bloso (Glossogobius sp.)
e. Referensi
1. Anonim. 2009. Pisces. (Tersedia di : http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/5, 30 November 2009)

2. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://www.prionace.it/chimeratesti.jpg, diakses tanggal 1 desember 2009)

3. Anonim. 2009. Kelas Agnatha. . (Tersedia di : http://hudsonsidabutar. blogspot.com/ 2008/08/kelas-aghnata.html, 30 November 2009)


4. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://gurungeblog.wordpress.com/2008/11/13/mengenal-vertebrata/, diakses tanggal1 Desember 2009)


5. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Chondrichthyes, diakses tanggal 30 November 2009)

6. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://www.osl.gc.ca/guide_sp/en/poiss/sp/images/m-glutinosa.jpg, 30 November 2009)

7. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.

f. Senarai
1. Agnatha = tidak mempunyai rahang
2. Chondroichtyes = ikan bertulang rawan
3. Osteichtyes = ikanbertulang sejati



BAB III
AMPHIBI

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang pengertian amphibi, model peralihan amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial dan klasifikasi kelas amphibi.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk dalam kelas amphibi.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kelas amphibi.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
3.1 Pengertian Amphibi
Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios yang artinya hidup. Amphibi mempunyai pengertian bahwa di dalamn siklus hidupnya memerlukan dua macam habitat air dan darat. Tetapi pengertian ini tidak mencakup semua anggota sebab beberapa jenis katak berkembang langsung dari telur tanpa melalui stadium berudu. Beberpa salamander tidak bertelur tetapi beranak. Hal ini menunjukkan tidak adanya pola tertentu di dalam cara perkembangbiakan yang dapat mencirikan amphibian. Oleh karena itu menurut Coin (1962) definisi amphibi harus didasarkan atas kombinasi beberap ciri, bukan atas dasar satu ciri saja.
Menurut Vermes (1979) amphibi mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut.
a. Berdarah dingin (poikiloterm)
b. Kulit halus dan kasar, banyak mengandung kelenjar
c. Sisik-sisik bila ada tersembunyi di dalam kulit
d. Tengkorak berartikulasi dengan tulang atlas melalui dua condylus occipitalis
e. Tungkai bila ada bertipe pentadactyla
f. Eritrosit bikonkav, oval dan bernukleus
g. Jantung terdiri atas dua atrium, satu ventrikel dan satu konusA
h. Arcus artat simetris
i. Pada umumnya mempunyai insang, pal;ing tidak pada stadium awal perkembangbiakan
j. Telur-telur dibungkus oleh bajan gelatin, biasanya dikeluarkan dalam air
k. Larva berubah menjadi dewasa setelah mengalami metamerfosis
Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat yang rendah. Amphibi tidak diragukan lagi berasal dsari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal ini terjadi pada zaman Devon. Transisi dari air ke darat tampak dilihat pada hal-hal berikut.
a. Modifikasi tubuh untuk berjalan di darat, disamping masih memiliki kemampuan berenang dalam air.
b. Tumbuhnya kaki sebagai pengganti beberapa pasang sirip
c. Merubah kulit hingga memungkinakn untuk mengahadapi suasana udara
d. Penggantian insang oleh paru-paru
e. Merubah sistem sirkulasi untuk keperluan respirasi dengan paru-paru dengan kulit
f. Alat sensorisnya memiliki kemampuan berfungsi baik di udara maupun di air.
3.2 Model Peralihan Amphibi Dari Kehidupan Akuatik Kekehidupan Terestrial
Dalam urutan filogeni, amphibi dipandang sebagai bentuk peralihandari kehidupan akuatik ke kehidupan terestrial. Ciri peralihan itu diperlihatkan oleh beberapa model, yakni 1) ada kelompok yang tetap tingal di dalam air dan tidak pernah menjadi dewasa, seumur hidupnya tetap sebagai larva, bernfasa dengan insang, 2) kelompok yang sebagian hidupnya tinggal di darat, tetapi pada saat tertentu kembali ke air untuk berkembang biak, pada kelompok ini dikenal ada stadium larva dan stadium dewasa, 3) kelompok yang berupa hewan darat, berkembang biak di darat, tidak ada stadium larva.
Kehidupan di tingkat peralihan ini menunjukkan adanya keterlibatan di dalam struktur dan fungsi alat-alat tubuh tertentu. Misalnya alat pernapasan larva (berudu) berupa insang yang hanya dapat digunakan untuk bernapas di dalam air, sedangkan alat alat pernapasan hewan dewasa berupa paru-paru yang hanya dapat digunakan untuk bernapas di darat. Selain itu alat pencernaan berudu memiliki usus yang sangat panjang sesuai dengan fungsinya untuk mencerna bahan makanan yangberasal dari hewan. Alat gerak berudu mula-mula hanya berupa ekor, kemudian ditambah dengan tungkai-tungkai kecil, sedangkan yang dewasa alat gerak itu berupa tungkai yang kuat. Proses perubahahan alat-alat tubuh dewasa disebut dengan metamerfosis.
Evolusi organ-organ tidak selalu berjalan sama cepat. Kulit akan dapat berfungsi sebagai alat pernafasan apabial lembab dan basah. Oleh karena itu evolusi amphibi dibarengi hilangnya sisik secara berangsur-angsur dan berkembanganya kelenjar lendiri dalam kulit, sehingga kulit menjadi lembab. Fungsi lain dari kulit adalah mengeluarkan lendir racun dan untuk pertukaran air.
Lingkungan darat dapat menyebabkan perubahandalam gerakan. Alat gerak yang berupa sirip-sirip berpasangan diganti dengan tungkai. Amphibi bergerak merangkak dan melompat, sebagian dari mereka ada yang berenang. Akibat dari cara bergerak dengan model ini bentuk tubuh yang mula-mula memanjang berubah menjadi pendek, ekor menghilang dan terjadiperbedaan ukuran antara tungkai depan dengan tungkai belakang. Diantara anggota amphibi ada yang tidak bertungkai, karena biasa hidup di dalam liang-liang tanah. Dengan demikian terdapat 3 macam bentuk dasar pada amphibi, yaitu memanjang seperti kadal, pendek tanpa ekor dan memanjang tanpa tungkai.
3.3 Klasifikasi Kelas Amphibi
Kelas amphibi mencakup tiga ordo utama, yaitu ordo apoda (gymnophiona), ordo urodela (caudata) dan ordo anura (salientia).
a. Ordo Apoda
Ordo apoda memiliki ciri-ciri sebagi berikut.
1. Tubuh memanjang gilig seperti cacing
2. Tanpa tungkai dan ekor
3. Kulit beralur-alur transversal sehingga seakan-akan kulit itu berkerut
4. Mempunyai sisik-sisik kecil yang menempel di dalam alur-alur kulit
5. Jantan mempunyai alat kelamin luar
Ordo ini mempunyai satu famili, yakni Caeciliidae, contoh spesiesnya adalah Ichtyophis glutinosa (lihat Gambar 27).

Gambar 27. Ichtyophis glutinosa
b. Ordo Urodela
Ordo urodela memiliki ciri-ciri sebagi berikut.
1. Tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, ekor dan tungkai
2. Kulit tidak bersisik
3. Mempunyai gigi-gigi pada kedua rahangya
4. Larva mirip dengan dewasa
Ordo ini mencakup tujuh famili, salah satu diantaranya ialah Salamndriidae dengan contoh spesiesnya adalah Salamndra maculosa (lihat Gambar 28).

Gambar 28. Salamndra maculosa
c. Ordo Anura
Ordo anura memiliki ciri-ciri sebagai berikut.
1. Tubuh pendek lebar dan kaku
2. Kepala dan badan bersatu
3. Tanpa leher dan ekor
4. Tungkai depan lebih kecil dan lebih pendek daripada tungkai belakang
Ordo ini mencakup 16 familia diantaranya famili Bufonidae dengan contoh spesies Bufo melanosticts¸ famili Ranidae dengan contoh spesies Rana tigrina, famili Rhocoporidae dengan contoh spesies Rhacoporus sp, famili Microhylidae dengan contoh spesies Kaloula baleata (lihat Gambar 29).










Gambar 29. Rana tigrina, Rhacoporus sp, Kaloula baleata dan Bufo melanosticts

Rangkuman
Amphibia berasal dari kata amphi yang artinya rangkap dan bios yang artinya hidup. Amphibi mempunyai pengertian bahwa di dalamn siklus hidupnya memerlukan dua macam habitat air dan darat. Amphibi merupakan tetrapoda atau vertebrata darat yang rendah. Amphibi tidak diragukan lagi berasal dsari satu nenek moyang dengan ikan, mungkin hal ini terjadi pada zaman Devon.
Kelas amphibi mencakup tiga ordo utama, yaitu ordo apoda (gymnophiona) contohnya Ichtyophis glutinosa, ordo urodela (caudata) contohnya Salamndra maculosa dan ordo anura (salientia) contohnya Rana tigrina, Rhacoporus sp, Kaloula baleata dan Bufo melanosticts.

C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan tipe model peralihan amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial
2. Sebutkan ciri-ciri dari ordo pada kelas amphibi

b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Tipe model peralihan amphibi dari kehidupan akuatik kekehidupan terestrial
Ciri peralihan itu diperlihatkan oleh beberapa model, yakni 1) ada kelompok yang tetap tingal di dalam air dan tidak pernah menjadi dewasa, seumur hidupnya tetap sebagai larva, bernfasa dengan insang, 2) kelompok yang sebagian hidupnya tinggal di darat, tetapi pada saat tertentu kembali ke air untuk berkembang biak, pada kelompok ini dikenal ada stadium larva dan stadium dewasa, 3) kelompok yang berupa hewan darat, berkembang biak di darat, tidak ada stadium larva.
2. Ciri- ciri dari ordo pada kelas amphibi
a. Ordo Apoda
 Tubuh memanjang gilig seperti cacing
 Tanpa tungkai dan ekor
 Kulit beralur-alur transversal sehingga seakan-akan kulit itu berkerut
 Mempunyai sisik-sisik kecil yang menempel di dalam alur-alur kulit
 Jantan mempunyai alat kelamin luar
b. Ordo Urodela
 Tubuh dapat dibedakan atas kepala, badan, ekor dan tungkai
 Kulit tidak bersisik
 Mempunyai gigi-gigi pada kedua rahangya
 Larva mirip dengan dewasa
c. Ordo Anura
 Tubuh pendek lebar dan kaku
 Kepala dan badan bersatu
 Tanpa leher dan ekor
 Tungkai depan lebih kecil dan lebih pendek daripada tungkai belakang
e. Referensi
1. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.
2. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
3. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
4. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT
5. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

g. Senarai
1. amphi = rangkap dan
2. bios = hidup
3. poikiloterm = berdarah dingin

BAB IV
REPTIL

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang pengertian reptil, struktur tengkorak reptil, dan klasifikasi reptil.

Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk dalam kelompok reptil.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang reptil.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
4.1 Pengertian Reptilia
Kata Reptil berasal dari kata reptum yang berarti melata. Reptil merupakan kelompok hewan vertebrata yang menyesuaikan diri di tempat yang kering di tanah. Penandukan atau cornification kulit dan squama atau carpace untuk menjaga banyak hilangnya cairan dari tubuh pada tempat yang kasar. Nama kelas ini diambil dari model hewan berjalan (Latin; reptum = melata atau merayap) dan studi tentang reptil disebut herpetology (Yunani; creptes = reptil). Ukuran reptil bervariasi, dari yang berukuran hingga 1,6 cm (tokek kecil, Sphaerodactylus ariasae) hingga berukuran 6 m dan mencapai berat 1 ton (buaya air asin, Crocodylus porosus). Cabang ilmu pengetahuan alam yang mempelajari reptil adalah herpetologi.
Dari segi evolusinya reptil berasal dari amphibi dan selanjutnya dari reptil akan terjadi burung dan mamalia. Pada zaman Mesozoik reptil merupaka kelompok vertebrata yang dominan serta mencapai puncak kejayaannya. Beberapa reptil baru muncul pada akhir periode Trias, tetapi beberapa anggota lain lenyap pada masa itu juga.
Reptil adalah hewan darat pertama yang sepanjang hidupnya bernapas dengan paru-paru. Ada dua perkembangan yang lebih maju yang dimiliki oleh reptil sehingga kelompok ini lebih sukses hidup di darat daripada amphibi. Pertama adanya cangkang pada telur dan adanya amnion pada embrio, menjamin perlindungan terhadap bahaya kekeringan pada telur-telur yang diletakkan di darat. Sifat ini tidak dimiliki oleh telur-telur amphibi yang terestrial sekalipun. Kedua adanya sisik epidermis yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik dan juga sebagai pelindung terhadap kekeringan. Selain itu kemajuan pada reptil adalah ekstermitas yang cocok untuk bergerak cepat, adanya arah pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung, serta sempurnanya proses penulangan
Ciri-ciri anggota reptil secara umum dapat diuraikan sebagai berikut.
1. Tubuh dibungkus oleh kulit kering yang menanduk biasanya dengan sisik, beberapa ada yang memiliki kelenjar pada permukaan kulit.
2. Mempunyai dua pasang anggota, yang masing-masing 5 jari dengan kuku-kuku yang cocok untuk lari, mencengkram dan naik pohon. Pada yang masih hidup di air kakinya mempunyai bentuk dayung dan pada ular bahkan tidak memilikinya.
3. Skeletonnya mengalami penulangan secara sempurna, tempurung kepalanya mempunyai satu occipitale condyl.
4. Jantung tidak sempurna, terdiri atas 4 ruangan, dua auricula dan dua ventricula (pada Crocodilia terpisah menjadi dua, tapi masih berlubang yang disebut foramen panizzae). Terdapat sepasang archus aorta, bereritrosit dengan bentuk oval biconvex dengan nucleus.
5. Memiliki 12 nervi cranialis
6. Fertilisasi secara internalm biasanya mempunyai alat kopulasi, telur besar denganbanyak yolk, berselaput kulit lunak atau bercangkok tipis.
7. Segmentasi secara meroblastik, mempunyai membran embrionik.
8. Ginjal bertipe metanefros seperti pada burung dan mamalia.
4.2 Struktur Tengkorak Reptil
Tengkorak reptil terjadi penulangan lebih banyak daripada amphibi dan terdapat banyak variasi di daerah temporal. Tengkorak reptil yang memiliki lubang spesifik di daerah temporal disebut tipe tengkorak anapsid (an = tidak; apsis = arcus atau lengkung). Tipe demikian ditemukan pada kura-kura. Tipe tengkorak eurapsid ditemukan pada Plesiosaurus dan kerabatnya, mempunyai sebuah penyambung supratemporalyang berkembang di kedua sisi tengkorak. Tengkorak di era Permian sampai Jurrasic mempunyai tengkorak seperti mamalia, ada sepasang lubang infratemporal disebut tipe sinapsid. Reptil yang hidup pada zaman Mesozoik mempunyai tipe tengkorak diapsid, yang ditandai dengan lubang supra dan infratemporal. Ciri terakhir ini juga menjadi ciri reptil sesudah era Chelonia (Testudinata).
Atap tengkorak yang sempurna di daerah temporal pada kelompok ini dianggap palsu “palsu” sebab merupakan perluasan dari tulang-tulang; os postorbitale, os parietale, dan os squamosum. Beberapa tulang yang pada kelompok lain masih dijumpai misalnya os mosale, os ectoptarygoideum dan os lacorimale, pada kura-kura tidak ada lagi. Tetapi sebuah vomer dan tulang-tulang parietal dijumpai dalam keadaan terpisah.
Tulang-tulang tengkorak bagian atas meliputi; os premaicillare, os maciellare, os prefrontale, os prontale, os pareitale, os jugale, os quadrato suppraoccipitale, os ercoccipitale, os basiocciptale (dari condal), os basisphemoidale, os pterygoideum, os platamum, vomer (dari ventral) dan os opisthoticum serta os proaticum. Pada kura-kura belahan mandibula kiri dan kanan bersatu dibagian depan membentuk sebuah tulang yang masing belahan mandibula tersusun atas tulang-tulang; os dentale, os supraangulore, os coronoiddale dan os articulore.
a. Tengkorak Crocodilia
Tengkorak crocodilia dalam hal ini adalah buaya, langit-langitnya keras dan telah terbentuk sempurna oleh rangkain tulang-tulang; os marcielore, os parantium dan os pterygoideum (lihat Gambar 30). Dengan demikian choana terdapat jauh di belakang. Di depan choana terdapat lipatan jaringan yang dinamakan velum yang mencegah masuknya air ke dalam larink hewan sedang merendam diri dalam air. Tulang-tulang penyusun tengkorak ialah os postorbitale, os frontale, os perietale, os acrimale, os prefrontale, os quadratojugale, os jugale, os mucillare, os premorcillare (daerah belakang tengkorak); os supraoccipitale, os exoccipitale, os basioccipitale (daerah belakang tengkorak); os basipheriodale, vomer, os palatium, os transversum, os pterygoideum (daerah langit-langit); os proaticum (daerah pendengaran); os articulare, os dentale, os anjulare, os supraangulade, os spenoiddale, os coronoidale (mandibula).

Gambar 30. Tengkorak Crocodilia
b. Tengkorak Squamata
Secara umum strukturnya seperti tengkorak buaya, dengan perbedaan bahwa os quadratojugale tidak ada tetapi os septomorcillare ada. Pada ular, separuh dari daerah rahang atas terdiri serangkaian tulang-tulang terutama; os quadratum, os pterygoideum, os palatimum dan os morcillare. Os quaratium melekat (bersendi) pada bagian posterior tempurung otak, sedangkan os morcillare dibagian depan. Os pterygoideum dan os palatium dapat bergerak satu terhadap yang lain (lihat Gambar 31).
.
Gambar 31. Tengkorak Squamata
Dengan demikian gerakan bagian ventral os quadratum ke depan dan ke belakang dapat pula menggerakan os morcillare. Pada saat yang bersamaan terjadi gerakan mandibula ke arah yang sama karena rahang itu bersendi dengan ujung ventral os quadratum. Mandibula terdiri atas 2 bagian yang dihubungkan oleh ligamentum, sehingga kedua bagian dapat bergerak bilateral (saling menjauhi).
Pada jenis ular berbisa pada morcilla terdapat gigi bisa. Bila ular bersiap menyerang, maka mulut membuka, gigi bisa digerakkan ke depan oleh rangkaian tulang-tulang tersebut. Di atas sehingga kedudukannya menjadi tegak dan siap untuk mengigit dengan gerakan elemen-elemen tulang ke belakang, maka gigi bisa kembali ke kedudukan semula.
c. Tengkorak Testudinata
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral (lihat Gambar 32). Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. ( Pough et. al, 1998; Zangler, 1969).

Gambar 32. Carapace dan Plastron Pada Kura-Kura
Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae.

4.3 Klasifikasi Reptil
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
A. Ordo Testudinata
Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise). Perhatikan Gambar 33.







Gambar 33. Batagur baska dan Coura amboinensis
Tempurung kura-kura terdiri dari karapaks, yang berbentuk cembung di bagian dorsal, dan plastron yang bentuknya relatif datar atau rata di bagian ventral. Pada bagian karapaks terdapat tulang vertebra/ neural, tulang pleural, tulang suprapygal, tulang pygal, tulang nuchal dan tulang peripheral. Pada bagian plastron terdapat tulang epiplastron, tulang entoplastron, tulang hyoplastron, tulang mesoplastron, dan tulang xiphiplastron. ( Pough et. al, 1998; Zangler, 1969).
Di atas tulang-tulang penyusun karapaks dan plastron terdapat lapisan yang disebut keping perisai. Keping perisai pada karapaks terdiri dari keping vertebral, keping costal, keping marginal, keping nuchal, dan keping supracaudal. Keping perisai pada plastron terdiri dari keping gular, keping humeral, keping pectoral, keping abdominal, keping anal,dan keping femoral.( Pough et. al, 1998; Erns et. al, 2007 ). Pada beberapa famili ada yang tidak dilapisi dengan keping perisai seperti pada Famili Trionychidae dan Famili Charettochelydae.
Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang atau tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya dilengkapi dengan cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi. (Zug, 1993).
Fosil kura-kura tertua yang berasal daridari masa trias ( 225 juta tahun silam), Proganochelys, telah berbentuk mirip kura-kura masa kini. Perbedaannya, tulang belulang di bagian punggung belum begitu melebar dan belum semuanya menyatu membentuk tempurung sempurna. Kura-kura purba hidup dan berkembang kurang lebih sejaman dengan dinosaurus. Archelon merupakan kura-kura raksasa yang diameter tubuhnya mencapai lebih dari 4 meter. Beberapa jenis kura-kura jaman sekarang mampu menyembunyikan kepala, kaki dan ekornya ke dalam tempurungnya sehingga dapat menyelamatkan diri. Pada kura-kura primitif, misalnya penyu, tidak dapat menarik anggota badannya untuk masuk ke dalam tempurung.
1. Sistematika
Ordo testudinata terdiri dari dua subordo, yakni subordo Cryptodira dan subordo Pleurodira

a. Subordo Cryptodira
Subordo Cryptodira merupakan kura-kura darat, semi akuatik dan ada pula yang akuatik. Keistimewaan dari anggota subordo ini adalah kepalanya dapat ditarik ke dalam cangkang membentuk huruf S, mempunyai 12 sisik plastral, dan 9-8 tulang plastral. Pada sebangsa kura-kura, jumlah sisik, keping maupun susunan tulang sangat penting artinya terutama dalam mengidentifikasi jenisnya (Zug, 1993).
Karapaks Subordo Cryptodira bermacam-macam, mulai dari tipis hingga tebal, dengan warna dan bentuk yang bermacam-macam pula (cembung, kotak, bulat, tebal) sesuai dengan lingkungan hidup masing-masing jenisnya. Subordo Cryptodira dibagi dalam 11 famili diantaranya sebagai berikut.
1) Famili Chelydridae (contoh : Chelydra serpentina)
Superfamilia Testudinoidea
Famili Geoemydidae
Fosilnya anggota famili ini banyak ditemukan pada Jaman Krestasea Atas di Eropa. Dulunya Geoemydidae atau lebih dikenal sebagai Bataguridae dianggap sebagai satu suku dengan suku kura–kura air tawar Amerika Selatan. Anggota yang terbesar, yaitu Bajuku atau Biuku, yang berada di Sumatera dan Kalimantan dapat mencapai 1170 mm. Adapun jenis-jenis anggota famili ini yang ada di indonesia antara lain Batagur baska, Callagur borneoensis, Geoemyda japonica, Malayemys subtrijuga, Notochelys platinota, Orlitia borneensis, Siebenrockiella crassicollis, Coura amboinensis, Cyclemys dentata dan Heosemys spinosa.
Famili Testudinidae
Famili ini memiliki banyak anggota, yang paling terkenal terdapat di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles. Pada kedua kepulauan tersebut mereka dikenal sebagai kura–kura purba dan kura-kura raksasa. Di Indonesia fosilnya hewan ini dijumpai di Jawa, Flores, Timor dan Sulawesi. Kura–kura Kuning di Sulawesi dan Baning yang terdapat di hutan–hutan Sumatera dan Kalimantan merupakan kerabat kedua anggota famili di Kepulauan Galapagos dan Kepulauan Secheyles yang masih hidup di Indonesia. Di Asia Tenggara terdapat tiga genus yaitu Indotestudo dan Manouria yang masih hidup dan diwakili oleh satu jenis saja di Indonesia, dan Geochelone yang ditemui dalam bentuk fosil di Jawa, Sulawesi dan Nusa Tenggara. Contohnya : Geochelone gigantean, Testudo hermanii, Testudo elephantopus (Iskandar, 2000).
Famili Emydidae
Sebagian besar anggota famili ini merupakan kura-kura semiakuatik. Ada beberapa jenis yang hidup di air laut ( Malaclemys terrapin), ada yang hidup di darat (beberapa spesies Terrapene) dan ada yang sepenuhnya akuatik( Terrapene coabuila). Sebagaian besar merupakan omnivora akan tetapi terdapat beberapa jenis yang murni karnivora ( misalnya genus Emydoidea dan Deirochelys). Anggota famili ini mempunyai cangkang yang keras. Terdiri dari 12 genera dan kurang lebih 39 spesies. Di indonesia, beberapa jenis kura-kura anggota famili ini merupakan hewan import yang diperdagangkan bebas, misalnya Trachemys scripta ( kura-kura brazil).
2) Superfamilia Trionychoidea
- Famili Carettochelydae
- Famili Trionychidae
- Famili Kinosternidae
- Famili Dermatemydidae
Kura-kura ini memiliki penyebaran paling luas di dunia. Terdapat diseluruh benua, kecuali Australia yang hanya berupa fosil saja. Tiap genus dari suku ini hanya memiliki satu sampai tiga anggota saja yang dapat dibedakan dengan mudah dari perisainya yang berasal dari tulang rawan dan ekornya yang agak panjang. Pada beberapa jenis, kaki belakangnya dapat disembunyikan dalam suatu katub perisai. Lehernya relatif panjang, sehingga kepalanya hampir dapat mencapai bagian belakang tubuhnya. Lubang hidungnya terletak pada ujung moncong yang kecil dan pendek. Ukurannya dapat mencapai panjang satu meter, dengan berat satu kuintal. Adapun beberapa jenis anggota super famili ini yang berada di indonesia adalah Amyda cartilaginea (bulus), Dogania subplana ( labi-labi hutan), Pelodiscus sp., Chitra chitra (manlai/labi-labi bintang), Pelochelys bibroni ( labi-labi irian), Pelochelys cantori ( antipa/labi-labi raksasa), dan Charettochelys insculpta ( moncong babi). (Iskandar, 2000).



3) Superfamilia Chelonioidea
Famili Cheloniidae
Famili ini dapat dibedakan dengan famili lainnya dengan dua ciri khas yakni adanya keping inframarginal yang menghubungkan perisai perut dan perisai punggung dan juga kaki yang berbentuk dayung. Kaki depannya umumnya hanya mempunyai satu cakar, bila ada cakar kedua biasanya berukuran sangat kecil. Hewan jantan biasanya memiliki cakar depan dan ekor yang lebih panjang. Ia mempunyai lubang hidung yang terletak agak dekat permukaan atas tengkorak untuk memudahkan mengambil udara untuk bernafas (Iskandar, 2000).
Semua anggota Famili Cheloniidae hidup di laut tropik, subtopik, terkadang ada di daerah dengan iklim temperate. Penyu ini tersebar luas di samudra-samudra di seluruh dunia. Dari tujuh spesies anggota famili ini, enam diantaraya ditemuan di Indonesia. Adapun contoh spesies anggota famili ini antara lain Penyu Lekang (Lepidochelys olivacea), Penyu Sisik ( Eretmochelys imbricata), Penyu hijau (Chelonia mydas), dan penyu tempayan (Caretta caretta). Perkawinan terjadi di laut, karenanya hewan yang jantan tidak pernah naik ke daratan, hanya yang betina saja yang naik untuk bertelur (Iskandar, 2000).
Famili Dermochelyidae
Satu-satunya anggota dari famili ini yang masih tersisa adalah Penyu Belimbing. Penyu ini mempunyai persebaran yang luas, hingga ke daerah beriklim dingin. Ciri–ciri penyu ini adalah warna tubuh hitam sampai abu–abu kehijauan, kaki tidak bercakar dan perisai ditutupi oleh kulit sebanyak tujuh lipatan memanjang dan berbintik putih tanpa keping yang jelas. Penyu ini dapat dengan mudah dibedakan dengan ciri perisainya yang dibentuk oleh tulang–tulang kecil yang tertanam dibawah kulit yang tersusun dalam tujuh baris yang membentuk lunas pada perisai punggungnya. Perisai perutnya pun tersusun sedemikian rupa sehingga terdapat dua baris yang rapat bersebelahan. Anakannya berwarna hitam dengan bagian bawahnya berwarna coklat (Iskandar, 2000). Contoh spesies anggota famili ini adalah Dermochelys coriacea.
b. Subordo Pleurodira
Sub-ordo Pleurodira merupakan kura-kura akuatik dengan ciri memiliki leher yang panjang. Kepalanya dapat dilipat ke samping badan namun tidak dapat ditarik ke dalam tempurungnya. Karapaks biasanya berbentuk oval dan berwarna gelap, memiliki 13 sisik plastral dan 9-11 tulang plastral. Pelvisnya bersatu dengan tempurung/cangkang. Merupakan hewan karnivora, pemakan siput, kura-kura, dan amphibi (Zug, 1993).
Subordo Pleurodira dibagi menjadi 3 Famili yaitu:
- famili Chelidae
- famili Pelomedusidae
- famili Podocnemididae
Contoh dari Subordo Pleurodira antara lain : Chelodina oblonga, Eydura subglobosa (Famili Chelidae), dan Pelomedusa subrufa (Famili Pelomedusidae) (Zug, 1993).
Famili Chelidae
Famili ini terdiri dari kurang lebih 17 genus dan 54 spesies. Famili ini dapat dikenali dari lehernya yang tidak dapat dimasukkan ke dalam perisainya, dan bagian perisainya mempunyai keping intergular. Famili ini dianggap lebih primitif daripada kura–kura yang dapat menyembunyikan lehernya dalam perisai. Diperkirakan nenek moyangnya telah ada sejak 223 juta tahun yang lalu, berdasarkan fosil–fosil dari Genus Chelodina, Elseya, dan Emydura. Genus Chelodina dikenali dari kaki depan dengan empat kuku, keping intergular yang tidak berhubungan dengan tepi perisai yang relatif panjang. Genus ini dibagi menjadi dua, yakni kura–kura dengan leher panjang dan kepala yang juga relatif panjang dan kelompok yang kedua adalah kura–kura dengan panjang leher sedang dan kepala relatif pendek dan lebih besar (Iskandar, 2000).
2. Keanekaragaman jenis dan penyebarannya
Seluruhnya terdapat sekitar 295 dari 14 famili yang msih hidup di berbagai belahan dunia. Di Indonesia terdapat sekitar 45 spesies dari 7 famili kura-kura dan penyu. Persebaran kura-kura banya di daerah tropis dan subtropis seperti di Afrika bagian utara, Eurasia, Amerika Selatan, Afrika dan madagaskar, Amerika Tengah dan Amerika tropis. Labi-labi moncong babi tersebar terbatas di Papua bagian selatan dan di Australia bagian utara. Sedangkan penyu belimbing ( Dermochelys coriacea) dapat hidup di lautan-lautan besar hingga ke daerah dingin.
Kura-kura hidup di berbagai tempat mulai daerah gurun, padang rumput, hutan, rawa, sungai dan laut. Sebagian jenisnya hidup sepenuhnya akuatik baik di air tawar maupun air laut. Habitat penyu jelas di lautan dan ke daratan hanya untuk bertelur. Walaupun demikian, penyu tetap membuthkan udara untu bernafas. Beberapa labi-labi ditemukan di perairan sungai dan danau dengan air yang tawar. Sedangkan kura-kura hidup di darat dengan air di sekitarnya.
3. Reproduksi
Kura-kura berkembang biak dengan bertelur (ovipar). sejumlah telur yang dihasilkan oleh testudinata diletakkan pada lubang pasir di tepi sungai atau laut untu kemudian ditimbun dan dibiarkan menetas dengan bentuan panas matahari. Jenis kelamin anak kura-kura ditentukan oleh suhu pasir tempat telur-telur itu disimpan. Pada kebanyakan jenis kura-kura, suhu diatas rata-rata biasanya akan menghasilkan individu betina. Dan sebaliknya, suhu di bawah rata-rata cenderung menghasilkan banyak hewan jantan.
4. Kunci Pengenalan Spesies
Untuk membedakan kura-kura jantan dan betina dapat dilihat dari plastronnya. Pada jantan plastronnya cekung sedangkan pada betina datar. Hal ini berkaitan dengan perilaku kawinnya. Jantan berekor lebih panjang dan cakar lebih besar. Untuk mengidentifikasi dapat digunakan jumlah dan susunan keping. Bentuk keping perisai. Secara umum inframarginal ada 24 buah, keping postal 4 pasang dan vertebral. Pada bulus tidak ada keping perisai, hanya ada tul;ang. Pembeda lain adalah jumlah, susunan, corak dan warna keping sisik.

B. Ordo Rhynchocephalia
Merupakan kelompok reptile primitive yang kadang-kadang disebut sebagai fosil hidup. Bentuk tubuhnya mirip anggota-anggota lacertilian pada umumnya, tetapi berbeda dengannya terutama karena tengkoraknya bersifat diosit(mempunyai 2 cekungan di daerah temporal).
Ordo ini diketahui berdasarkan catatan fosil pada Era Triasik Akhir yaitu antara 210 – 220 juta tahun yang lalu. Ordo Rhynchocephalia memiliki tipe tengkorak diapsid. Morfologinya mirip dengan anggota lacertilia dan panjang dewasanya mencapai 30 cm. Anggota ordo ini semuanya karnivora dan mencari makan di malam hari. Habitat hidupnya di air atau di daratan. Ordo Rhynchocephalia bereproduksi secara ovipar dengan fertilisasi internal. Telurnya ditempatkan dalam suatu lubang seperti kebanyakan anggota Kelas Reptilia lainnya dan menetas dalam waktu 1 tahun.
Gigi-gigi terdapat pada prunaicilla, maxilla, palatinum, dan dentale. Tulang-tulang gostralia(tulang-tulang perut) berkembang baik. Celah kloaka melintang. Diatap kepala terdapat mata parietal dengan lensa dan retina. Pada hewan muda, mata parietal tampak lebih jelas karena kulit yang menutupnya bening, tetapi pada saat dewasa kulit tersebut menebal. Alat ini di duga peka terhadap panas dan cahaya. Ordo ini mencakup satu familia, yaitu Sphenodontidae dengan spesies Sphenodon punctatus (lihat Gambar 34).

Gambar 34. Sphenodon punctatus
C. Ordo Squamata
Adapun ciri-ciri umum anggota ordo Squamata antara lain tubuhnya ditutupi oleh sisik yang terbuat dari bahan tanduk. Sisik ini mengalami pergantian secara periodik yang disebut molting. Sebelum mengelupas, stratum germinativum membentuk lapisan kultikula baru di bawah lapisan yang lama. Pada Subordo Ophidia, kulit/ sisiknya terkelupas secara keseluruhan, sedangkan pada Subordo Lacertilia, sisiknya terkelupas sebagian. Bentuk dan susunan sisik-sisik ini penting sekali sebagai dasar klasifikasi karena polanya cenderung tetap. Pada ular sisik ventral melebar ke arah transversal, sedangkan pada tokek sisik mereduksi menjadi tonjolan atau tuberkulum. Anggota squamata memiliki tulang kuadrat, memiliki ekstrimitas kecuali pada Subordo Ophidia, Subordo Amphisbaenia, dan beberapa spesies Ordo Lacertilia. Perkembangbiakan ordo squamata secara ovovivipar atau ovipar dengan vertilisasi internal. Persebaran Squamata sangat luas, hampir terdapat di seluruh dunia kecuali Arktik, Antartika, Irlandia, Selandia Baru, dan beberapa pulau di Oceania. (Zug, 1993).

1. Sistematika
Ordo Squamata dibedakan menjadi 3 sub ordo yaitu subordo Lacertilia, subordo Serpentes dan subordo Amphisbaenia.
a. Subordo Lacertilia/ Sauria
Subordo Lacertilia umumnya adalah hewan pentadactylus dan bercakar, dengan sisik yang bervariasi. Sisik tersebut terbuat dari bahan tanduk namun ada pula yang sisiknya termodifikasi membentuk tuberkulum. Dan sebagian lagi menjadi spina. Sisik-sisik ini dapat mengelupas. Pengelupasannya berlangsung sebagian dalam artian tidak semua sisik mengelupas pada saat yang bersamaan (Zug, 1993).
Ciri lain yang membedakan dari Subordo Ophidia adalah rahang bawahnya yang bersatu pada rahang atas pada bagian yang disebut satura. Selain itu pada Lacertilia mereka memiliki kelopak mata dan lubang telinga. Selain itu pada beberapa anggota subordo Lacertilia, ada yang dapat melepaskan ekornya. Contohnya pada Mabouya sp (Zug, 1993) (perhatikan Gambar 35).

Gambar 35. Mabouya sp
Lidah Lacertilia panjang dan adapula yang bercabang. Pada beberapa spesies lidah ini dapat ditembakkan untuk menangkap mangsa seperti pada Chameleon sp.
Dari kesemua famili anggota lacertilia, terdapat 4 famili yang ada di indonesia, yaitu Agamidae, Gekkonidae, Scincidae, Varanidae.
Agamidae
Famili ini memiliki ciri badan pipih, tubuhnya ditutup sisik bentuk bintil atau yang tersusun seperti genting, demikian pula dengan kepalanya penuh tertutup sisik. Lidahnya pendek, tebal, sedikit berlekuk di ujung serta bervilli. Jari-jarinya kadang bergerigi atau berlunas Tipe gigi acrodont. Pada Draco volans memiliki pelebaran tulang rusuk dengan lipatan kulit. Habitatnya di pohon dan semak.
Scincidae
Ciri umum dari famili ini adalah badannya tertutup oleh sisik sikloid yang sama besar, demikian pula dengan kepalanya yang tertutup oleh sisik yang besar dan simetris. Lidahnya tipis dengan papilla yang berbentuk seperti belah ketupat dan tersusun seperti genting. Tipe giginya pleurodont. Matanya memiliki pupil yang membulat dengan kelopak mata yang jelas. Ekornya panjang dan rapuh. Contoh spesies famili ini adalah Mabouya multifasciata.
Varanidae
Ciri dari famili ini adalah badannya yang besar dengan sisik yang bulat di bagian dorsalnya sedang di bagian ventral sisik melintang dan terkadang terdapat lipatan kulit di bagian leher dan badannnya. Lehernya panjang dengan kepala yang tertutup oleh sisik yang berbentuk polygonal. Lidahnya panjang bercabang dan tipe giginya pleurodont. Pupil matanya bulat dengan kelopak dan lubang telinga yang nyata (Zug, 1993).
Anggota famili ini yang terbesar adalah komodo ( Varanus komodoensis ) yang panjangnya dapat lebih dari 3 meter. Komodo persebarannya terbatas di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara. Suku varanidae terdiri dari dua kelompok yang sedikit berbeda, yaitu marga Varanus yang besar ( lebih dari 35 spesies di seluruh dunia) dan marga Lanthanous yang sejauh ini berisi spesies tunggal L. Borneensis yang bersalah dari kalimantan. Marga Lanthanous ini merupakan biawak yang bertubuh kecil dan tanpa lubang telinga.
Gekkonidae
Gekkonidae banyak ditemukan di iklim yang hangat. Memiliki keunikan yang berbeda dengan famili yang lain dari vokalisasinya, ketika bersosialisasi dengan gecko yang lain. Kebanyakan gecko tidak mempunyai kelopak mata, melainkan matanya dilapisi membrane transparan yang dibersihkan dengan cara dijilat. Banyak spesies anggota gekkonidae yang memiliki jari khusus yang termodifikasi untuk memudahkannya memanjat permukaan vertikal maupun melewati langit-langit dengan mudah
Kebanyakan gecko berwarna gelap namun ada pula yang berwarna terang. Beberapa spesies dapat mengubah warna kulitnya untuk membaur dengan lingkungannya ataupun dengan temperature lingkungannya. Beberapa spesies dapat melakukan parthenogenesis dan juga beberapa spesies betina dapat berkembang biak tanpa pembuahan.
b. Subordo Serpentes/ Ophidia
Subordo serpentes dikenal dengan keunikannya yaitu merupakan Reptilia yang seluruh anggotanya tidak berkaki (kaki mereduksi) dari ciri-ciri ini dapat diketahui bahwa semua jenis ular termasuk dalam subordo ini. Ciri lain dari subordo ini adalah seluruh anggoanya tidak memiliki kelopak mata. Sedangkan fungsi pelindung mata digantikan oleh sisik yang transparan yang menutupinya. Berbeda dengan anggota Ordo Squamata yang lain, pertemuan tulang rahang bawahnya dihubungkan dengan ligament elastis (Zug, 1993). Contoh spesies dari subordo Serpentes (lihat Gambar 36).


Gambar 36. Natrix piscator
Keunikan lain yang dimiliki oleh subordo ini adalah seluruh organ tubuhnya termodifikasi memanjang. Dengan paru-paru yang asimetris, paru-paru kiri umumnya vestigial atau mereduksi. Memiliki organ perasa sentuhan (tactile organ) dan reseptor yang disebut Organ Jacobson ada pula pada beberapa jenis yang dilengkapi dengan Thermosensor. Ada sebagian famili yang memiliki gigi bisa yang fungsinya utamanya untuk melumpuhkan mangsa dengan jalan mengalirkan bisa ke dalam aliran darah mangsa (Zug, 1993).
Ada 4 tipe gigi yang dimiliki Subordo Serpentes, yaitu :
1) Aglypha : tidak memiliki gigi bisa. Contohnya pada Famili Pythonidae, dan Boidae.
2) Proteroglypha : memiliki gigi bisa yang terdapat di deretan gigi muka (bagian depan). Contohnya pada Famili Elapidae dan Colubridae.
3) Solenoglypha : memiliki gigi bisa yang bisa dilipat sedemikian rupa pada saat tidak dibutuhkan. Contohnya pada Famili Viperidae.
4) Ophistoglypha : memiliki gigi bisanya yang terdapat di deretan gigi belakangnya. Contohnya pada Famili Hydrophiidae (lihat Gambar 37)

Gambar 37. Tipe Gigi Pada Ular
Sedangkan untuk bisa ular, terdapat 3 jenis bisa yang digunakan untuk melumpuhkan mangsa, perlindungan diri ataupun untuk membantu pencernaannya, yaitu
1) Haemotoxin : bisa yang menyerang sistem peredaran darah yaitu dengan cara menyerang sel-sel darah. Contoh famili yang memiliki bisa tipe ini adalah: Colubridae dan Viperidae.
2) Cardiotoxin : masih berkaitan dengan sistem peredaran darah, bisa jenis ini menyerang jantung dengan cara melemahkan otot-otot jantung sehingga detaknya melambat dan akhirnya dapat berhenti. Contoh Famili yang memiliki bisa jenis ini tidak spesifik. Dalam arti, banyak famili yang sebagian anggotanya memiliki bisa jenis ini.
3) Neurotoxin : bisa yang menyerang syaraf, menjadikan syaraf mangsanya lemah sehingga tidak dapat bergerak lagi dan dapat dimangsa dengan mudah. Famili Elapidae dan Hydrophiidae adalah contoh famili yang memiliki bisa tipe ini.
Diantara famili-famili di atas, yang terdapat di Indonesia antara lain:
Typhlopidae
Typhlopidae atau banyak dikenal dengan sebutan ular buta karena memiliki mata yang vestigial. Kepalanya bulat, dengan ekor yang pendek dan pada ujungnya terdapat sisik yang mengalami penandukan. Secara keseluruhan badannya pun berbentuk bulat dan panjangnya hanya mencapai kurang lebih 30cm. Hidupnya di bawah tanah, di dalam serasah, atau meliang. Genusnya yang paling dikenal adalah dari Genus Typhlops sedangkan yang lainnya adalah Xenotyphlops, Acutotyphlops,dan lain-lain. Terdiri dari 6 genus dengan 240 spesies. Umumya ditenukan di daeran tropis di Asia, Afrika, dan Amerika.
Boidae
Boidae dikenal sebagai famili ular pembelit, habitatnya biasanya arboreal. Dengan persebaran di Columbia, Suriname, Bolivia, Argentina, dan Asia. Pembuluh darah dan organ pernafasannya masih primitive, memiliki sisa tungkai belakang yang vestigial. Moncongnya dapat digerakkan. Tipe giginya aglypha. Famili ini memiliki genus diantaranya: Acrantophis, Boa, Candoia, Corallus, Epicrates, Eryx, Eunectes, Gongylophis, dan Sanzinia.
Hydropiidae
Hydrophiidae merupakan famili dari ular akuatik yang memiliki bisa yang tinggi. Tipe gigi bisa yang dimiliki anggota famili ini kebanyakan Proteroglypha dengan tipe bisa neurotoxin. Biasanya warnanya belang-belang dan sangat mencolok. Bagian ekor termodifikasi menjadi bentuk pipih seperti dayung yang befungsi untuk membantu pergerakan di air. Persebaran anggota famili ini di perairan tropis yaitu kebanykan di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik bagian barat. Untuk spesies Pelamis platurus persebarannya hingga Samudra Pasifik Timur dan untuk Aipysurus laevis cenderung untuk hidup di daerah terumbu karang. Kebanyakan hidup di dasar laut dengan sesekali naik ke permukaan untuk bernafas.

Elapidae
Elapidae merupakan famili yang anggotanya kebanyakan ular berbisa yang banyak ditemukan di daerah tropis dan subtropis.terdiri dari 61 genus dengan 231 spesies yang telah diketahui. Biasanya memiliki gigi bisa tipe Solenoglypha dan ketika menutup gigi bisanya akan berada pada cekungan di dasar bucal. Bisa tipe neurotoxin. Dekat kekerabatannya dengan Famili Hydrophiidae. Pupil mata membulat karena kebanyakan merupakan hewan diurnal. Famili ini dapat mencapai ukuran 6m (Ophiophagus hannah) dan biasanya ovipar namun adapula yang ovovivipar (Hemachatus).
Colubridae
Famili ini memiliki ciri yang dapat membedakan dengan famili yang lain diantaranya sisik ventralnya sangat berkembang dengan baik, melebar sesuai dengan lebar perutnya. Kepalanya biasanya berbentuk oval dengan sisik-sisik yang tersusun dengan sistematis. Ekor umumnya silindris dan meruncing. Famili ini meliputi hampir setengah dari spesies ular di dunia. Kebanyakan anggota famili Colubidae tidak berbisa atau kalaupun berbisa tidak terlalu mematikan bagi manusia. Gigi bisanya tipe proteroglypha dengan bisa haemotoxin Genusnya antara. lain: Homalopsis, Natrix, Ptyas, dan Elaphe.
Viperidae
Famili ini memiliki gigi bisa solenoglypha dengan bisa jenis haemotoxin. Famili ini kebanyakan merupakan ular terran yang hidup di gurun. Namun ada pula yang hidup di daerah tropis. Tersebar hampir di seluruh dunia. Sisiknya biasanya termodifikasi menjadi lapisan tanduk tebal dengan pergerakan menyamping. Memiliki facial pit sebagai thermosensor. Kebanyakan anggota familinya merupakan hewan yang ovovivipar dan beberapa ada yang bertelur. Subfamili yang ada di Indonesia adalah Crotalinae yang terdiri dari 18 genus dan 151 spesies.
Pythonidae
Python merupakan famili dari ular tidak berbisa. Beberapa mengelompokkannya sebagai subfamili dari Boidae yaitu Pythoninae. Pythonidae dibedakan dari Boidae karena mereka punya gigi di bagian premaxila, semacan tukang kecil di bagian paling depan dan tengah dari rahang atas. Kebanyakan hidup di daerah hutan hujuan Tropis. Merupakan ular yang tercatat mampu mencapai ukuran paling besar, 10m (Python reticulatus). Beberapa spesies menunjukkan adanya tulang pelvis dan tungkai belakang yang vestigial berupa taji di kanan dan kiri kloaka. Taji ini lebih besar pada yang jantan dan berguna untu merangsang pasangannya pada saat kopulasi.
Xenopeltidae
Xenopeltidae atau biasa dikenal dengan ular pelangi karena sisiknya berkilau bila terkena cahaya. Famili ini mempunyai lapisan pigmen yang gelap di bagian bawah permukaan tiap sisiknya yang menambah terang kilauannya. Salah satu spesiesnya Xenopeltis unicolor merupakan binatang peliang yang mengahabiskan waktunya di dalam tanah. Banyak ditemukan di Cina Selatan sampai Asia Tenggara (Zug, 1993).
c. Subordo Amphisbaenia
Subordo Amphisbaenia merupakan bagian dari Ordo Squamata yang tidak berkaki namum memiliki kenampakan seperti cacing karena warnanya yang semu merah muda dan sisiknya yang tersusun seperti cincin. Kelangkaanya dan kehidupnya yang meliang menjadikan sedikit keterangan yang bisa diketahui dari subordo ini (Zug, 1993).
Kepalanya tidak memisah dari lehernya, tengkorak terbuat dari tulang keras, memiliki gigi median di bagian rahang atasnya tidak memiliki telinga luar dan matanya tersembunyi oleh sisik dan kulit. Tubuhnya memanjang dan bagian ekornya hampir menyerupai kepalanya (Zug, 1993) (lihat Gambar 38).

Gambar 38. Subordo Amphisbaenia
2. Habitat dan persebaran
Kebanyakan kadal tinggal di atas tanah (terrestrial), sementara sebagiannya hidup menyusup di dalam tanah gembur atau pasir (fossorial). Sebagian lagi berkeliaran di atas atau di batang pohon. Untuk komodo sangatlah endemik yaitu terbatas persebarannya di beberapa pulau kecil di Nusa Tenggara, seperti pulau Komodo, Padar, Rinca dan di ujung barat pulau Flores.
Biawak umumnya menghuni tepi-tepi sungai atau saluran air, tepi danau, pantai, dan rawa-rawa. Di perkotaan, biawak sering diketemukan hidup di gorong-gorong saulran air yang bermuara ke sungai. Sedangkan cecak hidup di dinding dan atap rumah. Di alam cecak biasanya hidup pada tempat teduh.
Persebaran lacertilia sangat hempir setiap tempat dapat ditemukan kecuali di daerah Arktik, Antartik dan Greenland.
3. Reproduksi
Lacertilia secara umum berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Biawak berkembang biak dengan bertelur. Sebelum mengawini betinanya, biawak jantan biasanya berkelahi terlebih dahulu untuk memperlihatkan penguasaannya. Telur-telur biawak disimpan di pasir atau lumpur di tepian sungai bercampur dengan daun-daun busuk dan ranting. Panas dari matahari dan proses pembusukan sarasah akan menghangatkan telur sehingga menetas.
4. Kunci pengenalan spesies
Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi lacertilia adalah pola sisik dorsal kepala, jumlah sisik lateral tubuh, susunan sisik pada ekor dan panjang ekor.
D. Ordo Crocodilia
Ordo crocodylia mencakup hewan reptil yang berukuran paling besar di antara reptil lain. Kulit mengandung sisik dari bahan tanduk. Di daerah punggung sisik-sisik itu tersusun teratur berderat ke arah ternversal dan mengalami penulangan membentuk perisai dermal. Sisik pada bagian dorsal berlunas, pada bagian lateral bulat dan pada bagian ventral berbentuk segi empat. Kepala berbentuk piramida, keras dan kuat, dilengkapi dengan gigi-gigi runcing bertipe gigi tecodont. Mata kecil terletak di bagian kepala yang menonjol ke dorso-lateral. Pupil vertikal dilengkapi selaput mata, tertutup oleh lipatan kulit yang membungkus tulang sehingga lubang tersebut hanya nampak seperti celah. Lubang hidung terletak pada sisi dorsal ujung moncong dan dilengkapi dengan suatu penutup dari otot yang dapat berkontraksi secara otomatis pada saat buaya menyelam. Ekor panjang dan kuat. Tungkai relatif pendek tetapi cukup kuat. Tungkai belakang lebih panjang, berjari 4 dan berselaput. Tungkai depan berjari 5 tanpa selaput.
Jantung buaya memiliki 4 ruang namun sekat antar ventrikel kanan dan kiri tidak sempurna yang menyebabkan terjadinya percampuran darah. Pada jantungnya memiliki foramen panizza. Crocodilia merupakan hewan poikilotermik sehingga kebanyakan akan berjemur di siang hari unutk menjaga suhu tubuhnya. Mereka berburu di malam hari. Crocodilian dewasa terutama yang dominan memiliki teritori tersendiri, namun pada musim kering teritori tersebut dilupakan karena daerah mereka menyempit akibat kekeringan (Goodisman, 2002).
Famili Alligatoridae
Famili Alligatoridae memiliki ciri-ciri bentuk moncongnya yang tumpul dengan deretan gigi pada rahang bawah tepat menancap pada gigi yang terdapat pada rongga pada deretan rahang atas sehingga pada saat moncongnya mengatup hanya deretan gigi pada rahang atasnya saja yang terlihat.dapat mencapai umur maksimal hingga 75 tahun. Tahan terhadap suhu rendah.memiliki lempeng tulang pada punggung dan bagian perut bawah memiliki sisik dari bahan tanduk yang lebar.yang berjumlah lebih dari 6 sisik. (lihat Gambar 39).

Gambar 39. Aligator sp
Famili Crocodylidae
Ciri-ciri Famili Crocodilidae adalah moncongnya meruncing dengan bentuk yang hampir segitiga dan pada saat mengatup, kedua deret giginya terlihat dengan jelas. Kedua tulang rusuk pada ruas tulang belakang pertama bagian leher terbuka lebar. Terdapat pula baris tunggal sisik balakang kepala yang melintang yang tidak lebih dari 6 buah di bagian tengkuk. Spesies anggota Famili Crocodilidae yang ada di Indonesia adalah :
a. Crocodylus novaguineae (Buaya Irian)
Spesies yang sering disebut sebagai Buaya Irian ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasrkan ukuran sisiknya yang lebih besar, terutama sisik ventralnya. Sisik belakang kepalanya berjumlah 4-7 buah. Sisik D.C.W (Double Crest Whorl) sejumlah 17-20 pasang, sedangkan Sisik S.C.W (Single Crest Whorl) berjumlah 18-21 buah. Jumlah sisik ventral terdiri atas 23-28 baris dari depan ke belakang. Ukuran maksimum dapat mencapai 3350 mm untuk jantan dan 2650 mm untuk betina (Iskandar, 2000).
Pada waktu akan bertelur, betina akan membuat sarang dan bertelur pada awal musim kemarau, hal ini berlawanan dengan Crocodylus porosus. Telur – telur ini dijaga oleh induk sampai mereka dapat mencari makanan sendiri. Buaya-buaya ini menempati habitat yang sama dengan buaya air tawar di Indonesia Barat dan dijumpai sampai ke pedalaman dengan persebaran meliputi Irian sebelah utara, mulai dari daerah DAS Memberamo, sampai semenanjung selatan Papua Nugini (Iskandar, 2000).
b. Crocodylus porosus (Buaya Muara)
Buaya muara dikenal sebagai buaya terbesar di dunia dan dapat mencapai panjang tujuh meter. Buaya ini dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik belakang kepalanya yang kecil ataupun tidak ada, sisik dorsalnya berlunas pendek berjumlah 16-17 baris dari depan ke belakang biasanya 6-8 baris (lihat Gambar 40). Tubuhnya berwarna abu-abu atau hijau tua terutama pada yang dewasa pada sedangkan yang muda berwarna lebih kehijauan dengan bercak hitam, dan pada ekornya terdapat belang hitam dari bercak- bercak berwarna hitam (Iskandar, 2000).
Saat bertelur, betina akan membuat sarang dari sampah tumbuhan, dan dedaunan. Buaya ini bertelur pada awal musim penghujan. Telur – telur ini akan terus dijaga oleh induk sampai menetas dan mereka dapat mencari makanan sendiri (Iskandar, 2000).
Buaya jenis ini menempati habitat muara sungai. Kadang dijumpai di laut lepas. Makanan utamanya adalah ikan walaupun sering menyerang manusia dan babi hutan yang mendekati sungai untuk minum. Persebaran buaya ini hampir di seluruh perairan Indonesia (Iskandar, 2000).

Gambar 40. Crocodylus porosus
c. Crocodylus siamensis (Buaya Air Tawar)
Dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan sisik post occipital-nya yang berjumlah 2-4 buah. Moncongnya tidak berlunas tetapi terdapat lunas yang jelas di antara kedua matanya.. Panjang moncongnya satu setengah sampai satu tiga perempat kali lebarnya. Umumnya memiliki 3-4 buah sisik belakang kepala. Tubuhnya kecil dan hanya dapat mencapai panjang sekitar satu meter, berwarna hijau tua kecoklatan dan anakan berwarna lebih muda dengan bercak- bercak pada punggung dan ekor. Belang hitam pada ekor umumnya tidak utuh. Buaya Air Tawar betina bertelur pada awal musim penghujan (Iskandar, 2000).
Buaya ini hidup pada pedalaman dengan air yang tawar, sungai atau rawa-rawa. Makanan utamanya adalah ikan. Jenis ini juga dikenal sebagai buaya
Famili Gavialidae
Famili Gavialidae memiliki bentuk moncong yang memanjang dan pada saat moncong tersebut menangkup, kedua deret gigi yaitu yang berada di rahang atas dan rahang bawah terlihat berseling. Ujung moncongnya melebar dan bersegi 8. sekilas bentuknya mirip dengan Tomistoma schlegelii.
Tomistoma schlegelii ( Buaya Senyulong)
Buaya ini dapat dibedakan dengan buaya yang lain berdasarkan moncongnya yang sangat sempit dengan ukuran tubuh yang mencapai 5,6m. Jari kakinya memiliki selaput, dan sisi kakinya berlunas. Matanya memiliki iris yang tegak. Betinanya bertelur pada awal musim penghujan. Telurnya diletakkan dalam tanah dan ditimbun dengan sampah tetumbuhan (Iskandar, 2000).
Habitat yang menjadi favorit buaya ini adalah lubuk-lubuk yang relatif dalam, rawa-rawa, hingga ke pedalaman. Makanan utama adalah ikan, udang dan juga monyet. Persebaran buaya ini meliputi Sumatera, Kalimantan, dan Jawa (Iskandar, 2000).
2. Habitat dan Persebaran
Persebaran buaya muara terluas di dunia. Buaya muara memiliki wilayah perantauan mulai dari perairan teluk Benggala (Sri Lanka, Bangladesh, India) hingga perairan Polinesia (Kepulauan Fiji Vanuatu) termasuk perairan Indonesia dan Australia serta negara lain di sekitar indonesia. Habitat kesukaan mereka tentu saja perairan Indonesia dan Australia.
Sedangkan Aligator hanya terdapat di dua negara yaitu Amerika Serikat dan Cina. Alligator Cina terancam punah dan tinggal jenis yang berada di lembah Yangtze. Alligator amerika ditemukan di Amerika Serikat dari Carolina sampai Florida dan Sepanjang Gulf Coast. Mayoritas Alligator Amerika Tinggal di Floroda dan Lousiana. Di Floroda sendiri terdapat lebih dari 1 juta Alligator. Amerika Serikat adalah satu-satunya negara yang memiliki Alligator dan Buaya. Alligator Amerika tinggal di Air tawar, seperti kolam, rawa-rawa, daratan basah dan sungai.
3. Reproduksi
Famili Crocodylidae merupakan hewan yang berkembang biak secara musiman. Masa kawin pada musim semi ketika air hangat. Famili ini berkembang biak dengan bertelur dan fertilisasinya secara internal. Setelah melahirkan, induk buaya melakukan parental care.
4. Kunci Pengenalan Spesies
Ciri-ciri yang dapat digunakan untuk identifikasi hjenis buaya adalah melalui bentuk cranial dan perkatupan gigi. Dapat juga dilihat dari kulit ada tidaknya dan bentuk tonjolan di belakang mata (protuberance). Kemudian dilihat bentuk, ukuran dan jumlah sisik nuchal, sisik dorsal, sisik ventral dan tonjolan sisik ekor serta bagian colar.
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan beberapa kemajuan reptil dibanding amphibi
2. Sebutkan pengklasifikasin dari kelas reptil
3. Jelaskan karakteritik dan ordo testudinata
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.

c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Kemajuan reptil dibandingkan dengan amphibi
Pertama adanya cangkang pada telur dan adanya amnion pada embrio, menjamin perlindungan terhadap bahaya kekeringan pada telur-telur yang diletakkan di darat. Sifat ini tidak dimiliki oleh telur-telur amphibi yang terestrial sekalipun. Kedua adanya sisik epidermis yang berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh fisik dan juga sebagai pelindung terhadap kekeringan. Selain itu kemajuan pada reptil adalah ekstermitas yang cocok untuk bergerak cepat, adanya arah pemisahan darah yang beroksigen dan tidak beroksigen dalam jantung, serta sempurnanya proses penulangan
2. Klasifikasi reptil
Klasifikasi reptil, pada awalnya didasarkan atas arsitektur tengkoraknya. Formulasi ini dikemukakan oleh Osborn tahun 1903, yaitu ditunjukkan dengan adanya ciri-ciri tengkorak: anapsid, diapsid, synapsid (parapsid). Sekarang klasifikasi reptil tersebut telah banyak berubah, dan dibagi menjadi 4 ordo: Testudinata, Rhynchocephalia, Squamata dan Crocodilia.
3. Karakteristik ordo testudinata
Anggota ordo ini memiliki ciri yang spesifik yaitu tubuhnya dilindungi oleh bangunan yang disebut cangkang atau tempurung. Dalam bahasa Indonesia, dikenal empat kelompok hewan yang termasuk bangsa ini, yaitu penyu ( sea turtle), labi-labi ( Shoftshell Turtle), Kura-kura air tawar ( Fresh water Turtle/ Terrapine), kura-kura darat ( Tortoise). Ekstrimitasnya termodifikasi sesuai dengan habitat hidupnya. Untuk anggota Ordo Testudinata yang hidup di laut, ekstrimitasnya termodifikasi menjadi bentuk seperti dayung untuk memudahkan hewan tersebut dalam bergerak di air (berenang). Sedangkan untuk anggota yang hidup di darat, alat geraknya termodifikasi menjadi bentuk batang atau tonggak, tanpa selaput dan untuk yang hidup pada habitat semiakuatik, terdapat selaput renang diantara jari-jarinya. Untuk hewan yang hidup di darat, jari-jarinya dilengkapi dengan cakar yang pada jantan, cakar ini lebih panjang yang fungsinya antara lain sebagai alat untuk berpegangan pada pasangannya pada saat kopulasi.
e. Referensi
1. Anonim. 2009 .(Tersedia di :http://ksh.biologi.ugm.ac.id /index.php? option= com_content&view=article&id=9&Itemid=18, diakses tanggal 1 desember 2009)

2. Anonim. 2009. .(Tersedia di : http://www.krunok.net/wp-content/uploads/2007/ 12/teethsnaker.jpg, diakses tanggal 1 desember 2009)

3. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://kusmandanuunindra4. blogspot.com/ 2009/07/ reptil.html, diakses tanggal 1 desember 2009)

4. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://images.google.co.id /imgres? imgurl= http://www.oceansofkansas.com/Turtles/PlateXVIII.jpg&imgrefurl=http://www.oceansofkansas.com/Turtles.html&usg=__V9kBp0VxeaUQ5SdfR1odyJxA1lk=&h=1006&w=698&sz=247&hl=id&start=2&um=1&tbnid=9IK9GRp4f-4tDM: & tbnh=150&tbnw=104&prev= /images% 3Fq%3Dtengkorak% 2Btestudinata %26hl%3Did%26sa%3DG%26um%3D1, diakses tanggal 1 desember 2009)

5. Hidayat, Luthfi Nur . 2009. Reptilia .(Tersedia di : http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&view=section&layout=blog&id=4&Itemid=16, diakses tanggal 1 desember 2009)

6. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.

7. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.

8. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT

9. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP
f. Senarai
1. reptum = melata atau merayap
2. creptes = reptil
BAB V
AVES

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri utama aves, ciri khusus aves dan klasifikasi aves.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan kelompok hewan yang termasuk dalam kelas aves
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang kelas aves
B. Penyajian
Urain dan contoh
Aves atau burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kata aves berasal dari kata Latin dipakai sebagai nama kelas, sedang ornis dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Fosil tertua burung ditemukan di Jerman dan dikenal sebagai Archaeopteryx. Jenis-jenis burung begitu bervariasi, mulai dari burung kolibri yang kecil mungil hingga burung unta, yang lebih tinggi dari orang. Diperkirakan terdapat sekitar 8.800 – 10.200 spesies burung di seluruh dunia; sekitar 1.500 jenis di antaranya ditemukan di Indonesia. Berbagai jenis burung ini secara ilmiah digolongkan ke dalam kelas aves. Kelompok ini mudah dikenal dan dibedakan dari kelompok vertebrata lain dari cirinyayang khas yaitu berbulu. Dengan kata lain dapat diungkapkan asal makhluk itu berbulu pasti ia burung, bila tidak berbulu ia bukan burung.
5.1 Ciri-Ciri Aves
Aves dapat dibedakan dari hewan vertebrata yang lain karena memiliki karakteristik sendiri :
a. Seluruh tubuh ditutupi oleh bulu yang dianggap sebagai modifikasi sisik epidermis dan fungsinya sebagai isolator.
b. Dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan udara.
c. Ekstrimisasi anterior sudah mengalami modifikasi yang digunakan sebagai sayap untuk terbang.
d. Sebagian besar skeletonnya mengalami klasifikasi sempurna.
e. Pada bagian belakang ujung tubuh terdapat ekor yang pendek dan dilengkapi dengan bulu yang juga dapat mengembang sewaktu terbang.
f. Mata berada dibagian lateral dan dilengkapi kelopak atas dan bawah.
g. Disamping mata ada lubang telinga yang ditutupi oleh bulu.
h. Bagian mulut mempunyai paruh yang dibentuk dari zat tanduk, tidak bergigi. Fungsinya untuk memecah biji, memotong, menangkap serangga, menghisap madu dan menyaring makanan. Sebelah atas mandibula ada dua lubang hidung yang sempit.
i. jantung di bagi atas empat bagian sempurna.
j. Suhu tubuh tetap homeoterm.
k. Sistem respirasinya menggunakan paru-paru yang umumnya melekat pada tulang iga yang dihubungkan dengan kantong udara.
l. Indera pendengaran, penglihatan, penciuman dan pita suara berkembang dengan baik.
m. Mempunyai naluri untuk merawat anak-anaknya dengan baik.
n. Tubuhnya ditututpi oleh kulit yang kuning tidak berkelenjar kecuali pada bagian ekor.
Aves menunjukkan kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang mendahului dalam hal :
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus
Untuk mengenal burung dengan baik, kita perlu mengenal dulu morfologi tubuh burung. Dalam garis besarnya, tubuh burung dapat dibedakan atas, kepala, leher, badan, sayap, tarsus dan ekor (lihat Gambar 41).

Gambar 41. Morfologi Tubuh Burung
Selain morfologi yang perlu diketahui juga adalah sistem rangka tubuh burung dimana rangkanya memiliki bentuk yang unik. Secara umum tulangnya ringan, terutama pada spesies yang bisa terbang. Tulang besar mengandung lubang berisi udara berkaitan dengan sistem pernapasan. Tulang tengkoran sebgaian besar saling menyatu. Bagian tulang tengkorak bersendi dengan tulang leher pertama disebut condylus occipitalis. Rahang bagian bawah dan atas memanjang sebagai penopang tubuh. Gigi seluruhnya lenyap pada burung modern.
Columna vertebralis banyak mengalami adaptasi. Vertebra servikalis lebih banyak dengan jumlah bervariasi, fleksibel terutama karena artikulasi permukaan persendian yang memungkinakn gerakan bebas. Vertebra toraakis anterior mampu bergerak. Bagian lumbar, sakrum dan anterior kaudal, bersatu dengan pelvik membentuk sinsakarum. Beberapa vertebra caudal bebas dan bagian distal bersatu membentuk struktur tunggal disebut pigostile sebagai ekor pendek.
Modifikasi rangka yang paling menyolok terjadi pada anggota depan, sedangkan anggota badan bagian belakang tidak berubah seperti anggota badan depan, namun menunjukkan beberapa ke khususan menarik (perhatikan Gambar 42).

Gambar 42. Rangka Tubuh Burung Merpati
5.2 Ciri Khusus Aves
a. Struktur Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi beberapa bagian (lihat Gambar 43) sebagi berikut.
• Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
• Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.
• Plumae, Bulu yang sempurna.
• Barbae
• Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
Susunan plumae terdiri dari :
 Shaft (tangkai), yaitu poros utama bulu.
 Calamus, yaitu tangkai pangkal bulu.
 Rachis, yaitu lanjutan calamus yang merupakan sumbu bulu yang tidak berongga di dalamnya. Rachis dipenuhi sumsum dan memiliki jaringan.
 Vexillum, yaitu bendera yang tersusun atas barbae yang merupakan cabang-cabang lateral dari rachis.
Lubang pada pangkal calamus disebut umbilicus inferior, sedangkan lubang pada ujung calamus disebut umbilicus superior. Bulu burung pada saat menetas disebut neossoptile, sedangkan setelah dewasa disebut teleoptile. Menurut letaknya, bulu aves dibedakan menjadi:
• Tectrices, bulu yang menutupi badan.
• Rectrices, bulu yang berada pada pangkal ekor, vexilumnya simetris dan berfungsi sebagai kemudi.
• Remiges, bulu pada sayap yang dibagi lagi menjadi:
• remiges primarie yang melekatnya secara digital pada digiti dan secara metacarpal pada metacarpalia.
• Remiges secundarien yang melekatnya secara cubital pada radial ulna.
• Remiges tertier yang terletak paling dalam nampak sebagai kelanjutan sekunder daerah siku.
• Parapterum, bulu yang menutupi daerah bahu.
• Ala spuria, bulu kecil yang menempel pada ibu jari (Jasin, 1984).









Gambar 43. Bagian-Bagian Bulu Pada Aves
Pada burung heron terdapat bentukan bulu yang khusus yang disebut sebagai bulu powder/ bulu bubuk. Bulu ini hampir sama dengan bulu pada umumnya tetapi barbulaenya terpisah menjadi bubuk halus seperti bedak. Fungsi bulu ini belum jelas, tetapi pada saat burung melumasi bulu dengan cara menjilatinya, bulu bubuk membantu mengisolasi panas tubuh dan membantu menghangatkan telur saat pengeraman.
Semi plumae adalah kumpulan bulu barbula yang letaknya tersembunyi di bawah bulu-bulu luar. Bistle adalah bulu perasa berupa shaft yang memanjang melebihi bulu luar, ditemukan pada kepala burung Caprimulgids dan burung penangkap serangga flycatchers (Sukiya, 2003). Bristle yang menutupi lubang hidung terdapat pada burung pelatuk. Hal ini merupakan bentuk adaptasi burung pelatuk agar partikel-partikel kayu tidak masuk saluran pernafasan. Bristle pada burung hantu dan caprimulgids membantu mendeteksi posisi sarang, tempat bertengger dan benda yang menghalangi. Fungsi bristle didukung oleh adanya getaran dan tekanan reseptor didekat folikel bulu (Sukiya, 2003).
Bentuk bulu ekor burung pada saat tidak terbang bermacam-macam, antara lain berbentuk persegi, bertakik, bercabang, bulu sebelah luar memanjang, bulu ekor dengan raket, bulu tengah panjang, bundar, berbentuk cakram, berbentuk tingkatan, dan berujung runcing (Sukiya, 2003).


b. Warna Bulu
Warna bulu dihasilkan oleh butir pigmen, dengan difraksi dan refleksi cahaya oleh struktur bulu atau oleh pigmen dan struktur bulu. Pigmen pokok yang menimbulkan warna pada bulu adalah melanin dan karotenoid. Karotenoid sering disebut dengan lipokrom yang tidak larut dalam air tetapi larut dalam metanol, eter atau karbon disulfida. Karotenoid terbagi menjadi 2, yaitu zooeritrin (animal red) dan zoosantin (animal yellow). Pigmen melanin terklarut dalam asam. Butir-butir eumelanin beraneka macam yaitu dari hitam sampai coklat gelap. Feomelanin yaitu hampir tanpa warna hingga coklat kemerahan.
Butir-butir melanin bulat di dekat ujung bulu luar memberikan efek ring Newton dan menyebabkan perubahan warna-warni bulu. Warna hijau, biru dan violet tidak dihasilkan oleh pigmen tetapi tergantung dari struktur bulu. Contohnya burung bluebird yang bulunya berwarna biru tetapi tidak mengandung pigmen warna biru. Warna ini ditimbulkan oleh pigmen kuning yang menyerap semua spektrum sinar kemudian dipantulkan kembali. Burung tropis pemakan pisang memiliki pigmen tembaga berupa turacoverdin yang mampu menghasilkan warna merah gelap dihasilkan oleh turacin (Sukiya 2003). Salah satu spesies burung pemakan pisang ini adalah Tauraco corythaix, mempunyai kuning telur berwarna merah terang yang ditimbulkan oleh karotenoid dan 60% dari pigmen merah yang disebut astasantin.
Meski warna bulu burung adalah genetis, namun dapat berubah akibat faktor internal maupun eksternal. Burung yang dikurung dalam waktu lama juga dapat berubah warna bulunya. Hal ini dapat disebabkan karena makanannya. Faktor internal yang mempengaruhi warna bulu adalah hormon. Spesies burung terdapat dimorfisme warna dalam seksual. Pengaturan hormon estrogen banyak berperan pada burung jantan, yaitu sebelum hingga awal pergantian bulu. Sedangkan pada burung betina kemungkinan diinduksi oleh bulu burung jantan dengan pengaturan testosteron. Faktor eksternal yang dapat mempengaruhi perubahan warna adalah oksidasi dan gesekan/abrasi. Warna yang ditimbulkan karoten dapat memudar karena sinar matahari.
Berdasarkan tahapan perkembangan dan warna bulu maka burung dapat dikelompokkan menjadi 6 golongan yaitu :
1. Nestling : kelompok burung burung muda yang belum bisa meninggalkan sarang.
2. fledging : burung muda yang secara fisik sudah mampu meninggalkan sarang tetapi masih dalam asuhan induk.
3. Juvenile : burung muda yang sudah mampu terbang, bisa mencari makan sendiri tetapi belum mengalami masa molting post juvenile secara lengkap.
4. Immature : burung yang sudah mengalami molting post juvenile secara lengkap tetapi bulu burung dewasanya belum lengkap.
5. Young : burung yang umurnya kurang dari 1 tahun.
6. Nature : burung yang sudah mengalami molting nuptial secara lengkap.
c. Aransmen Bulu
Bulu-bulu burung sebenarnya tidak merata, tetapi dirancang pada bidang-bidang terbatas yang disebut pterilae dan ada bidang kecil yang tidak ditumbuhi bulu disebut apterile. Pengecualian pada penguin dan burung kiwi yang bulunya menutupi hampir sebagian besar tubuhnya. Bulu burung dapat dinamai sesuai dengan bidangnya berada, yaitu:
1. Capital tract yaitu bulu yang menutup bagian atas, samping dan belakang kepala dan terus ke pterilae berikutnya.
2. Spinal tract, bulu yang memanjang dari atas leher ke punggung terus ke dasar ekor dan bisa berlanjut atau terpisah ditengah.
3. Ventral tract, berawal diantara cabang rahang bawah dan memanjang turun ke sisi ventral leher. Biasanya bercabang menjadi dua bidang lateral melewati sepanjang sisi tubuh dan berakhir disekitar anus. Bagian apterilae dadabawah dan perut beberapa burung, kaya pembuluh darah selama bersarang dan merupakan daerah mengeram (brood patch). Pada saat mengeram bulu pada brood patch akan rontok dan kulitnya tipis.
4. Humeral tract yaitu sepasang pterilae yang sejajar seperti pita sempit yang meluas ke belakang pada sisi pundak.
5. Caudal tract termasuk retrices, bulu pada ekor, biasanya panjang dan kuat.
6. Alar tract termasuk berbagai pterilae yang terletak pada sayap. Thumb merupakan sisa jari kedua. Sedangkan bulu yang menutupi permukaan atas dan bawah sayap disebut dngan covert dan bulu pada aksial sayap disebut aksillaria.
7. Femoral tract, bulu yang meluas sepanjang permukaan luar paha dekat sendi lutut ke tubuh.
8. Crural tract, bulu yang menyususn sisa bidang bulu lainnya pada kaki (Sukiya, 2003).
d. Pergantian Bulu
Bulu burung terbentuk dari struktur tak hidup sehingga mudah kusut akibat oksidasi dan gesekan. Bulu-bulu yang telah lama akan lepas secara periodik dan digantikan oleh bulu yang baru. Pelepasan dan pergantian bulu ini disebut dengan molting. Pergantian bulu terjadi pada waktu tertentu dalam satu tahun dan diselesaikan dalam satu periode (selama beberapa minggu).
Umumnya burung mengalami pergantian bulu sekali dalam satu tahun, tetapi burung kolibri betina mengalami pergantian bulu sekali dalam dua tahun.Pergantian bulu biasanya terjadi sebelum atau sesudah perkembangbiakan. Namun ada juga yang mengalami pergantian bulu parsial oleh sebab tertentu. Pergantian bulu burung dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain faktor fisiologis yaitu adanya hormon tiroksin.
Bulu yang tumbuh semakin lama akan menjadi aus dan akan mengalami pergantian. Biasanya pergantian setahun sekali, proses pergantian bulu ini disebut molting. Ada beberapa tahap pergantian bulu yang diketahui, yaitu :
1. Molting post natal, lepasnya bulu pertama pada burung yang baru menetas. Kejadian ini hanya sekali selama hidupnya.
2. Molting post juvenile, pergantian bulu pada masa burung sudah mengalami pertumbuhan maximum, kejadian ini juga hanya sekali selama hidupnya.
3. Molting post nuptial, pergantian bulu yang terjadi pada waktu burung mendekati masa breding dan akan terjadi setiap tahun.
Sempurnanya bulu setiap spesies burung sejak menetas sampai dewasa berbeda-beda. Ada beberapa spesies burung yang pada saat menetas telanjang /tidak memiliki bulu. Bulu pada saat menetas disebut dengan natal plumage. Sebagian besar spesies burung memiliki jumlah bulu bervariasi pada saat menetas, hanya beberapa deret bulu pada spesies altrical (misalnya merpati) atau seluruh tubuh tertutup bulu pada burung precocial muda (misal ayam). Bulu saat menetas akan rontok dan diganti yang baru, sebagai berikut:
1. Juvenal plumage (bulu anak burung), lebih substansial dari natal plumage. Pada burung passerine hanya bertahan beberapa minggu lalu rontok dan diganti bulu first winter plumage.
2. First winter plumage (bulu ketika berusia satu tahun), diperoleh pada akhir musim panas atau musim gugur dan bertahan selama 12 bulan, tergantung dari spesiesnya.
3. First nuptial plumage (bulu kawin pertama), bulu perkembangbiakan pertama yang akan rontok sebagai akibat pergantian bulu setelah masa kawin pertama.
4. Second winter plumage (bulu tahun kedua), dapat dibedakan dengan bulu dewasa pada musim dingin kecuali spesies yang memperoleh bulu dewasa pada tahun pertama atau lebih dari dua tahun. Bulu ini akan diganti oleh bulu masa kawin kedua pada musim semi berikutnya.
Warna bulu burung jantan dan betina dari sejumlah spesies adalah identik tetapi masih dapat dibedakan karena secara mayoritas warna bulu burung jantan lebih cerah terutama bulu masa kawin. Namun pada pejantan itik tertentu, setelah musim bersarang, hasil pergantian bulu setelah kawin, warna bulunya menjadi pudar abu-abu kemerahan dan bulu sayapnya lepas sehingga untuk sementara tidak dapat terbang. Oleh karenanya, itik jantan ketika masa ini menjadi tidak menarik.
e. Tipe Paruh
Paruh terbentuk dari zat tanduk. Proses penandukannya tumbuh menutupi secara teratur menggantikan bagian yang hilang karena dipakai. Fungsi paruh antara lain sebagai mulut, sebagai tangan untuk memperoleh atau memegang makanan, untuk menelisik bulu agar rapih, dapat sebagai alat pertahanan.
Bentuk paruh selalu menunjukkan kebiasaan makan dari setiap jenis burung. Berdasarkan itu maka paruh burng ada beberapa type, antara lain :
1. Probing, paruh yang berbentuk silinder berguna untuk menyelidik celah/sarang serangga kemudian menagkapnya. Contohnya : Common Snipe (Gallinago gallinago), pada burung pelatuk (Chrysocolaptes validus) paruh yang silinder ini agak gemuk dan kuat.
2. Insect-Catching (penangkap serangga), paruh yang bentuknya jika dilihat dari atas melebar tapi kecil. Paruh ini berfungsi untuk menangkap serangga terbang. Contoh : burung layang-layang.
3. Seed-cracking (pemakan/pemecah biji) yaitu paruh yang berbentuk kerucut dan kuat. Contohnya : Burung-Burung yang bersifat graminivora, gebondol, gereja (Passer domesticus).
4. Tearing (perobek), paruh yang bagian ujungnya tajam dan bagian atasnya lebih panjang serta melengkung ke bawah. Biasanya bersifat carnivora. Contoh : elang (Haliastus indus).
5. Sieving (penyaring), paruh yang bentuknya melebar dan pipih dengan bagian tepinya terdapat gigi seperti sisir untuk menyaring makanan dari dasar air contoh : bebek, belibis (Dendrocygna javanica).
6. Spearing (penombak), paruh yang berbentuk panjang seperti tombak, contoh : bittern (yellow bittern = Ixbrychus sinensis ).
7. Penghisap madu, paruh yang panjang dan melengkung yang berguna untuk menghisap madu pada bunga contoh : Antrapsis malacensis.
8. Paruh menyilang, paruh dimana bagian atas dan bagian bawah saling menyilang, contoh : Red-crossbill (Loxia curvirostra).
Lidah pada sebagian besar burung tidak dapat diulurkan tetapi pada burung pelatuk lidahnya dapatr ditonjolkan atau dijulurkan keluar paruh. Hal ini berguna untuk mengambil serangga dalam kayu. Demikian pula pada burung kolibri (penghisap madu, lidahnya dapat dikeluarkan untuk memperoleh atau mengetahui adanya madu dari bunga.
f. Tipe Kaki
Kaki dapat berfungsi dalam beberapa hal, antara lain : berlari, memanjat, pendukung tubuh sewaktu istirahat dan juga untuk menyusun sarang, pada beberapa jenis burung kaki juga dapat bertype kaki burung disesuaikan dengan kebiasaan hidup dan keadaan habitat dari burung tersebut anatara lain :
1. Wading (type kaki burung-burung rawa), kaki yang panjang, mempunyai digiti yang panjang pula berguna untuk keseimbangan sewaktu di air. Contoh: sandpiper.
2. Swimming (type kaki perenang), kaki diantara digitinya mempunyai selaput renang atau pada digiti ada pelebaran. Jika dilihat digiti yang berselaput maka ada 2 macam, yaitu : a. Primata (3 berselaput, 1 lepas), b. Totipalmata (4 berselaput semua). Contoh yang berselaput ini misalnya pada bebek.
3. Sedangkan pada jenis burung lain ada yang digitinya tidak berselaput tetapi ada pelebaran (lobate), contohnya: coot (Fulica atra), kebiasaan burung ini menyelam dan berenang.
4. Perching (type kaki penghinggap), semua digiti terletak pada satu bidang datar dan bisa memegang ranting ketika akan mengambil makanan. Digiti biasanya berbentuk silindris. Contohnya finch (jenis-jenis gelatik).
5. Grasping (type kaki pemegang), kaki yang digiti depan bagian luar dapat diputar ke belakang sewaktu mencengkram/memegang. Type kaki ini biasanya terdapat pada burung-burung pemangsa (raptorial), misalnya osprey dan hawk.
6. Climbing (type pemanjat), dua digiti menghadap ke depan dan dua lagi menghadap ke belakang, contoh : burung pelatuk.
7. Type pengais, tiga digiti pada satu bidang datar sedang digiti yang satu lagi ke belakang letaknya agak ke atas. Contohnya ayam.
8. Running (type kaki pelari, pejalan cepat), Contohnya : burung unta.
g. Tipe Ekor
Sewaktu burung terbang ekor dapat berfungsi sebagai pendayung dan alat pengerem. Selain itu merupakan alat keseimbangan bila burung hinggap. Pada burung-burung tertentu, misalnya merak ekor burung yang jantan dapat berfungsi untuk menarik perhatian lawan jenisnya. Ekor burung pelatuk mempunyai tangkai bulu yang kaku, sehingga bisa membantu mendukung tubuh sewaktu burung tersebut mencari serangga pada bidang vertikal. Ada beberapa type ekor burung yang telah diketahui yaitu :
1. square (persegi)
2. notched (berlekuk)
3. forked (seperti garpu)
4. elongated outer feathers (bulu bagian luar memanjang)
5. with rackets (bulu bagian luar dengan raket)
6. elongated central feathers (bulu bagian tengah memanjang)
7. rounded (bulat)
8. wedge shaped (berbentuk baji)
9. graduated (terbagi dalam beberapa tingkat)
10. pointed (meruncing)

5.3 Klasifikasi Aves
1) Ordo Apterygiformes
Kelompok ini mudah dikenal dan dibedakan dengan kelompok-kelompok vertebrata lainnya, yaitu dapat dilihat dari cirinya yaitu berdarah panas (Homoioterm), badan dilitupi oleh bulu pelepah, mempunyai paruh yang tidak bergigi dan dua kepak, ,mempunyai sisik pada kakinya, bertelur dan telurnya dilindungi oleh cangkerang keras, bernafas melalui paru, berdarah panas, bulu-bulu panjang seperti rambut, tak bercabang, sayap kecil, paruh panjang, langsing, pada ujungnya terdapat lubang hidung, mata kecil, leher dan tungkai relatif pendek, jari-jari kaki belakang 4, tulang dada tanpa lunas, telurnya paling besar diantara burung-burung yang masih hidup, hidup di permukaan tanah, aktif di malam hari (Nocturnal) dan makanannya cacing atau serangga. Contoh spesiesnya: Apteryx australis (Burung Kiwi)
Burung Kiwi termasuk dalam ordo Apterygiformes yang hanya punya satu familia yaitu Apterygidae. Daerah persebaran alami spesies burung ini pun terbatas hanya di Selandia Baru. Burung ini terdapat dalam tiga spesies, Apteryx australis terdapat di tiga pulau utama Selandia Baru. Sementara Apteryx oweni dan Apteryx haasti hanya terdapat di pulau Selatan saja.
Burung yang tidak bisa terbang ini bisa tumbuh hingga seukuran ayam dengan bobot 2-5 kg. Bulunya berbentuk seperti rambut berwarna abu-abu atau coklat. Burung yang hidupnya nocturnal ini tidak punya ekor dan sayapnya sangat kecil. Paruhnya langsing dan tajam. Tidak seperti kebanyakan burung yang lain, lubang hidung burung Kiwi terdapat hampir di ujung paruhnya.
Musim kawin adalah saat membuat teritori. Ukuran teritori ditentukan oleh sejauh mana suara teriakan sang pejantan masih bisa terdengar. Luasnya bervariasi, dari hanya 2 hektar hingga lebih dari 100 hektar! Burung yang konon bisa hidup selama 20 tahun ini adalah burung yang setia kepada pasangannya. Hanya anehnya sang betina lebih dominan dalam perkawinan. Kuncinya pada pembagian tugas. Dalam masa berbiak energi sang betina sebagian besar akan dihabiskan untuk mengeluarkan telur. Walau hanya 1-2 butir, ukuran telur burung Kiwi luar biasa besar. Selain ukurannya, berat telur ini sungguh mengherankan, bobotnya bisa mencapai 25% berat tubuh induknya! Dibandingkan kerabatnya, burung unta yang telurnya cuma 2% dari berat tubuh induknya, dan berat bayi manusia kira-kira hanya 5% saja dari berat ibunya. Oleh karena itu, pekerjaan selebihnya dilakukan si pejantan, termasuk urusan merapikan sarang, mengerami telur, sampai menemani si kecil mencari makan setelah telurnya menetas
2) Ordo Struthioniformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut, yakni ukuran tubuhnya besar, kepala, leher dan tungkai berbulu tipis, kepala kecil, leher panjang dan teratur, paruh pendek dan besar, bulu tidak bercabang ,kaki berjari-jari dua, tulang dada tanpa lunas, terdapat simfisid pubis dan tanpa pygostyle. Contoh spesiesnya: Struthio camelus (Burung Unta).
Burung unta merupakan burung terbesar yang masih hidup. Dengan ketinggian hingga 2,5 meter (8 kaki), ia cukup besar untuk seseorang dewasa berbadan kecil menunggang mereka dan telah digunakan di sebagian Afrika Utara dan Arab sebagai hewan tunggangan perlombaan. Burung ini tidak dapat terbang dan termasuk dalam kumpulan primitif yang kurang dikenal, yaitu ratit (Palaeognaths). Nama ilmiahnya Struthio camelus.
Burung unta berasal dari sabana dan bagian gurun Afrika di utara dan selatan zona hutan khatulistiwa. Spesies yang terdapat di Timur Tengah, yakni S. c. syriacus, telah lenyap. Burung unta dipelihara sebagai sumber daging di kawasan sejuk seperti Swedia. Rasa dagingnya seperti daging tak berlemak.
Menurut kepercayaan rakyat, burung unta terkenal karena menyembunyikan kepala mereka di dalam tanah saat berhadapan dengan bahaya. Perilaku ini tidak pernah dicatat atau dilihat, walaupun burung unta diketahui merendahkan kepala dan leher mereka ke tanah untuk melindungkan diri bila predator mendekat. Apabila terancam, burung unta mampu membuat predatornya luka parah dengan tendangan dari kaki mereka yang kuat itu.
Anggota lain kelompok Palaeognaths termasuk burung rea, emu, kasuari serta burung terbesar yang diketahui tetapi sekarang lenyap, Aepyornis.
3) Ordo Rheiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut dapat berlari cepat, kepala, leher dan paha berbulu, bulu tak bercabang, sayap cukup besar, kaki berjari tiga dengan cakar yang kuat, dan tulang dada tanpa lunas. Contoh spesiesnya Rhea americana.
Rhea adalah spesies burung Ratite yang merupakan genus Rhea, burung ini berasal dari Amerika Selatan. Saat ini hanya ada dua spesies: Rhea Amerika dan Rhea Darwin. Nama genus rhea diberikan oleh Paul Mohring pada tahun 1752.
Rhea adalah burung besar yang tidak dapat terbang yang memiliki kaki dan leher panjang, dan berwarna abu-abu kecokelatan. Burung ini bisa mencapai tinggi lima kaki (1.7 m). Sayap rhea sangat besar dan akan membentang ketika berlari, berfungsi seperti layar pada kapal. Tidak seperti burung lainnya, jari kaki rhea hanya berjumlah tiga, namun ini dapat membuat mereka berlari lebih leluasa. Rhea adalah omnivora, umumnya daun pepohonan, namun rhea juga memakan biji, akar, buah, serangga, vertebrata kecil, dan bangkai binatang
4) Ordo Casuariiformes
Merupakan kelompok burung tak terbang dengan ciri-ciri sebagai berikut, yakni ukuran tubuh besar, kepala berbulu tipis, leher dan badan berbulu tebal, bulu bercabang hamper sama panjang dengan induknya, kaki berjari tiga, satu diantaranya bercakar runcing, tulang dada tanpa lunas dan sayap kecil.
Ordo ini terdiri dari familia Casuaridae contoh spesiesnya Casuarius casuarius (Kasuari), familia Anhimidae dengan contoh spesiesnya Anhima cornuta, dan familia Anatidae dengan contoh spesiesnya Anas platyrynchos
Kasuari Gelambir-ganda atau dalam nama ilmiahnya Casuarius casuarius adalah salah satu burung dari tiga spesies Kasuari. Burung dewasa berukuran besar, dengan ketinggian mencapai 170cm, dan memiliki bulu berwarna hitam yang keras dan kaku. Kulit lehernya berwarna biru dan terdapat dua buah gelambir berwarna merah pada lehernya. Di atas kepalanya terdapat tanduk yang tinggi berwarna kecoklatan. Burung betina serupa dengan burung jantan, dan biasanya berukuran lebih besar dan lebih dominan.
Burung Kasuari mempunyai kaki yang besar dan kuat dengan tiga buah jari pada masing-masing kakinya. Jari-jari kaki burung ini sangat berbahaya karena diperlengkapi dengan cakar yang sangat tajam. Seperti umumnya spesies burung-burung yang berukuran besar, burung Kasuari Gelambir-ganda tidak dapat terbang.
Populasi Kasuari Gelambir-ganda tersebar di hutan dataran rendah di Australia, pulau Irian dan pulau Seram di provinsi Maluku. Spesies ini merupakan satu-satunya burung di marga Casuarius yang terdapat di benua Australia. Pakan burung Kasuari Gelambir-ganda terdiri dari aneka buah-buahan yang terjatuh di dasar hutan.
Burung Kasuari biasanya hidup sendiri, berpasangan hanya pada waktu musim berbiak. Anak burung dierami dan dibesarkan oleh burung jantan.
Penangkapan liar dan hilangnya habitat hutan mengancam keberadaan spesies ini. Kasuari
Burung Kasuari tergolong dalam ordo Casuariiformes. Ordo terdiri dari dua famili, yaitu famili casuaridae dan dromidae. Di Indonesia hanya ditemukan famili casuaridae, yang terdiri dari tiga species : Casuarius casuarius, Casuarius benneti dan Casuarius unafendiculatus.
5) Ordo Tinamiformes
Ordo ini merupakan kelompok burung-burung kecil, terestrial, dengan ciri-ciri sebagai berikut, yakni mempunyai kepala yang kecil, ada beberapa spesies tinamus yang mempunyai hiasan dikepalanya, leher yang panjang dan ramping, berat badannya mencapai 150g-2kg dan panjang 15-50cm, sayap yang pendek, ekor pendek dan kadang-kadang tersembunyi, kaki yang panjang, jari kaki 3 didepan dan 1 dibelakang, sayap kecil bulat, tulang dada berlunas, bulu ekor dan pygossyle menyusut, telur mengkilat dan pemakan tumbuhan.
Tinamus mempunyai 1 familiy, 9 genus dan 47 spesies dan 127 subspesies yang dapat ditemukan di Amerika Selatan dan di Meksiko Selatan, ada yang ditemukan di Pulau Easter, Tinamus, Nothocercus, and Cryptuerellus menempati hutan rimba. Beberapa dari spesies tinamus ada yang menghuni hutan tropic basah. Beberapa lagi menghuni tanah yang dipenuhi dengan semak-semak/daerah tanah yang berhutan dan ada juga yang mendiami padang rumput atau savanna. Salah satu contoh spesies dari ordo ini adalah burung Crypturellus undulates.
Crypturellus beasal dari bahasa latin, kruptos artinya tersembunyi, oura adalah ekor dan ellus artinya kecil. Crypturellus beararti hewan yang mempunyai ekor kecil yang tersembunyi. Panjang dari Crypturellus undulates sekitar 28-30 cm, mempunyai dagu yang putih, pantat yang berwarna hijau, dan leher yang abu-abu dengan bintik-bintik hitam,serta kakinya berwarna hijau kekuning-kuningan. Seperti Tinamus lainnya Crypturellus undulates memakan biji-biji yang berada ditanah. Mereka juga memakan sayuran dan kuncup-kuncup bunga. Crypturellus undulates adalah tipe burung tanah yang biasa ditemukan di daerah dataran rendah di hutan lembab di timur, utara Amerika Selatan. Dan juga hewan ini dapat ditemukan Colombia Selatan, Venezuela Selatan, Ecuador Timur, Brazil, Bolivia, Paraguay dan daerah Argentina.
6) Ordo Podicipediformes
Ordo dari Podicipediformes, hanya diwakili famili Podicipedidae,ordo ini Mencakup burung-burung air dengan ciri-ciri sebagai berikut, hidup di air tawar, pandai menyelam, tungkai terletak jauh di bagian belakang tubuh, kaki berlebus, ekor pendek, tempurung lutut besar dan tarsus pipih. Contoh spesiesnya Podiceps cristalis.
Grebe adalah anggota ordo Podicipediformes,jenis burung yang tersebar di banyak perairan air tawar yang terkadang mengunjungi laut bila sedang bermigrasi di musim dingin. Ordo ini hanya memiliki satu famili, yaitu Podicipedidae, dan terdapat 22 spesies dalam 6 genera.
Ukuran grebe bervariasi, dari kecil hingga menengah ke atas. Grebe terkecil, Least Grebe, berukuran 23,5 cm dengan massa 120 gram. Sedangkan yang terbesar, Great Grebe, berukuran 71 cm dengan massa 1,7 kg. Grebe merupakan burung perenang dan penyelam yang handal. Mereka memiliki kaki yang terletak jauh di belakang, dapat berlari untuk waktu yang singkat namun seringkali jatuh. Grebe memiliki sayap yang sempit, dan beberapa spesies dapat terbang rendah. Dua spesies di Amerika Selatan tidak dapat terbang sama sekali. Mereka merespon bahaya dengan menyelam daripada terbang.
Seluruh spesies Grebe di Amerika Utara dan Eurasia bermigrasi, dan spesies yang ketika musim dingin berada di lautan terkadang terlihat sedang terbang. Grebe kecil air tawar, Pied-billed Grebe, di Amerika utara adalah migran transatlantik ke Eropa dengan lebih dari 30 tempat tujuan.
Paruh bervariasi dari pendek dan tebal hingga panjang dan runcing, tergantung jenis mangsanya, yang berkisar dari serangga air hingga crustacea. Kaki mereka selalu besar dengan selaput yang menghubungkan bagian depan jari-jari kaki mereka.
Grebe memiliki bulu yang tidak biasa, sangat padat dan tahan air. Dengan menekan bulu-bulu terhadap tubuh, grebe dapat mengatur gaya apung mereka. Terkadang mereka berenang rendah dengan hanya memperlihatkan kepala dan lehernya saja.
Pada musim yang bukan musim kawin, grebe berwarna coklat gelap dan putih. Ketika musim kawin, mereka memiliki tanda berupa mirip chestnut di kepala mereka, dan menampilkan ritual tertentu. Grebe muda, khususnya dari genus Podiceps, terkadang merontokkan bulu-bulu muda mereka bahkan setelah mencapai ukuran dewasa.
Ketika membersihkan diri, grebe memakan bulu mereka sendiri dan memberikannya kepada anak-anak mereka sebagai makanan. Hal ini dipercaya untuk membiasakan grebe muda dengan menerima makanan yang halus terlebih dahulu dan untuk meningkatkan ketahanan tubuh mereka terhadap parasit lambung.
Grebe membuat sarang terapung dari material tanaman. Grebe muda bersifat precocial, mereka dapat berenang segera setelah keluar dari telur.
Dibawah ini genus dan spesies dari Ordo podicypodiformes antara lain:
1. Genus Tachybaptus
1. Tachybaptus ruficollis, Little Grebe
2. Tachybaptus novaehollandiae, Australasian Grebe
3. Tachybaptus pelzelnii, Madagascar Grebe
4. Tachybaptus rufolavatus, Alaotra Grebe - kemungkinan telah punah di tahun 1980an
5. Tachybaptus dominicus, Least Grebe
2. Genus Podilymbus
1. Podilymbus podiceps, Pied-billed Grebe
2. Podilymbus gigas, Atitlán Grebe, - dinyatakan punah tahun 1989
3. Genus Rollandia
1. Rollandia rolland, White-tufted Grebe
2. Rollandia microptera, Titicaca Flightless Grebe

4. Genus Poliocephalus
1. Poliocephalus poliocephalus, Hoary-headed Grebe
2. Poliocephalus rufopectus, New Zealand Dabchick
5. Genus Podiceps
1. Podiceps grisegena, Red-necked Grebe,
2. Podiceps cristatus, Great Crested Grebe
3. Podiceps auritus, Slavonian Grebe or Horned Grebe
4. Podiceps nigricollis, Black-necked Grebe or Eared Grebe
5. Podiceps andinus, Colombian Grebe - dinyatakan punah tahun 1977
6. Podiceps major, Great Grebe
7. Podiceps occipitalis, Silvery Grebe
8. Podiceps taczanowskii, Junin Flightless Grebe
9. Podiceps gallardoi, Hooded Grebe
6. Genus Aechmophorus
1. Aechmophorus occidentalis, Western Grebe
2. Aechmophorus clarkii, Clark's Grebe
7) Ordo Gaviiformes
Ordo Gaviiformes mempunyai ciri-ciri sebagai berikut, tungkai pendek, terletak di bagian belakang tubuh, ekor terdiri atas 18 – 20 lembar bulu yang kaku, jari-jari berselaput renang, patella (tempurung lutut) kecil dan pandai terbang. Ordo Gaviiformes terdiri dari 1 genus, 1 famili, dan 5 spesies. Contoh spesies adalah Gavia stellata.

Gavia stellata adalah burung akuatik yang biasa dikenal dengan burung Loon yang dapat ditemukan di belahan bumi utara, tepatnya di wilayah Artric. Burung ini mempunyai panjang sekitar 55-67 cm, panjang sayapnya 91–110 cm dan beratnya sekitar 1.4 kilogram. Seperti burung Loon lainnya, burung ini mempunyai tubuh yang panjang dan leher yang pendek serta sepasang kaki yang menopang tubuh tersebut. Dari kepala sampai lehernya berwarna hitam dan abu-abu dimana pada bagian leher depan berwarna hitam. Burung ini berkembangbiak dengan bertelur.

8) Ordo Sphenisciformes
Ordo Sphenisciformes adalah hewan akuatik jenis burung yang tidak bisa terbang dan secara umum hidup di belahan Bumi selatan. Di seluruh dunia terdapat 17 hingga 19 spesies pinguin. Walaupun seluruh jenis pinguin awalnya berasal dari belahan bumi selatan, namun pinguin tidak hanya ditemukan di daerah dingin atau di Antartika saja. Terdapat tiga spesies pinguin yang hidup di daerah tropis. Salah satu spesies dari ordo ini adalah Pinguin. Pinguin hidup di Kepulauan Galapagos (Pinguin Galapagos) dan biasanya menyeberangi garis khatulistiwa untuk mencari makan.
Ciri-ciri badan penguin sangat berbeda dengan manusia. Di musim dingin, makhluk manis ini, yang berasal dari kelompok beranggotakan 400.000 ekor penguin, memutuskan untuk berpindah lebih ke selatan menuju Antartika yang dingin membeku! Kesepakatan yang mereka capai ini adalah suatu keajaiban tersendiri. Bahwa penguin-penguin ini mengetahui datangnya musim dingin dan secara bersama-sama menentukan tujuan dan waktu untuk berpindah.
Musim berpindah juga merupakan musim kawin bagi pinguin. Pada saat seperti ini yang dilakukan pertama kali oleh penguin adalah memilih pasangannya. Langkah kedua adalah mempelajari nyanyian pasangannya agar tidak kehilangan dia. Dengan kata lain, penguin jantan memiliki kemampuan untuk mengenali satu suara khusus di antara suara-suara yang lain. Kemampuan mengenali suara ini juga dimiliki oleh bayi pinguin. Mereka dapat mengenali orang tuanya melalui suaranya saja. Pinguin mampu berenang dengan kecepatan 6 hingga 12 km/jam bahkan pernah tercatat hingga 27km/jam. Pinguin yang berukuran kecil biasanya menyelam selama satu hingga dua menit dari permukaan air untuk menangkap makanan. Pinguin yang berukuran lebih besar, yaitu pinguin emperor bisa menyelam lebih dalam hingga 565 meter selama 20 menit.
9) Ordo Procellariiformes
Kelompok burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut, lubang hidung berbentuk buluh, paruh tertutup oleh beberepa kepingan bahan tanduk, di dalam kepala terdapat kelenjar garam, jari-jari belakang sangat mereduksi atau menghilang sama sekali, bulu-bulu tersususn padat dan tampak berminyak, dan sayap pankang dan sempit. Ordo ini terdiri dari empat familia dua di antaranya ialah familia Diomedeidae contoh spesiesnya: Diomedea nigripes (Albatros) dan familia Hydrobatidae contoh spesiesnya Hydrobales pelagicus.
Albatros, dari familia Diomedeidae, adalah burung laut besar dalam ordo Procellariiformes. Burung ini ditemukan secara luas di Samudra Antartika dan Pasifik Utara. Burung ini tidak terdapat di Atlantik Utara, tetapi temuan fosil membuktikan bahwa burung ini dahulu pernah ada di sana. Burung albatros termasuk burung terbang yang paling besar, dan burung albatros hebat (genus Diomedea) memiliki panjang sayap yang paling besar melebihi burung lainnya.
Burung albatros sangat efisien di udara, dengan menggunakan teknik melayang dinamis dan melayang bukit untuk dapat terbang pada jarak yang sangat jauh. Burung ini memakan cumi-cumi, ikan, dan udang, dengan cara memakan hewan yang terdampar, berburu di permukaan air, dan menyelam.
Para ilmuwan telah menemukan 24 spesies albatros, yang semuanya berbadan pendek gemuk, kaki berselaput, sayap yang panjang, dan paruh bengkok. Burung ini ditemukan secara luas di Samudra Antartika dan Pasafik Utara. Burung ini tidak terdapat di Atlantik Utara, tetapi temuan fosil membuktikan bahwa burung ini dahulu pernah ada di sana. Burung albatros termasuk burung terbang yang paling besar, dan burung albatros hebat (genus Diomedea) memiliki panjang sayap yang paling besar melebihi burung lainnya.
Burung albatros sangat efesien di udara, dengan menggunakan teknik melayang dinamis dan melayang bukit untuk dapat terbang pada jarak yang sangat jauh. Burung ini memakan cumi-cumi , ikan, dan udang, dengan cara memakan hewan terdampar, berburu dipermukaan air, dan menyelam. Burung ini meminum air laut. Sehingga burung ini pun sering terlihat seperti menangis ketika membersihkan garam dari air laut yang menempel di bagian muka mereka. Mereka menghabiskan 85% hidupnya dilaut, tetapi ad hal yang tidak dapat dilakukan, yakin membuat sarang dan berternak.
Seekor burung ini, apabila telah menemukan pasangannya, makan burung ini akan hidup bersama dengan pasangannya itu terus. Burung ini biasanya pertama kali menetaskan telur mereka pada usia 10 tahun, usia yg cukup tua untuk seekor burung.
Albatos ini cenderung utuk berkumpul bersama – sama dalam satu kelompok. Sarang mereka biasanya berdekatan dengan jarak antara 1 – 2 m dengan yang lainnya. Semua spesies dari albatros ini memilih tempat untuk menetaskan di tempat yang terbuka, seperti di karang yang terjal atw jurang, karena mereka melengkapi tempat ini agar mudah dihinggapi. Tetapi tempat ini tidak terlalu menggembirakan, sebab tempat ini kurang terlindungin dari hujan dan angin. Hampir semua albatros menetaskan di pulau, dengan atw sedikit yang berhubungan dengan manusia.
Para ilmuan telah mengatakan semua (24) spesies albatros, semuanya memiliki ciri badan yang sama, yakni berbadan pendek, gemuk, kaki berselaput, sayap yang panjang, dan paruh bengkok.
10) Ordo Pelaciniformes
Kelompok burung laut dengan ciri-ciri sebagai berikut, bangsa ini merupakan burung-burung yang hidup dilaut atau dekat pantai, ukuran badannya besar, paruhnya panjang, dengan ujung paruh bagian atas melengkung kebawah, sayapnya panjang, keempat jarinya kakinya dihubungkan dengan selaput renang, bentuk ekornya seperti baji, lubang hidung sangat mereduksi atau tidak ada sama sekali, mempunyai kantung leher dan paruh panjang dapat membuka leher untuk menangkap dan menelan ikan.
Pelecaniformes terdiri dari enam keluarga Phaethontidae (tropicbirds), Sulidae (boobies dan gannets), Phalacrocoracidae (Cormorants dan shags), Anhingidae (anhingas), Pelecanidae (pelikan) dan Fregatidae (frigatebirds)), enam genera, dan 67 spesies. Contoh spesies dari ordo ini adalah Pelecanus conspicillatus.
Pelecanus conspicillatus atau burung Undan atau Pelikan adalah burung air yang memiliki kantung di bawah paruhnya, dan merupakan bagian dari keluarga burung Pelecanidae. Bersama burung darter, kormoran, gannet, boobie, dan frigate, mereka membentuk ordo Pelecaniformes. Pelikan modern ditemukan di semua benua kecuali Antartika. Mereka muncul umumnya di wilayah hangat, dan mereka tidak ada di wilayah kutub, laut dalam, kepulauan samudra, dan daratan Amerika Selatan. Pelikan terkecil adalah Pelikan Coklat (Pelecanus occidentalis) dengan massa hanya 2,75 kg dan panjang 106 cm dan lebar bentangan sayap maksimum 1,83 m. Pelikan terbesar saat ini adalah Pelikan Dalmatian (Pelecanus crispus) dengan massa 15 kg dan panjang 183 cm, dengan lebar bentangan sayap hingga 3,5 m. Pelikan Australia memiliki paruh terpanjang diantara burung lainnya. Pelikan adalah perenang yang baik, dengan kaki mereka yang pendek dan kuat serta berselaput.
Makanan pelikan biasanya adalah ikan, namun mereka juga memakan amfibi, crustacea, dan dalam beberapa kasus, burung kecil. Mereka menangkap mangsa dengan memperbesar kantung paruh mereka. Lalu mereka harus mengeringkan kantung tersebut sebelum menelan. Hal ini memakan waktu satu menit, dan burung laut lainnya dapat mencuri ikan tersebut di waktu kritis itu. Pelikan terkadang mencuri mangsa dari burung laut lain.
Pelikan putih menangkap ikan dalam kelompok. Mereka membentuk barisan untuk mengejar sekumpulan ikan kecil ke perairan dangkal, lalu menyapu sekumpulan ikan tersebut dengan paruh mereka. Ikan besar ditangkap dengan ujung paruh, lalu dilempar ke udara untuk ditangkap kembali dan masuk ke kantung paruh mereka dengan kepala lebih dulu.
Pelikan bersarang secara koloni. Pelikan memiliki kehidupan sosial yang rumit, sekelompok pelikan jantan mengejar satu pelikan betina di udara, di darat, atau di air dengan saling menunjuk atau menyentuhkan paruh mereka satu sama lain. Proses ini dapat diselesaikan dalam satu hari. Spesies yang bersarang di pepohonan memiliki cara yang lebih simpel, pelikan jantan mempromosikan diri mereka untuk pelikan betina. Kopulasi berlangsung segera setelah mendapatkan pasangan dan berlanjut selama 3 hingga 10 hari sebelum telur dikeluarkan. Pelikan jantan membawakan material pembuat sarang, lalu pelikan betina membentuk struktur sarang yang simpel dari material tersebut.
Kedua induk, jantan dan betina, mengerami telur di atas atau di bawah kaki mereka. Semua spesies menelurkan setidaknya dua telur. Pelecanus conspicillatus dalah burung air yang memiliki kantung di bawah paruhnya, dan merupakan bagian dari keluarga burung Pelecanidae.
11) Ordo Ciconiiformes
Ordo ini memiliki ciri-ciri diantaranya leher dan tungkai panjang, paruh besar lurus atau berombak tajam, jari-jari tanpa selaput, bulu-bulu dekoratif, burung yang baru menetas tidak berbulu dan makanannya ikan, atau hewan-hewan air. Contoh spesies ini adalah Ardeola speciosa (Blekok sawah).
Burung blekok sawah memiliki tubuh berukuran kecil (45 cm), bersayap putih, cokelat bercoret-coret. Pada waktu berbiak: kepala dan dada kuning tua, punggung nyaris hitam, tubuh bagian atas lainnya cokelat becoret-coret, tubuh bagian bawah putih, ketika terbang sayap terlihat sangat kontras dengan punggung yang gelap / hitam. Tak berbiak dan remaja: Coklat bercoret-coret. Iris kuning, paruh kuning, ujung paruh hitam, kaki hijau buram.
Sendirian atau dalam kelompok tersebar, berdiri diam-diam dengan tubuh pada posisi rendah dan kepala ditarik kembali sambil menunggu mangsa. Setiap sore terbang dengan kepakan sayap perlahan-lahan, berpasangan atau bertigaan, beramai-ramai menuju tempat istirahat. Bersarang dengan dengan koloni burung air lain.
12) Ordo Anseriformes
Ciri dari ordo Anseriformes sebagai berikut, ordo anseriformes memiliki ukuran 30-180 cm dan berat 230-2,5 kg, warna bulu bervariasi dari warna coklat ke abu-abuan atau hitam maupun putih, pada usia muda bulu anseriformes lebih cerah dibandingkan anseriformes dewasa, kebanyakan spesies memiliki lamella interior, memiliki selapat pada jari-jari kaki depan dan memiliki dermal pneumatic dibawah lapisan kulit.
Kebiasaan ordo Anseriformes adalah ada sebagian spesies (anatids) yang sering melakukan migrasi pada musim-musim tertentu, memiliki kebiasaan berenang, dan sering berkumpul bersama di luar musim kawin dan dapat membentuk kelompok dalam ukuran berkisar dari beberapa individu sampai ribuan.
Ordo ini dapat dijumpai diseluruh dunia, kecuali untuk wilayah antartika. Anhimids dibatasi ke Amerika Selatan dan murai angsa (Anseranatidae) ditemukan di Australia dan New Guinea. Ordo Anseriformes menghuni lingkungan akuatik termasuk danau, kolam, sungai dan rawa-rawa. Beberapa taksa yang ditemukan di lingkungan laut di luar musim kawin. Anseriformes yang masih ada sampai sekarang terdiri dari Family Anhimidae (screamers), Famili Anseranatidae (murai angsa) dan Famili Anatidae (angsa dan bebek). Contoh spesies dari ordo ini adalah Anas javanicus (itik tegal).
Itik tegal merupakan itik jawa (Anas javanivus). Dinamakan itik tegal karena berkembang dan banyak dipelihara di Tegal. Itik tegal ini tergolong sebagai itik tipe petelur produktif. Karakteristik itik tegal yakni berbadan langsing dengan postur tubuh tegak. Tinggi badannya antara 45-50 cm. Bulu kebanyakan berwarna merah tua atau coklat yang di Tegal di sebut sebagai warna “jarakan”. Akan tetapi, yang dinilai sangat produktif adalah itik tegal yang berbulu “branjangan”, yaitu warna bulu bertotol-totol cokelat. Selain itu ada juga yang berwarna putih bersih, putih kekuning-kuningan, abu-abu hitam, atau warna campurannya. Itik ini tidak mempunyai sifat mengerami telurnya. Mempunyai daya tahan tinggi dan dapat berjalan jauh. Ciri khusus itik ini adalah tubuhnya tegal lurus menyerupai botol.
13) Ordo Falconiformes
Ordo Falconiformes adalah grup dari sekitar 290 spesies burung yang termasuk burung pemakan bangkai diurnal. Klasifikasi raptor sulit dan ordo ini ditangani dengan berbagai cara. Ordo ini mencakup burung-burung buas dengan ciri-ciri sebagai berikut:
a. Paruh pendek, ujungnya melepas dan runcing, tepi-tepinya tajam.
b. Jari-jari kaki tajam melengkung sesuai untuk mencengkram mangsanya.
c. Kuat terbang.
Ciri khas dari burung pemangsa adalah mempunyai sepasang kaki yang kuat dilengkapi cakar yang tajam, berfungsi untuk membunuh ikan, memukul jatuh burung lain, merobek dan mengunyah mangsanya. Paruh burung ini mempunyai tipe berkait dan sangat tajam yang berguna untuk merobek-robek daging dan kulit mangsanya, penglihatan dan kekuatan terbangnya pun membuat burung ini disegani di ekosistemnya. Dalam suatu ekosistem, keberadaan burung pemangsa sangat penting karena posisinya sebagai pemangsa puncak dalam piramida atau rantai makanan. Gangguan terhadap mereka akan menyebabkan gangguan pada rantai dan jaring-jaring makanan dalam ekosistem tersebut, baik secara langsung ataupun tidak langsung. Selain itu, burung pemangsa juga berfungsi sebagai indikator penunjuk keadaan lingkungan yang sehat, karena mereka peka terhadap kerusakan lingkungan, dan pengendali populasi satwa lain yang menjadi mangsanya.
Ordo ini mencakup 5 famili, tetapi hanya 3 suku yang terdapat di Indonesia, yaitu
a. Famili Accipitridae ( rajawali, elang ).
Yang termasuk famili ini adalah burung-burung pemangsa siang hari, yang sangat bervariasi tentang ukuran badannya maupun sifatnya. Ciri-cirinya adalah :
1. Secara umum mempunyai paruh yang bengkok dan kuat.
2. Mempunyai kaki yang kokoh dan bercakar.
3. Didaerah Malaynesia terdapat kurang lebih 30 jenis.
Famili Accipitridae mempunyai anggota spesies yang banyak, dalam ordo ini tercatat ada 224 spesies. Contoh spesies ini adalah Tawny Eagle (Aquila rapax).
Burung ini memiliki panjang tubuh 62-72 cm, dan rentang sayap 165-185 cm. Kepala dan tubuh bagian bawah berwarna coklat muda. Tubuh bagian atas memiliki warna bervariasi, mulai dari coklat tua hingga coklat kepucat-pucatan. Ujung sayap berwarna putih. Betinanya berukuran lebih besar daripada jantan. Paruh memiliki bercak hitam pada ujungnya.
Burung ini berkembang biak sebagian besar di Afrika, sebelah utara dan selatan gurun Sahara, dan sepanjang barat daya tropis Asia hingga India. Elang Tawny lebih menyukai habitat terbuka seperti gurun, semi-gurun, stepa, atau savana, dari ketinggan 0 m dpl hingga ketinggan 2400 m dpl. Burung ini bersarang antara bulan Maret dan Juli pada batang pohon yang besar, biasanya dari keluarga Akasia, atau pada permukaan tanah. Telur yang dihasilkan berjumlah 1-3 telur, dengan masa inkubasi 39-44 hari.
Elang Tawny memakan bangkai dari sisa makanan hyena atau burung kondor, mencuri makanan pemangsa lain, memangsa mamalia dari ukuran sebesar kelinci hingga tikus, serta memangsa reptil seperti ular.
Elang Tawny mengeluarkan suara “kyow” melengking seperti gagak. tetapi secara umum burung ini termasuk pendiam, kecuali ketika display.
b. Famili Pandionidae
Famili Pandionidae istilah inggrisnya ”OSPREYS” yang biasa di kenal sebagai elang pemakan ikan, sebab daerah penyebarannya terbatas di sepanjang pantai dan tepi-tepi pantai. Ciri-ciri dari famili ini adalah :
1. Ukuran sayapnya/rentangan sayapnya relatif lebih panjang di bandingkan dengan suku Accipitridae
2. Di kenal hanya 1 genus saja yaitu: Pandion. Contohnya : Pandion haliaetus.
3. Punggung berwarna coklat tua, ventral putih kepala dan leher berwarna putih dengan mahkota terdapat garis-garis coklat, dari tepi mata terdapat strip yang lebar melewati kening dan mata berwarna coklat.
4. Makanannya ikan.
5. Besarnya hampir sama dengan Heliastur indus.
Contoh spesiesnya adalah Pandion haliaetus (Elang Tiram). Elang Tiram atau Elang Ikan, yang dalam nama ilmiahnya Pandion haliaetus adalah salah satu-satunya spesies dalam suku Pandionidae dan genus Pandion. Spesies ini berukuran besar, dengan panjang sekitar 60cm dan memiliki bulu punggung berwarna coklat, topeng gelap di sekitar mata dan sisi bawah tubuh berwarna putih. Elang Tiram mempunyai bentangan sayap yang lebar dengan ekor relatif pendek. Burung betina serupa, tapi biasanya berukuran lebih besar dari burung elang jantan. Burung muda seperti dewasa dengan bulu punggung berwarna coklat muda.
Sekitar empat subspesies dikenali dengan daerah sebaran hampir di seluruh belahan bumi, dengan perkecualian di Antartika. Di Amerika Selatan burung ini hanya bermigrasi.
Mangsa utama burung Elang Tiram hampir seluruhnya terdiri dari ikan. Burung ini menukik dari ketinggian 10 sampai 40 meter ke permukaan laut dan menangkap ikan dengan cakar di kakinya. Biasanya burung ini makan sendirian, berkelompok hanya waktu terdapat banyak ikan.
Elang Tiram bersarang di sekitar air, di tepi danau, tepi laut, sungai, rawa dan habitat air lainnya, di mana ikan-ikan tersedia di dekat permukaan air. Sarang burung Elang Tiram dibuat dari dahan kayu di atas pohon. Betina biasanya menetaskan tiga butir telur. Hampir semua pasangan biasanya monogami, walaupun ada beberapa pasang burung Elang Tiram yang poligami.
Spesies ini mempunyai daerah sebaran yang luas. Beberapa dari subspesies terancam oleh hilangnya habitat, penggunaan pestisida dan kontaminasi. Elang Tiram dievaluasikan sebagai beresiko rendah di dalam IUCN Red List dan didaftarkan dalam CITES Appendix II.

c. Famili Falconidae ( Falcon bird )
Famili ini di kenal dengan nama falcon. Yang termasuk famili ini adalah burung-burung pemangsa yang berukuran kecil. Ciri-cirinya adalah
1. Tidak berbeda dengan suku Accipitridae hanya mempunyai sayap relatif lebih panjang dan mempunyai ekor yang relatif lebih pendek.
2. Di daerah Indomalaya di kenal ada 3 jenis.
3. Bagian punggungnya berwarna abu-abu tua, sedangkan kepala dan sayapnya lebih abu-abu tua yang makin kebelakang makin pucat lagi.
4. Ekor coklat abu-abu tua yang kadang-kadang di bercaki dengan warna hitam.
5. Ukuran badannya 19 inchi ( 6-19 inchi ).
Contohnya spesies dari famili ini adalah Falco fregatus (elang); Falco peregrinus Burung elang dan caracaras adalah sekitar 60 spesies dari burung pemangsa diurnal yang membentuk keluarga Falconidae.. Keluarga dibagi menjadi dua subfamiles, Polyborinae, yang meliputi caracaras dan hutan burung elang, dan Falconinae, si burung elang, Kestrels dan falconets.
Falcons dan caracaras kecil dan menengah burung pemangsa, mulai ukuran dari Alap-alap Capung, yang berat dapat sesedikit 35 gram (1,2 oz), ke Gyrfalcon, yang dapat menimbang sebanyak 1.735 gram (61,2 oz ).. Mereka telah sangat bengkok tagihan, cakar melengkung tajam dan penglihatan yang sangat baik. Bulu burung biasanya terdiri dari cokelat, putih, cokelat, hitam dan abu-abu, sering dengan pola penghalangan.. Ada sedikit perbedaan n bulu laki-laki dan perempuan, meskipun beberapa spesies memiliki beberapa Dimorfisme seksual dalam keberanian bulu.
Falcons dan caracaras adalah karnivora, memberi makan pada burung, mamalia kecil, reptil, serangga dan bangkai. Dalam imajinasi yang populer cepat terbang falconids predator, dan saat ini benar dari genus falconets Falco dan beberapa spesies lain, terutama caracaras lebih banyak bergerak di makan mereka. Di hutan burung elang dari Neotropics adalah pemburu hutan generalis. Beberapa spesies, terutama burung elang yang sebenarnya, akan menyimpan persediaan makanan di cache. Mereka adalah pemburu soliter dan pasang penjaga wilayah, meskipun mereka dapat membentuk ternak besar selama migrasi. Beberapa spesies yang spesialis, yang Laughing Falcon mengkhususkan diri dalam ular, orang lain yang lebih umum.
14) Ordo Galiiformes
Galliformes adalah burung-burung yang terdiri dari kalkun, burung belibis, ayam, burung puyuh, dan burung pegar. Ordo Galliformes mencakup burung-burung terrestrial dengan ciri-ciri sebagai berikut:
1. Terbangnya pendek-pendek.
2. Paruh pendek bulu dengan cabang bulu.
3. Kaki digunakan untuk berlari dan mengais.
4. Pemakan biji-biji rerumputan (Graminivor).
Suku/famili pada Gallifofrmes terdiri atas 6 famili yaitu Megapodiidae, Cracidae, Tetraonidae, Phasianidae, Odontophoridae, Numididae dan Meleagrididae.
Nama gamefowl atau gamebirds, landfowl, berkenaan dengan ayam burung atau galliforms. "Unggas liar" atau hanya "burung" juga sering digunakan untuk Galliformes, tetapi biasanya istilah ini juga merujuk kepada unggas air (Anseriformes), dan kadang-kadang biasa-lain diburu burung. Grup ini memiliki hidup lebih dari 250 spesies, satu atau lebih dari yang terdapat pada dasarnya setiap bagian dari dunia benua (kecuali terdalam padang pasir dan abadi es). Mereka lebih jarang di pulau-pulau, dan dalam kontras dengan unggas air terkait erat pada dasarnya absen dari samudra pulau-pulau - kecuali jika diperkenalkan di sana oleh manusia.
Burung-burung ini bervariasi dalam ukuran dari mini Asia Blue Quail (Coturnix chinensis) di 12,5 cm (5 in) lama dan berat 28-40 gram (1-1,4 oz) untuk galliform tersisa terbesar spesies, Amerika Utara Wild Turkey (Meleagris gallopavo ), yang mungkin berat sebanyak 14 kilogram (sekitar 30,5 lb) dan mungkin melebihi 120 cm (47 in).
Galliform jenis burung yang terbesar dengan sayap-span dan terbesar panjang keseluruhan (termasuk kereta api lebih dari 6 kaki) adalah kemungkinan besar adalah Merak Hijau (Pavo muticus). Kebanyakan galliform genera yang bertubuh gemuk dengan leher dan agak tebal kaki panjang, dan telah bulat dan agak pendek sayap. Grouse, burung pegar, francolins, dan ayam hutan yang khas di luar mereka gemuk siluet. Sementara sebagian besar galliforms agak lemah-terbang, terbang tidak diketahui bentuk-bentuk yang hidup di antara anggota ordo. Laki-laki dewasa banyak galliform burung memiliki satu sampai beberapa horny tajam taji di belakang setiap kaki, yang mereka gunakan untuk memerangi. Di beberapa garis keturunan, ada diucapkan Dimorfisme seksual, dan di antara setiap galliform clade, semakin apomorphic ( "maju") garis keturunan cenderung lebih seksual dimorfik.
15) Ordo Cruiiformes
Mencakup berbagai jenis burung yang mempunyai ukuran yang bervariasi dengan ciri-ciri sebagai berikut, ada yang tak pandai terbang dan yang pandai terbang, bulu-bulu bercabang, tungkai panjang dan paruh besar.
Ordo ini mencakaup dua belas familia, diantaranya yaitu familia Turnicidae dengan contoh spesiesnya Turnix suscicator (Gemak puyuh), dan familia Rallidae dengan contoh spesiesnya Porphyrula martinica. Bangsa ini terdapat 12 suku, 3 suku di antaranya terdapat di Indonesia, yaitu Suku : Turnicidae ( burung puyuh ), Suku : Gruidae ( burung falminggo ) dan Suku : Rallidae ( burung ayam-ayam ).
a). Suku Turnicidae ( Henipode quail family 15 jenis ).
1. Seperti burung puyuh biasa, tetapi jari kakinya hanya 3 (yang kedepan saja)
2. Tanda-tanda lain seperti burung puyuh biasa.
3. Contoh ; Turnix susej.eator.
b). Suku Gruidae ( Crame bird family 14 jenis )
1. Mempunyai kaki yang panjang, leher panjang dengan kepala kecil dan parunya lurus, sayapnya besar,
2. Bulu-bulu penutup badannya di bagian belakang menutupi bulu-bulu ekor yang pendek.
3. Terbang lurus dengan hempasan yang teratur, leher dan kaki di julurkan.
4. Contoh : Grus antigone ; berwarna putih selain itu kepala dan leher berwarna coklat.
c). Suku Ralliadae ( Rail bird family )
1. Merupakan burung-burung yang kakinya lurus dan kuat, paruh lurus, kepala kecil dan sayap pendek.
2. Ekor biasanya ( bila sedang berjalan ) di gerak-gerakan, ekor langsing dengan jarak yang dekat.
3. Makanannya serangga, binatang-binatang yang hidup di air dan rumput-rumput air.
4. Sarangnya dekat air.
5. Di Malaysia terdapat 11 jenis.
6. Contoh : Amaurornis phonicurus ( Sribombok ), Porphyria spp, Gallicrex cinera ( Ayam-ayaman ) berwarna abu-abu.
16) Ordo Caradriiformes
Ordo ini mencakup burung-burung pantai dengan ciri-ciri sebagai berikut, sayap dan tungkai panjang dan ramping, jari-jari berselaput, paruh berbentuk buluh sebagi alat penyedot dan bulu-bulu tebal, tersusun rapat.
Ordo ini meliputi 16 familia, beberapa diantaranya ialah familia Jacanidae dengan contoh spesiesnya Hydrophasianus chirurgus, familia Burhinidae dengan contoh spesiesnya Numenius americanus, dan familia Laridae dengan contoh spesiesnya Larus marinus.
Kelompok burung yang termasuk dalam ordo ini adalah kelompok burung air. Burung ini sangat bergantung kepada keberadaan lahan basah. Beberapa tipe habitat lahan basah yang mereka sukai antara lain hutan mangrove dan hamparan lumpurnya, hutan rawa, rawa rumput/rawa herba dan sawah. Mereka menjadikan tempat-tempat tersebut untuk mencari makan, dan mempergunakan vegetasi yang tumbuh di situ sebagai tempat beristirahat dan berbiak.
Beberapa jenis burung air yang umum dijumpai di sawah adalah cangak, blekok, dan kuntul. Burung air yang sangat tergantung pada habitat hutan rawa adalah Mentok hutan (Cairina scutulata) dan Pelatuk besi bahu putih (Pseudibis davisoni).
Burung air dapat berfungsi sebagai indikator kesehatan lahan basah dan lingkung-annya. Lahan basah yang rusak tidak akan mampu menyokong sejumlah besar populasi burung. Gangguan terhadap burung air serta fungsi yang dimilikinya telah menyebabkan kelompok ini sebagai obyek penelitian dan pengkajian yang pan¬jang di seluruh dunia.
Di dunia terdapat 214 jenis burung air, dan tidak kurang dari 126 jenis burung air migran bermigrasi melintasi daerah Jawa dan Bali tetapi tidak berkembangbiak pada daerah tersebut. Dari sejumlah jenis tersebut di atas, 46 jenis di antaranya dapat dijumpai di Pulau Jawa (MacKinnon, 1995).
Anggota dari bangsa ini biasa ditemukan di daerah pantai/payau atau merupakan burung laut, biasanya dikenal dengan nama daerah trinil/blekok, burung camar. Contoh familinya adalah
a. Famili Scolopacidae (Sand piper bird = 82 jenis )
Yang termasuk dalam famili ini adalah trinil dengan ukuran badannya dari sedang sampai kecil dengan cirri-ciri sebagai berikut :
1. Kebanyakan dari burung ini mempunyai paruh yang panjang jika dibandingkan dengan ukuran badannya, beberapa jenis diantaranya mempunyai paruh melengkung
2. Makanannya serangga, cacing, molusca, crustacea, dan binatang lain yang terdapat di air dan juga jenis tanaman
3. Biasanya jenis burung yang termasuk famili ini membuat sarangnya di tanah di antar semak-semak
4. Warna leher biasanya disesuaikan dengan keadaan kelilingnya ( bercak-bercak putih, abu-abu/hitam )
5. Macam-macam trinil banyak sekali jenisnya di Indonesia dan Malaysia ± ada 28 jenis
6. Contoh : Numenius phacopus (burung gajah-gajahan). Bentuk paruhnya melengkung dengan ukuran agak besar. Merupakan jenis burung pengembara. Contohnya, Tringa hypoleucos (trinil)
b. Famili Lariidae ( burung camar/gull bird = 82 jenis )
Jenis ini hanya terdapat di daerah pantai, muara, di tempat-tempat yang agak ke dalam dari pantai
1. Di tandai dengan sayap yang panjang, ekor panjang dengan paruh yang lurus agak gilik dengan warna yang menyala
2. Makanannya ikan
3. Sarangnya di permukaan tanah, pasir atau karang
4. Telurnya berwarna sesuai dengan lingkungannya (birok-birok abu-abu)
5. Di Indonesia dikenal 12 jenis
6. Contohnya : gull : Larus sp (camar kepala hitam), tern : Sterna (camar kepala biasa) Sterna sumatrana
17) Ordo Columbiformes
Ordo ini mencakup burung-burung sebangsa merpati dengan ciri-ciri sebagai berikut, paruh pendek dan langsing, tarsus biasanya lebih pendek daripada jari-jari, kulit tebal dan halus, tembolok besar dan menghasilkan cairan seperti susu (pigeon susu) untuk anaknya dan pemakan biji-bijian (Graminivor) dan buah-buahan (fragivor).
Ordo ini mencakup tiga familia, diantaranya yaitu familia Pteroclidae dengan contoh spesiesnya Pterocles alchata, familia Raphidae dengan contoh spesiesnya Raphus cuculatus dan familia columbidae dengan contoh spesiesnya Streptopelia bitorquata. Jenis-jenis burung yang termasuk dalam ordo culumbiformes diantaranya yaitu : Dara zamrud, Chalcophaps indica, asli wilayah tropis Asia bagian selatan dan Australia,Dara-tanah merah, Merpati jambul Victoria Goura victoria di kebun,binatang Bristol, Merpati Nikobar, Caloenas nicobarica
Merpati dan dara termasuk dalam famili Columbidae dari ordo Columbiformes, yang mencakup sekitar 300 spesies burung kerabat pekicau. Dalam percakapan umum, istilah "dara" dan "merpati" dapat saling menggantikan. Dalam praktik ornitologi, terdapat suatu kecenderungan "dara" digunakan untuk spesies yang lebih kecil dan "merpati" untuk yang besar, namun hal ini tidak secara konsisten diterapkan, dan secara historis nama umum untuk burung-burung tersebut memiliki banyak variasi antara istilah "dara" dan "merpati." Famili ini terdapat di seluruh dunia, namun varietas terbesar terdapat di Indomalaya dan Ekozona Australasia. Dara dan merpati muda disebut "squabs."
Merpati dan dara adalah burung berbadan gempal dengan leher pendek dan paruh ramping pendek dengan cere berair. Spesies yang umumnya dikenal sebagai "merpati" adalah merpati karang liar, umum digunakan di banyak kota.
Dara dan merpati membangun sangkarnya dari ranting dan sisa-sisa lainnya, yang ditempatkan di pepohonan, birai, atau tanah, tergantung spesiesnya. Mereka mengerami satu atau dua telur, dan kedua induknya sangat memedulikan anaknya, yang akan meninggalkan sangkarnya setelah 7 hingga 28 hari. Dara makan biji, buah dan tanaman. Tidak seperti kebanyakan burung lainnya (namun lihat juga flamingo), dara dan merpati menghasilkan "susu tembolok." Kedua jenis kelamin menghasilkan zat bernutrisi tinggi ini untuk memberi makan anaknya.
18) Ordo Psittaciformes
Mencakup burung-burung sebangsa kakatua dengan ciri-ciri sebagai berikut, bulu-bulu berwarna hijau, biru, kuning atau hijau, paruh pendek, sempit, tepinya tajam, ujungnya berkait, paruh bagian atas bersendi dengan tengkorak sehingga dapat bergerak, kaki bertipe “zygodactylus” (dua jari ke depan dua jari ke belakang) dan jari terluar tidak “reversible” (tidak dapat dibalikka ke depan). Ordo ini mencakaup satu familia psittacidae dengan beberapa contoh spesiesnya Psittacula alexandrii, Cacatua galerita dan Probosciger aterrimus.
Kakatua-kecil Jambul-kuning atau dalam nama ilmiahnya Cacatua sulphurea adalah burung berukuran sedang, dengan panjang sekitar 35 cm, dari marga Cacatua. Burung ini hampir semua bulunya berwarna putih. Di kepalanya terdapat jambul berwarna kuning yang dapat ditegakkan. Kakatua-kecil jambul-kuning berparuh hitam, kulit di sekitar matanya berwarna kebiruan dan kakinya berwarna abu-abu. Bulu-bulu terbang dan ekornya juga berwarna kuning. Burung betina serupa dengan burung jantan.
Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Pakan unggas cerdas dan gemar berkawanan ini terdiri dari biji-bijian, kacang, dan aneka buah-buahan. Burung betina menetaskan antara dua sampai tiga telur dalam sarangnya di lubang pohon.
Berdasarkan dari hilangnya habitat hutan dan penangkapan liar yang terus berlanjut untuk perdagangan, serta daerah dan populasi dimana burung ini ditemukan sangat terbatas, kakatua-kecil jambul-kuning dievaluasikan sebagai kritis di dalam IUCN Red List. Spesies ini didaftarkan dalam CITES Appendix I.
Jenis Kakatua-kecil Jambul-kuning (bahasa Inggris: Yellow-crested Cockatoo) biasanya hidup berpasangan atau berkelompok dalam jumlah kecil. Sangat mencolok ketika terbang, dengan kepakan sayap yang cepat dan kuat diselingi gerakan melayang serta saling meneriaki. Bila sedang bersuara dari tempat bertengger, jambul ditegakkan lalu diturunkan. Jenis ini tertekan dengan ledakan populasi yang mengejutkan selama 10-15 tahun terakhir, akibat penangkapan yang berlebihan untuk perdagangan burung dalam sangkar, dan sekarang langka akibat kegiatan ini.
19) Ordo Cuculiformes
Mencakup burung-burung yang sering di sebut kuko,dengan cirri-ciri sebagai berikut, dua buah jari kaki ke depan, dua buah yang lain ke belakang ; jari terluar dapat di balikan ke depan, kaki tidak sesusi dengan mencengkram, ekor panjang, paruh sedang dan banyak anggota familia ini bersifat parasit (yang betina menitipkan telur –telurnya di sarang burung lain ). Ordo ini mencakup dua familia yaitu familia Mosophagidae dengan contoh spesies Tauraco. familia Cuculidae dengan contoh spesies Centropus bengalensis dan Cuculus canorus.
Wiwik kelabu atau wikwik kelabu adalah sejenis burung anggota suku kangkok (Cuculidae). Burung yang kerap ditemui di lingkungan pedesaan ini dikenal dengan banyak nama. Mulai dari kedasih atau daradasih (nama umum, Jw.), kedasi, sit uncuing, sirit uncuing, atau manuk uncuing (Sd.), sampai kepada burung orang meninggal menurut anak-anak Betawi.
Dalam bahasa Inggris burung ini dinamai Plaintive Cuckoo karena suaranya yang mendayu-dayu, sementara orang Belanda menyebutnya (Kleine) Piet van Vliet mengikuti bunyi panggilannya yang khas. Nama ilmiahnya adalah Cacomantis merulinus.Burung yang berukuran agak kecil; panjang tubuh (dari ujung paruh hingga ke ujung ekor) sekitar 21 cm. Burung dewasa berwarna kelabu di kepala, leher dan dada bagian atas. Punggungnya merah kecoklatan dan perutnya kuning jingga. Sisi bawah ekor dengan warna putih di ujung-ujung bulu yang kehitaman.
Burung muda berwarna burik; kecoklatan dengan garis-garis hitam di sisi atas tubuh, dan keputihan dengan garis-garis hitam yang lebih halus. Burung betina kadang-kadang berwarna seperti burung muda, sehingga mungkin terkeliru dengan burung Wiwik lurik (C. sonneratii) yang berkerabat. Bedanya, Wiwik lurik memiliki alis dan pipi keputihan.Iris mata berwarna merah. Paruh kehitaman di atas dan kekuningan di bawah. Kaki kuning.
20) Ordo Strigiformes
Mencakup burung-burung dengan cirri-ciri sebagai berikut, kepala besar dan bulat, mata besar dan menghadap ke depan, di kelilingi oleh bulu-bulu yang tersusun radial ( menjari), lubang telinga lebar, sering kali tertutup oleh lipatan kulit, paruh pendek, jari kaki mempuyai cakar yang tajam sesuai dengan fungsinya untuk mengcengkeram dan aktif diwaktu malam (nocturnal), predator.
Ordo Strigiformes terdiri dari dua suku (familia), yakni suku burung serak atau burung-hantu gudang (Tytonidae) dan suku burung hantu sejati (Strigidae). Banyak dari jenis-jenis burung hantu ini yang merupakan jenis endemik (menyebar terbatas di satu pulau atau satu region saja) di Indonesia, terutama dari marga Tyto, Otus, dan Ninox.
Burung hantu adalah kelompok burung yang merupakan anggota ordo Strigiformes. Burung ini termasuk golongan burung buas (karnivora, pemakan daging) dan merupakan hewan malam (nokturnal). Seluruhnya, terdapat sekitar 222 spesies yang telah diketahui, yang menyebar di seluruh dunia kecuali Antartika, sebagian besar Greenland, dan beberapa pulau-pulau terpencil.
Di dunia barat, hewan ini dianggap simbol kebijaksanaan, tetapi di beberapa tempat di Indonesia dianggap pembawa pratanda maut, maka namanya Burung Hantu. Walau begitu tidak di semua tempat di Nusantara burung ini disebut sebagai burung hantu. Di Jawa misalnya, nama burung ini adalah darès atau manuk darès yang tidak ada konotasinya dengan maut atau hantu. Di Sulawesi Utara, burung hantu dikenal dengan nama Manguni.
Burung hantu dikenal karena matanya besar dan menghadap ke depan, tak seperti umumnya jenis burung lain yang matanya menghadap ke samping. Bersama paruh yang bengkok tajam seperti paruh elang dan susunan bulu di kepala yang membentuk lingkaran wajah, tampilan "wajah" burung hantu ini demikian mengesankan dan terkadang menyeramkan. Apalagi leher burung ini demikian lentur sehingga wajahnya dapat berputar 180 derajat ke belakang.
Umumnya burung hantu berbulu burik, kecoklatan atau abu-abu dengan bercak-bercak hitam dan putih. Dipadukan dengan perilakunya yang kerap mematung dan tidak banyak bergerak, menjadikan burung ini tidak mudah kelihatan; begitu pun ketika tidur di siang hari di bawah lindungan daun-daun.
Ekor burung hantu umumnya pendek, namun sayapnya besar dan lebar. Rentang sayapnya mencapai sekitar tiga kali panjang tubuhnya.
21) Ordo Caprimulgiformes
Caprimulgiformes adalah sejenus burung yang meliputi sejumlah burung yang ada distribusi global (kecuali Antartika). Mereka umumnya merupakan burung yang memakan serangga dan nokturnal. Urutan mendapatkan namanya dari bahasa Latin untuk " pengisap", nama tua didasarkan pada pandangan keliru Nightjar Eropa dari kebiasaan makan.
Klasifikasi dari berbagai burung yang membentuk urutan, telah lama mengalami kontroversial dan sulit untuk di identifikasi , terutama dalam kasus nightjars. Semua dalam hal yang dipertimbangkan, urutan Nightjar yang terbaik mungkin hanya akan terbatas pada jenis potoos, nightjars, dan eared-nightjars, semua garis keturunan lain yang diangkat ke tingkat ketertiban, dan anak burung hantu-nightjars yang sama sekali jauh:
 Keluarga Steatornithidae (Oilbird) - kemungkinan urutan berbeda NN "Steatornithiformes"
 Keluarga Podargidae (frogmouths, 12 spesies dalam 2 genera) - urutan yang berbeda mungkin Podargiformes
 Keluarga Nyctibiidae (Potoos, sekitar 5 spesies dalam 1 genus)
 Keluarga Caprimulgidae
 Subfamili Chordeilinae (nighthawks Dunia Baru)
 Subfamili Caprimulginae (khas nightjars)
 Keluarga Eurostopodidae (eared-nightjars)
Secara tradisional, mereka dianggap seperti burung hantu.Mereka adalah pemburu nokturnal dengan mengandalkan indra penglihatan mereka yang sangat baik dengan kecil, Pada waktu waktu tertentu mereka telah bersekutu dengan burung hantu,jenis, Swifts, kingfishers, hoopoes, mousebirds, enggang, roller, pemakan lebah, burung pelatuk, trogons dan kolibri.
Berdasarkan analisis data sekuens - khususnya β-fibrinogen intron 7 -, paksaan & Houde (2004) dianggap sebagai keluarga caprimulgiformes untuk menjadi anggota clade Metaves yang diusulkan, yang juga mencakup Hoatzin, tropicbirds, sandgrouse, merpati, kagu, sunbittern, mesites, flamingo, Grebes dan Swifts dan kolibri. Clade ini juga ditemukan oleh penelitian diperluas Ericson et al. (2006), tapi dukungan sangat lemah.
Sementara kajian yang terakhir dari monophyly pulih Cypselomorphae (lihat di bawah) dalam Metaves, mantan hanya didasarkan pada satu lokus dan tidak bisa menyelesaikan hubungan mereka menurut statistik kriteria standar keyakinan. Tidak morfologi synapomorphies telah ditemukan bahwa menyatukan Metaves unik (atau caprimulgiformes dalam hal ini), tetapi sejumlah gen inti unlinked dukungan secara mandiri baik di monophyly mereka mayoritas atau keseluruhan. Ericson et al. (2006) menyimpulkan bahwa jika valid, "Metaves" harus berasal beberapa waktu sebelum Paleogen, dan mereka didamaikan ini dengan catatan fosil.
Sementara hubungan cypselomorphs adalah subyek perdebatan yang berkelanjutan, yang filogeni dari garis keturunan individu lebih baik diselesaikan. Banyak dari sisa ketidakpastian menganggap kecil.
MtDNA awal analisis sekuens sitokrom b (Mariaux & Braun 1996) setuju dengan sebelumnya morfologis (Cracraft 1981) dan DNA-DNA hibridisasi (Sibley & Ahlquist 1990) penelitian sejauh bahwa oilbird dan frogmouths tampak agak berbeda. Garis keturunan yang lain muncul untuk membentuk clade, tetapi sekarang ini telah diketahui disebabkan oleh metodologi Limitasi.
The Aegothelidae (anak burung hantu-nightjars) dengan sekitar selusin spesies hidup di satu genus yang tampaknya lebih dekat ke Apodiformes (Mayr 2002); ini dan caprimulgiformes berkaitan erat, yang dikelompokkan bersama sebagai Cypselomorphae. Para oilbird dan frogmouths tampak sangat berbeda di antara yang tersisa caprimulgiformes, tetapi mereka dengan tepat penempatan tidak dapat diselesaikan berdasarkan data osteological sendirian (Maria 2002).
Bahkan studi Ericson et al. benar tidak bisa menyelesaikan oilbird dan frogmouths 'hubungan luar kenyataan bahwa mereka juga cukup jelas berbeda. It kokoh didukung, bagaimanapun, ide bahwa anak burung hantu-nightjars harus dianggap lebih dekat dengan caprimulgiformes, tidak seperti lemah secara metodologis kajian Mariaux & Braun (1996) dan paksaan & Houde (2004) atau Mayr's filogenetik takson Cypselomorphae dapat ditempatkan pada urutan pangkat dan mengganti dua perintah sekarang Caprimulgiformes dan Apodiformes. Kelompok tersebut akan cukup tidak informatif berkenaan dengan sejarah evolusi, sebagaimana telah menyertakan beberapa yang sangat sangat plesiomorphic dan beberapa garis keturunan yang diturunkan (seperti kolibri) untuk mencapai monophyly.
22) Ordo Apodiformies
Secara tradisional, Apodiformes terdiri dari tiga keluarga: yaitu Swifts, Apodidae, burung Swifts, Hemiprocnidae, dan kolibri, Trochilidae. Dalam penggolongan / taksonomi Sibley-Ahlquist, family ini dinaikkan ke Superorder kolibri Apodimorphae yang dipisahkan sebagai suatu tatanan baru, Trochiliformes, tetapi hal ini telah ditolak oleh penelitian berikutnya. 450 spesies yang telah teridentifikasi sampai saat ini, mereka adalah urutan paling beragam burung setelah Passeriformes.
Seperti sebutan mereka ( "tanpa dasar" dalam bahasa Latin) menunjukkan, kaki mereka kecil dan memiliki fungsi yang terbatas selain bertengger. Kaki ditutupi dengan kulit telanjang dari pada timbangan (scutes). Karakteristik yang lain adalah sayap panjang pendek, kekar tulang humerus (Hyman 1992). Evolusi karakteristik sayap ini telah memberikan burung sayap yang ideal untuk melayang-layang (Mayr 2002).
Ordo apodiformes terdiri atas keluarga Aegialornithidae (fosil), keluarga Jungornithidae (fosil), keluarga Trochilidae – kolibri, keluarga Apodidae – Swifts dan keluarga Hemiprocnidae – treeswifts.
Kolibri adalah burung yang terdiri Trochillidae keluarga. Mereka berukuran terkecil di antara burung, dan termasuk yang terkecil yang masih ada spesies burung, Bee kolibri. Mereka dapat melayang-layang di udara dengan cepat mengepakkan sayapnya 12-90 kali per detik (tergantung pada spesies). Mereka juga dapat terbang mundur, dan satu-satunya kelompok burung mampu melakukannya. nama inggris mereka berasal dari karakteristik dengungan yang dibuat oleh sayap cepat mengalahkan mereka. Mereka dapat terbang dengan kecepatan melebihi 15 m / s (54 km / jam, 34 mil / jam).
23) Ordo Trogonoformes
The quetzals adalah trogons dan burung-burung di urutan trogoniformes yang hanya berisi satu keluarga, yang Trogonidae. Keluarga berisi delapan spesies dalam 39 genera. Catatan fosil dari tanggal trogons kembali 49 juta tahun hingga pertengahan-Eosen. Mereka mungkin merupakan anggota radiasi basal dari ordo Coraciiformes. Kata "Trogon" adalah bahasa Yunani untuk "menggigit" dan mengacu pada fakta bahwa burung ini menggerogoti lubang di pohon-pohon untuk membuat sarang.
Mereka makan serangga dan buah-buahan, dan mereka yang luas dan lemah kaki tagihan mencerminkan kebiasaan diet dan pepohonan. Meskipun penerbangan mereka cepat, mereka enggan untuk terbang jarak. Trogons umumnya tidak bermigrasi, meskipun beberapa spesies parsial melakukan gerakan-gerakan lokal. Trogons telah lembut, sering penuh warna, bulu-bulu dengan jantan dan betina yang berbeda bulu. Mereka adalah satu-satunya jenis hewan dengan kaki heterodactyl pengaturan. Para trogons adalah pemakan serangga, biasanya berburu dari bertengger. Mereka bersarang di lubang digali ke dalam pohon atau sarang rayap, 2-4 petelur putih atau berwarna pastel telur.
Menurut Phylogeny of Genera based on Moyle (2005) trigoniformes terbagi atas tujug family, yaitu Harpactes, Apaloderma, Trogon, Priotelus, Quetzals, Euptilotis, dan Pharomachrus.
24) Ordo Coliiformes
Ordo ini memiliki tubuh yang ramping atau cokelat keabu-abuan burung dengan lembut, mirip rambut bulu tubuh. Mereka biasanya sekitar 10 sentimeter dalam tubuh panjang, dengan panjang, tipis, ekornya lebih lanjut panjang 20-24 cm, dan berat 45-55 gram . Mereka berlari melalui pepohonan dan dedaunan seperti tikus, mencari berry, buah-buahan dan kuncup. Kebiasaan ini, dan kaki mereka, menimbulkan kelompok nama Inggris. Mereka adalah akrobat, dan dapat memberi makan terbalik. Semua spesies memiliki cakar yang kuat dan reversibel luar jari kaki. Mereka juga memiliki puncak-puncak dan gemuk tagihan.
Mousebirds yang suka berteman, sekali lagi memperkuat analogi dengan tikus, dan ditemukan dalam band-band dari sekitar dua puluh di negara berhutan ringan. Burung ini berbentuk cangkir membangun sarang di ranting pohon, yang dilapisi dengan rumput. Biasanya 2-4 telur diletakkan, menetas untuk memberikan cukup dewasa sebelum waktunya muda yang segera meninggalkan sarang dan mendapatkan penerbangan. Ordo Coliiformes terdiri atas famili Coliidae dan Sandcoleidae
a. Keluarga Coliidae
 Basal dan unassigned bentuk (semua fosil)
 Genus Primocolius (Late Eosen / Oligosen dari Quercy, Perancis)
 Genus Oligocolius (Oligosen awal dari Frauenweiler, Jerman)
 Genus Masillacolius (Eosen Tengah dari Messel, Jerman)
 Subfamili Coliinae
 Genus Colius (4 spesies)
 Subfamili Urocoliinae
 Genus Urocolius (2 spesies)
b. Keluarga Sandcoleidae (semua fosil)
 Genus Sandcoleus (Paleosen)
 Genus Anneavis
 Genus Eoglaucidium Coliiformes
25) Ordo Coraciiformes
Nama Coraciiformes berarti "Raven ", secara khusus, kata itu berasal dari bahasa Latin "corax", yang berarti "Raven" dan Latin "Versi", yang berarti "bentuk". Ordo ini merupakan kelompok burung yang memiliki penampakan morfologis tidak begitu mirip dengan ciri-ciri, yakni paruh kuat dan jari-jari ke-3 dan ke-4 bersatu pada bagian pangkal.
Ordo ini mencakup 7 famili. Dua di antarnya ialah famili Alcedinidae dengan contoh spesies Holycon chloris dan famili Bucerotidae dengan contoh spesies buceros bicornis.
26) Ordo Piciformes
Ordo ini mencakup jenis burung-burung yang morfologis tidak begitu mirip, dengan ciri, yakni paruh kuat, bulu ekor kaku dan runcing sertalidah dengan ujung yang kasar atau dilengkapi dengan bayangan seperti bulu serta dapat dijulurkan.
Ordo ini mencakup enam famili, tiga diantaranya famili capitonidae dengan contoh spesies Megalaima corvina, famili Rhampasidae dengan contoh spesies Rhampastor sulfuratus dan famili Picidae dengan contoh spesies Dinopium javanense.
27) Ordo Passeriformes
Ordo Passeriformes adalah ordo terbesar dalam kelas Burung atau Aves di kerajaan Hewan atau Animalia. Sekitar 5.400 spesies atau lebih dari setengah jumlah total spesies burung adalah Burung pengicau.
Spesies burung dalam ordo Burung pengicau mempunyai otot yang rumit untuk mengatur organ suaranya dan sebagian besar burung-burung dalam ordo ini mempunyai ukuran tubuh relatif lebih kecil dibandingkan burung-burung dalam ordo lainnya, kaki berjari-jari empat (3 kedepan, 1 kebelakang) dan paruh sesuai untuk memotong.
Ordo ini mencakup sekitar 69 famili, diantaranya famili Hirundinidae contoh spesies Hirundo rustica, famili Dicruridae contoh spesies Dicrurus macrocercus, dan famili Oriolidae dengan spesies Oriolus chinensis.

Rangkuman
Aves atau burung adalah anggota kelompok hewan bertulang belakang (vertebrata) yang memiliki bulu dan sayap. Kata aves berasal dari kata Latin dipakai sebagai nama kelas, sedang ornis dari kata Yunani dipakai dalam Ornithology berarti ilmu yang mempelajari burung-burung.
Aves menunjukkan kemajuan bila dibandingkan dengan kelas-kelas hewan yang mendahului dalam hal :
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus

C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan tahap-tahap pergantian bulu pada aves
2. Sebutkan beberapa kemajuan aves diabnding kelas sebelumnya
3. Sebutkan klasifikasi
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Tahap-tahap pergantian bulu burung
a. Molting post natal, lepasnya bulu pertama pada burung yang baru menetas. Kejadian ini hanya sekali selama hidupnya.
b. Molting post juvenile, pergantian bulu pada masa burung sudah mengalami pertumbuhan maximum, kejadian ini juga hanya sekali selama hidupnya.
c. Molting post nuptial, pergantian bulu yang terjadi pada waktu burung mendekati masa breding dan akan terjadi setiap tahun.
2. Kemajuan aves dibanding kelas sebelumnya
a. Tubuh memiliki penutup yang bersifat isolasi
b. Darah vena dan arteri terpisah secara sempurna dalam sirkulasi jantung
c. Pengaturan suhu tubuh
d. Rata-rata metabolismenya tinggi
e. Kemampuan untuk terbang
f. Suaranya berkembang dengan baik
g. Menjaga anaknya secara khusus
e. Referensi
1. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://ensiklofauna.net46.net/?q=node/6, diakses tanggal 1 desember 2009)
2. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.
3. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
4. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
5. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT
6. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP
f. Senarai
1. Ornithology = ilmu yang mempelajari tenatng aves
2. Molting = pergantian bulu

BAB VI
MAMALIA

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Dalam pertemuan ini akan dipelajari tentang ciri-ciri mamalia, dan klasifikasi mamalia.
Relevansi
Pembahasan ini akan sangat berhubungan dengan hewan-hewan yang termasuk dalam kelompok mamalia.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang mamalia.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang memilki derajat tertinggi diantara kelompok hewan lainnya. Kelompok mamalia terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu atau mammae, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial).
Mamallia hidup diberbagai habitat mulai dari kutub sampai daerah ekuator, dari dasar laut sampai hutan lebat dan gurun pasir. Banyak yang hidup secara nocturnal dan banyak juga dan banyak juga yang hidup secara diurnal. Spesies tertentu sebagai hewan buas yang diburu, spesies lainya jinak. Beberapa pemakan daging (carnivora), sebagai hewan pengerat, sebagai pemakan biji-bijian dan buah-buahan, dan beberapa sebagai sumber penyakit.
7.1 Ciri-Ciri Mamalia
Secara garis besar ciri-ciri hewan mamalia selain ciri di atas adalah seperti berikut.
a. Tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodik, kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau dan susu.
b. Cranium (tulang tempurung kepala) memiliki dua occipitale condyle; vertebrae leher biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerak-gerakkan.
c. Regionalis (bagian dari hidung) umumnya silindris; mulutnya mengandung gigi (jarang tidak terdapat) yang tertanam dalam kantong (alveola); gigi itu terletak pada kedua belah rahang dan berdeferensiasi sesuai dengan makananya, lidah mudah digerak-gerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan; alat pendengar memiliki daun telinga.
d. Memiliki empat anggaota atau kaki (kecauali anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang); masing-masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan berjalan, lari, memanjat, membuat lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait tanduk atau berkuku atau berteracak dengan bantalan-bantalan daging.
e. Cor (jantung) sempurna terbagi atas empat ruangan (dua auricular, dua ventricular); hanya archus aorticus sinistrum masih ada; erythrocytnya tidak berinti, biasanya bulat.
f. Pernafasanya hanya dengan pulmo (paru-paru), larynx mempunyai tali suara; memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis.
g. Memiliki vesica urinaria; hasil eksresi berupa cairan urine.
h. Memilliki 12 nervi cranialis; otak berkembang baik, kedua celebrum dan cerebellum besar.
i. Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
j. Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis; testis umumnya terdapat dalam scrotum yang terletak diluar abdomen. Fertilisasi terjasi didalam; telur biasanya kecil tanpa cangkok dan tinggal dalam uterus untuk tumbuh selanjutnya; memiliki membrana embryonic (amnion, chorion, dan alanthois); biasanya memiliki placenta yang menghubungkan embryo dengan dinding uterus yang digunakan untuk nutrisi dan respirasi; anaknya diasuh setelah lahir dan disusui.

7.2 Klasifikasi Mamalia
Menurut Verma (1979) bahwa kelas mamalia digolongkan dalam 2 subkelas, yakni prototheria dan theria.
1. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting, testes abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo monotremata dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
2. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan puting, testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar. Subkelas ini dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.
a. Infrakelas Metatheria
Anggota ini memiliki ciri; betina mempunyai kantung di bawah perut, kelenjar susu terdapat di dalam kantung, embrio tanpa plasenta, anak yang dilahirkan prematur, Infrakelas ini mencakup satu ordo saja, yakni Marsupialia dengan contoh Macropus sp.
b. Infrakelas Eutheria
Anggota ini memiliki ciri; tanpa kantung, tanpa kloaka, testes terletak di dalam kantung buah zakar, embrio dengan plasenta, anak yang dilahirkan sudah berkembang lebih jauh. Infrakelas ini mencakup 16 ordo, yaitu
1) Ordo Insectivora
Anggota dari ordo ini memiliki ciri; ukuran tubuh kecil, berambut halus seprti beludru, moncong pipih dan panjang, tiap kaki berjari lima, gigi runcing dan tajam, placenta berbentuk bulat (discoidal), bersifat nocturnal. Ordo ini mencakup sejumlah famili, diantaranya famili Soricidae dengan contoh spesies Suncus murinus (celurut).
Celurut adalah hewan pemakan serangga bertubuh kecil yang berpenampilan mirip mencit/tikus kecil dan tergolong dalam familia Soricidae. Salah satu anggotanya adalah celurut rumah (Suncus murinus L.) yang biasa dijumpai berlari di sudut dinding mencari mangsa.
Hewan ini kerap kali dianggap sebagai tikus karena ukuran, warna rambut, serta moncongnya, sehingga dinamakan pula tikus kesturi. Sebutan lainnya adalah cecurut, (tikus) curut, cencurut, dan munggis. Pada kenyataannya, celurut sangat jauh kekerabatannya dari tikus, bahkan berbeda ordo; celurut termasuk ordo Soricomorpha, bukan Rodentia (hewan pengerat).
Penyebaran celurut mencakup hampir seluruh penjuru dunia, kecuali Papua, Australia, dan Selandia Baru, serta Antarktika. Sebagai hewan menyusui, celurut termasuk hewan yang mudah beradaptasi dengan perkembangan kebudayaan manusia.
Celurut juga menjadi hewan vektor penyakit yang serupa dengan tikus dan mencit.
2) Ordo Dermoptera
Anggota dari odro ini memiliki ciri; mempunyai lipatan kulit yang membentang mulai dari sisi kepala ke tungkai depan, ke samping badanterus ke tungkai belakang sampai ekor, nocturnal, dapat melayang di udara. Ordo ini mencakup satu famili Cynocephalidae dengan contoh Galeopterus variegatus (kubung).
Kubung pelanduk Sunda (Galeopterus variegatus), adalah sejenis kubung. Ia merupakan satu dari dua jenis kubung, jenis kubung yang lain adalah Kubung pelanduk Filipina yang hanya ditemukan di Filipina. Kubung pelanduk ditemukan di seluruh kawasan Asia Tenggara di Indonesia, Thailand, Malaysia, dan Singapura. Kubung bukan termasuk jenis lemur meskipun disebut flying lemur dalam bahasa Inggris dan tidaklah terbang, melainkan ia meluncur saat melompat diantara pepohonan. Hewan ini menghabiskan waktunya di pepohonan, aktif di waktu malam, dan makan bagian tumbuhan yang lunak seperti daun muda, tunas, bunga dan buah. Setelah mengandung selama 60 hari, seekor anaknya yang dilahirkan dibawa di perut ibunya digendong dalam selaput kulit yang besar.
3) Ordo Chiroptera
Anggota ini memiliki ciri; memiliki kemampuan untuk terbang, memiliki jenis pakan yang sangat bervariasi, beristirahat dengan cara bergantung terbalik, hewan ini nocturnal (mencari makan pada malam hari), memiliki suara yang nyaring dan berada pada tempat yang gelap.
Ordo Chiroptera memiliki dua sub ordo yaitu Microchiroptera dan Megachiroptera. Kebanyakan Microchiroptera adalah insectivora dan hanya sebagian kecil yang omnivora, karnivora, piscivora, frugivora, nectarivora atau sanguivora (Findley, 1993).
a) Microchiroptera umumnya menggunakan ekolokasi sebagai alat pengendalian gerakannya di tempat yang gelap dan menentukan posisi serangga yang akan dimangsanya. Subordo ini memiliki satu famili Pteropodidae dengan contoh spesiesnya adalah Pteropus vampirus (keluang).
b) Megachiroptera umumnya adalah herbivora (pemakan buah, daun, nektar dan serbuk sari), berukuran tubuh relatif besar dengan bobot badan 10 gram untuk ukuran kecil dan ukuran terbesar dapat mencapai 1500 gram, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang relatif baik (Nowak dan Paradiso, 1983). Suborodo ini mencakup sejumlah famili diantaranya Rhinolophidae dengan contoh Rhinolopus sp.
Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti hewan yang mempunyai “sayap tangan” karena kaki depannya termodifikasi sebagai sayap. Hewan ini merupakan satu-satunya jenis hewan mamalia yang dapat terbang dengan menggunakan sayapnya. Kelelawar aktif mencari makan dan terbang hanya pada waktu malam hari dikarenakan kelelawar sangat sensitif terhadap dehidrasi (kekurangan air). Bila siang hari ia tidur dengan bergelantung terbalik. Habitat (tempat tinggalnya) biasanya di gua-gua, alam terbuka, atau dipepohonan.
4) Ordo Primata
Primata adalah mamalia yang menjadi anggota ordo biologi Primates. Di dalam ordo ini termasuk lemur, tarsius, monyet, kera, dan juga manusia. Kata ini berasal dari kata bahasa Latin primates yang berarti "yang pertama, terbaik, mulia". Colin Groves mencatat sekitar 350 spesies primata dalam Primate Taxonomy. Ilmu yang mempelajari primata dinamakan primatologi.
Seluruh primata memilik lima jari (pentadactyly), bentuk gigi yang sama dan rancangan tubuh primitif (tidak terspesialisasi). Kekhasan lain dari primata adalah kuku jari. Ibu jari dengan arah yang berbeda juga menjadi salah satu ciri khas primata, tetapi tidak terbatas dalam primata saja; opossum juga memiliki jempol berlawanan. Dalam primata, kombinasi dari ibu jari berlawanan, jari kuku pendek (bukan cakar) dan jari yang panjang dan menutup ke dalam adalah sebuah relik dari posisi jari (brachiation) moyangnya di masa lalu yang barangkali menghuni pohon. Semua primata, bahkan yang tidak memiliki sifat yang biasa dari primata lainnya (seperti loris), memiliki karakteristik arah mata yang bersifat stereoskopik (memandang ke depan, bukan ke samping) dan postur tubuh tegak.
Ordo ini meliputi tiga sub ordo, yakni subordo Lemuroidae, Tarsioidea dan Anthropoidea.
a). Subordo Lemuroidae
Lemuroidea adalah superfamili dari strepsirrhine primata yang mengandung banyak spesies kukang, termasuk lemur benar, sportif lemur, lemur bambu, wol lemur, dan sifakas. Semua lemuroids hidup secara eksklusif di pulau Madagaskar dan pulau-pulau yang lebih kecil di dekatnya. Ada tiga keluarga di keluarga Lemuroidea; Lemuridae, Lepilemuridae dan Indriidae. Karakteristik khas mereka adalah toothcomb gigi, sebuah perawatan cakar pada digit kedua kaki mereka, sebuah bar postorbital, tidak ada penutupan dan postorbital primitif daerah hidung dengan ethmoid istirahat.
b). Subordo Tarsioidea
Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Meskipun grup ini dahulu kala memiliki penyebaran yang luas, semua spesies yang hidup sekarang ditemukan di pulau-pulau di Asia Tenggara.
c). Subordo Anthropoidea
Anggota ini memiliki ciri kelenjar susudi daerah dada,kaki dan tangan prehensil kecuali manusia, jari-jarinya berkuku, hidup di darat, di pepohonan dan bersifat diurnal. Subordo ini mencakup famili Cercopithecidae dengan contoh spesies Presbytis obscurus (lutung), dan famili Pongidae dengan contoh Hylobatus lar (Owa).
5) Ordo Edentata
Edentata berasala dara bahasa bahasa latin (ex=tanpa, dens=gigi). Suatu bangsa hewan dari kelas Mammalia yang mulutnya tidak dilengkapi dengan gigi, karena giginya mengalami rudimenter, mangsanya adalah dari jenis semut atau serangga tanah kecil lainnya.
Ordo ini terbagi atas tiga subordo, yakni : Subordo pilosa dengan 2 famili, yakni Megalonychidae (dua-berujung sloths) dan Bradypodidae (tiga berkuku sloths), Subordo Vermilingua dengan 1 famili, yakni Myrmecophagidae dan Subordo Cingulata dengan 1 famili, yakni Dasypodidae.
6) Ordo Pholidota
Ordo ini memiliki ciri-ciri, tubuh tertutup oleh sisik-sisik bahan tanduk tersusun tumpang tindih, rambut-rambutterletak di antara sisik-sisik, moncong panjang, tanpa gigi, telinge mereduksi, tungkai pendek dan bersifat nocturnal. Ordo ini mencakup famili Manidae dengan contoh spesies Manis javanica (Trenggiling biasa).
Trenggiling biasa (Manis javanica syn. Paramanis javanica) adalah wakil dari ordo Pholidota yang masih ditemukan di Asia Tenggara. Hewan ini memakan serangga dan terutama semut dan rayap. Trenggiling hidup di hutan hujan tropis dataran rendah.
Bentuk tubuhnya memanjang, dengan lidah yang dapat dijulurkan hingga sepertiga panjang tubuhnya untuk mencari semut di sarangnya. Rambutnya termodifikasi menjadi semacam sisik besar yang tersusun membentuk perisai berlapis sebagai alat perlindungan diri. Jika diganggu, trenggiling akan menggulungkan badannya seperti bola. Ia dapat pula mengebatkan ekornya, sehingga "sisik"nya dapat melukai kulit pengganggunya. Trenggiling terancam keberadaannya akibat habitatnya terganggu serta menjadi obyek perdagangan hewan liar.
7) Ordo Lagomorpha
Ciri-ciri umum dari ordo lagomorpha, yaitu pentadactyla, plantigrad, jari-jari dengan cakar, dua dentes incisvi atas pada tiap belah rahang yang kedua lebih kecil dan terdapat disebelah belakangnya dan ada tiga dentes premolares atas dan dua dentes premolares bawah pada tiap rahang;dentes molares dapat tumbuh terus.
Ordo lagomorpha terdiri atas 2 famili yaitu sebagai berikut famili leporidae contoh Caprolagus hispidus (kelinci) dan Lepus saxatilis (terwelu), serta famili ochontonidae contoh: Ochontona pusilla (pika).
Kelinci adalah hewan mamalia dari famili Leporidae, yang dapat ditemukan di banyak bagian bumi. Dulunya, hewan ini adalah hewan liar yang hidup di Afrika hingga ke daratan Eropa. Secara umum, kelinci terbagi menjadi dua jenis. Pertama, kelinci bebas. Kedua, kelinci peliharaan. Yang termasuk dalam kategori kelinci bebas adalah terwelu (Lepus curpaeums) dan kelinci liar (Oryctolagus cuniculus). Dilihat dari jenis bulunya, kelinci ini terdiri dari jenis berbulu pendek dan panjang dengan warna yang agak kekuningan. Ketika musim dingin, warna kekuningan ini berubah menjadi kelabu
8) Ordo Rodentia
Ordo ini memiliki ciri diantaranya, pentadactyla,jari-jari dengan cakar, Satu dens incivicus padabtiap belah rahang,berbentuk pahat,dapat tumbuh terus, tidak ada dentes canini, jumlah dentes premolars dan dentes molars ialah variable dan lengan bawah dapat pronasi dan supinansi.
Ordo ini diperkirakan sekitar 2000 sampai 3000 spesies binatang pengerat yang ditemukan di semua benua kecuali Antarktika. Hewan pengerat telah digunakan manusia sebagai hewan percobaan, diambil kulitnya, untuk makanan, dan juga untuk mendeteksi ranjau. Ordo ini mencakup sejumlah famili diantaranya Muridae dengan contoh Rattus sabanus (tikus ekor panjang) dann famili Sciuridae dengan contoh Petasurista petasurista (tupai terbang merah)
Tupai adalah segolongan mamalia kecil yang mirip, dan kerap dikelirukan, dengan bajing. Secara ilmiah, tupai tidak sama --dan jauh kekerabatannya-- dengan keluarga bajing. Tupai banyak memangsa serangga, dan dahulu dimasukkan ke dalam bangsa Insectivora (pemakan serangga) bersama-sama dengan cerurut. Sedangkan bajing dan bajing terbang termasuk bangsa Rodentia (hewan pengerat) bersama-sama dengan tikus. Bajing merupakan salah satu hama kelapa. Dalam bahasa Inggris, tupai disebut treeshrew, yang arti harfiahnya cerurut pohon (tree pohon, shrew cerurut). Meski tidak semuanya arboreal, hidup di pohon.
9) Ordo Cetacea
Kata cetecea berasal dari kata yunani kono yang berarti ikan besar atau monster laut. Adapun ciri-ciri umum dari ordo cetacea adalah ukuran tubuh sedang sampai besar skali, kepala berbentuk panjang dan sering runcing, memiliki beberapa sirip dordal berdaging, jari belebab, tidak beranggota belakang, ekor panjang dengan akir melebar, gigi pinpa dengan lapisan email, permukaan tubuh licin tanpa bulu, tidak mempunyai kelenjar kulit dan memiliki kelenjar susu.
Ordo ini mencakup beberapa famili diantaranya famili Delphinidae dengan contoh spesies Orsaella brevirostris (pesut) dan famili Belaenopteridae dengan contoh spesies Physeter macrocephalus (ikan paus sperma).
Paus Sperma (Physeter macrocephalus) adalah hewan terbesar dalam kelompok paus bergigi sekaligus hewan bergigi terbesar di dunia. Paus ini dinamakan karena bahan putih susu spermaceti yang terdapat pada kepalanya, dan pada awalnya dikira sebagai sperma. Ciri khas dari Paus Sperma adalah kepalanya yang besar, lebih-lebih untuk pejantannya, yang biasanya bisa mencapai sepertiga daripada panjang badanya. Berbeda dengan kulit licin yang dimiliki oleh kebanyakan paus lain, kulit bagian belakang paus sperma biasanya berkedut. Mereka bewarna abu-abu walaupun kadang kelihatan berwarna coklat dibawah cahaya matahari
10) Ordo Carnivora
Carnivora atau maging adalah hewan yang makanannya kebanyakan adalah daging, baik yang dimakan hidup-hidup atau berasal dari daging hewan yang sudah mati. Kata carnivora berasal dari bahasa Latin carne yang berarti daging dan vorare yang berarti "memakan"). Kata ini juga dapat digunakan untuk menyebut mamalia dalam ordo Carnivora yang pada umumnya sesuai dengan definisi pertama. Carnivora yang memakan serangga sebagai makanan utamanya disebut insektivora, sedangkan karnivora yang memakan ikan sebagai makanan utamanya disebut piskivora.
Ordo ini dibedakan atas dua subordo Fissipedia mencakup sejumlah famili Canidae dengan contoh Cuon alpinus (anjing hutan), famili Felidae dengan contoh spesies Felis bengalensis dan subordo Pinnipedia mencakup sejumlah famili diantaranya famili Phocidae dengan contoh spesies Phoca dan famili Otariidae dengan contoh spesies Otario sp.
11) Ordo Tubulidentata
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni tubuh kaku menyerupai babi, kulit sangat tebal tertutup oleh rambut-rambut yang jarang, moncong panjang, tubular dengan bentuk hidung berbentuk bulat, daun telinga panjang, tegak dan runcing, lidah langsing dan dapat dijulurkan, jari-jari kaki 4 atau 5 dengan cakar yang kuat. Contoh spesies Orycteropus afer.
12) Ordo Proboscidae
Ordo ini memiliki ciri-ciri, yakni telinga besar dan pipi, badan besar, mulut menjalur keluar dan memiliki gigi taring yang panjang. Ordo proboscidea terdiri dari dua famili yaitu Elephaatidae dengan contoh spesies Elephas indicus (gajah) dan Mammutidae.
Gajah merupakan binatang paling besar yang hidup di darat. Panjang telinga gajah mencapai 1,5 meter dengan lebar 50 cm. Telinganya yang besar digunakan untuk mengipas dirinya sendiri jika kepanasan dan untuk menakuti musuhnya. Belalainya yang panjang digunakan untuk mengambil makanan, menyedot air kemudian memasukkan ke dalam mulutnya. Selain itu juga berfungsi untuk mengangkat sesuatu. Suara gajah dihasilkan dari belalainya. Suara ini dipancarkan dalam gelombang suara yang disebut "infrasonik", dipergunakan untuk memanggil kelompok ataupun gajah betina sampai beberapa kilometer jauhnya. Suara yang dikeluarkan gajah biasanya untuk menyatukan kembali anggota kelompok yang terpisah.
13) Ordo Hyracoidea
Anggota ini memiliki ciri-ciri, yakni bibir atas terbelah, daun telinga pendek, ekor sangat mereduksi, kaki depan berjari empat, kaki belakang berjari tiga, testes abdominal, mammae enam pasang, empat pasang di daerah inguinal dan dua pasang di daerah ketiak. Salah satu contohnya adalah Hyrax sp.
Hyrax (dari bahasa Yunani "shrewmouse") adalah sebagian spesies dari empat spesies yang cukup kecil, gemuk, dan merupakan mamalia herbivora di ordo Hyracoidea. Hyrax hidup di Afrika dan Timur tengah. Hewan ini merupakan sejenis kelinci kecil yang terdapat di asia dan afrika, kira-kira seukuran marmut. bertahan hidup dengan membuat rumah di dalam lubang atau celah bukit batu yang biasa terdapat di sepanjang sisi jurang yang terjal untuk menghindari para pemangsa seperti elang, rajawali, serigala, anjing hutan, ular serta musang.
14) Ordo Sirenia
Ordo ini memiliki ciri-ciri diantaranya, mempunyai suhu tubuh yang tetap, bernafas dengan paru-paru, memberi makan anaknya induk betina dengan cara menyusui, memiliki badan yang cukup besar menyerupai kapal selam dengan panjang badan, berwarna abu-abu kebiruan dengan kulit yang tebal sekitar satu inchi atau keras dan licin, rambut pada badannya lebih pendek dan sedikit dibandingkan dengan rambut yang terdapat disekitar mulutnya, tidak memiliki paruh seperti ikan lumba-lumba, memiliki mata dan kuping yang kecil yang juga berarti kurang memiliki pendengaran dan penglihatan yang tajam, hidup dan berkembang biak di perairan laut yang dangkal dan tenang yang banyak ditumbuhi oleh lamun dan memiliki sifat monogamy dan berkembang biak sangat lambat.
Ordo ini mencakup dua famili, yakni famili Dugongidae dengan contoh spesies Helicore dugong dan famili Manatae dengan contoh Trichechus trichechidae.
Dugong atau di kenal dengan nama Dugong dugon, adalah mamalia laut besar yang menghabiskan seluruh hidupnya di laut. Dugong tumbuh sebagai hewan pemakan lamun (seagrass). Panjang dugong di perkirakan sampai 3 meter dan berat sampai 400 kg. Dugong berenang pada dekat permukaan perairan dan sesekali menyelam pada dasar peraira, pola renang dugong memang sedikit lebih unik dengan pergerakan yang lambat dengan menggerakkan ekor nya keatas dan ke bawah dan sesekali muncul pada permukaan perairan untuk mengambil udara (hampr mirip dengan pergerakan ikan paus besar. Dugong memiliki semacam rambut yang tumbuh di sekitar mulut (mirip kumis kucing). ugong umumnya bermigrasi pada tempat-tempat tertentu untuk mencari makan dan menyebar pada daerah-daerha tropis dunia (lihat penjelasan tentang Konservasi Dugong di web ini). Penyebaran dugong ini umumnya sangat tergantung pada lingkungan perairan dan terutama sumber makanan yang berupa habitat alami beberapa jenis seagrass seperi Halodule sp., Halophile sp. dan Syringodium sp yang merupakan makanan alami dugong. Atau kita sering menemukan dugong pada lingkungan perairan yang terlindung dari ombak dan arus yang kuat.
15) Ordo Perisodactyla
Anggota ini memiliki ciri diantaranya ukuran tubuh besar, jari-jari bertaracak, jari tengah kaki-kakinya tumbuh membesar dan menjadi tumpuan berat badannya, mamae di daerah inguinal. Ordo ini mencakup dua famili, yaitu famili Tapiridae dengan contoh tapirus indicus dan famili Rhinocerotidae dengan contoh spesies Rhinoceros sondaicus (Badak Jawa).
Badak Jawa lebih kecil daripada sepupunya, badak India, dan memiliki besar tubuh yang dekat dengan badak Hitam. Panjang tubuh badak Jawa (termasuk kepalanya) dapat lebih dari 3,1–3,2 m dan mencapai tinggi 1,4–1,7 m. Badak dewasa dilaporkan memiliki massa antara 900 dan 2.300 kilogram. Penelitian untuk mengumpulkan pengukuran akurat badak Jawa tidak pernah dilakukan dan bukan prioritas. Tidak terdapat perbedaan besar antara jenis kelamin, tetapi badak Jawa betina ukuran tubuhnya dapat lebih besar. Badak di Vietnam lebih kecil daripada di Jawa berdasarkan penelitian bukti melalui foto dan pengukuran jejak kaki mereka.
16) Ordo Artiodactyla
Ordo artiodactyla memiliki ciri, kaki depan dan belakang mempunyai jari sedikitnya satu pasang, umumnya dua pasang, masing-masing jari bertaracak, mamae satu atau beberapa pasang.
Artiodactyla (hewan memamah biak atau hewan berkuku genap, terutama dari subordo Ruminantia) adalah sekumpulan hewan pemakan tumbuhan (herbivora) yang mencerna makanannya dalam dua langkah, pertama dengan menelan bahan mentah, kemudian mengeluarkan makanan yang sudah setengah dicerna dan mengunyahnya lagi. Lambung hewan-hewan ini tidak hanya memiliki satu ruang (monogastrik) tetapi lebih dari satu ruang (poligastrik, harafiah: berperut banyak).
Ordo ini mencakup sejumlah famili antaranya famili Suidae dengan contoh Sus scrofas, famili Bovidae dengan contoh spesies Bos sondaicus, dan famili Cervidae dengan contoh spesies Muntiacus muntjak.
Babi hutan (Sus scrofa) atau celeng adalah nenek moyang babi liar yang menurunkan babi ternak (Sus domesticus). Daerah penyebaran adalah di hutan-hutan Eropa Tengah, Mediterania (termasuk Pegunungan Atlas di Afrika Tengah) dan sebagian besar Asia hingga paling Selatan di Indonesia. Ia termasuk familia Suidae yang mencakup warthog dan bushpig di Afrika, pygmy hog di utara India, dan babirusa di Indonesia.
Berat babi hutan dapat mencapai 200 kg (400 pound) untuk jantan dewasa, serta panjangnya dapat mencapai 1,8 m (6 kaki). Jika terkejut atau tersudut, mereka dapat menjadi agresif - terutama bila betina dewasa sedang melindungi anaknya - dan jika diserang akan mempertahankan dirinya dengan taringnya. Babi hutan sempat punah di Britania pada abad ke-17, tetapi populasinya telah kembali di beberapa tempat terutama di Weald akibat terlepas dari peternakan.



Rangkuman
Mamalia atau binatang menyusui adalah kelas hewan vertebrata yang memilki derajat tertinggi diantara kelompok hewan lainnya. Kelompok mamalia terutama dicirikan oleh adanya kelenjar susu atau mammae, yang pada betina menghasilkan susu sebagai sumber makanan anaknya. Secara filogenetik, yang disebut Mamalia adalah semua turunan dari nenek moyang monotremata (seperti echidna) dan mamalia therian (berplasenta dan berkantung atau marsupial).
Menurut Verma (1979) bahwa kelas mamalia digolongkan dalam 2 subkelas, yakni prototheria dan theria.
1. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting, testes abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo monotremata dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
2. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan puting, testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar. Subkelas ini dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.

C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Sebutkan ciri-ciri dari mamalia
2. Jelaskan dua subkelas pada ordo mamalia
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam diskusi
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi ini merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Ciri-ciri mamalia
a. Tubuh biasanya diliputi bulu atau rambut yang lepas secara periodik, kulit banyak mengandung kelenjar, yaitu kelenjar sebacius, keringat, bau dan susu.
b. Cranium (tulang tempurung kepala) memiliki dua occipitale condyle; vertebrae leher biasanya terdiri atas 7 ruas, ekor biasanya panjang dan dapat digerak-gerakkan.
c. Regionalis (bagian dari hidung) umumnya silindris; mulutnya mengandung gigi (jarang tidak terdapat) yang tertanam dalam kantong (alveola); gigi itu terletak pada kedua belah rahang dan berdeferensiasi sesuai dengan makananya, lidah mudah digerak-gerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan memiliki pelupuk mata yang mudah digerakkan; alat pendengar memiliki daun telinga.
d. Memiliki empat anggaota atau kaki (kecauali anjing laut dan singa laut tidak memiliki kaki belakang); masing-masing kaki memiliki kurang lebih 5 jari yang bermacam-macam yang disesuaikan dengan keperluan berjalan, lari, memanjat, membuat lubang, berenang atau meloncat, jari-jari berkait tanduk atau berkuku atau berteracak dengan bantalan-bantalan daging.
e. Cor (jantung) sempurna terbagi atas empat ruangan (dua auricular, dua ventricular); hanya archus aorticus sinistrum masih ada; erythrocytnya tidak berinti, biasanya bulat.
f. Pernafasanya hanya dengan pulmo (paru-paru), larynx mempunyai tali suara; memiliki musculus diaphragmaticus yang sempurna memisahkan pulmo dan cor dengan rongga abdominalis.
g. Memiliki vesica urinaria; hasil eksresi berupa cairan urine.
h. Memilliki 12 nervi cranialis; otak berkembang baik, kedua celebrum dan cerebellum besar.
i. Suhu tubuh tetap (homoiothermis).
j. Pada hewan jantan memiliki alat kopulasi berupa penis; testis umumnya terdapat dalam scrotum yang terletak diluar abdomen. Fertilisasi terjasi didalam; telur biasanya kecil tanpa cangkok dan tinggal dalam uterus untuk tumbuh selanjutnya; memiliki membrana embryonic (amnion, chorion, dan alanthois); biasanya memiliki placenta yang menghubungkan embryo dengan dinding uterus yang digunakan untuk nutrisi dan respirasi; anaknya diasuh setelah lahir dan disusui.
2. Subkelas pada ordo mamalia
a. Subkelas Prototheria
Anggota subkelas ini mempunyai ciri-ciri; tidak punya daun telinga, hewan muda bergigi setelah dewasa berparuh, mempunyai kloaka, kelenjar susu tanpa puting, testes abdominal, bersifat ovipar. Subkelas ini mempunyai satu ordo, yakni ordo monotremata dengan contoh spesies Ornithorhynchus dan Echidna
b. Subkelas Theria
Anggota ini memiliki ciri-ciri; umumnya mempunyai daun telinga, gigi-gigi terdapat pada hewan muda maupun dewasa, tanpa kloaka, kelenjar susu dengan puting, testes umumnya di dalam kantung buah zakar, dan bersifat vivipar. Subkelas ini dibedakan atas 2 infrakelas, yaitu metatheria dan eutheria.

e. Referensi
1. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Celurut, diakses tanggal 2 Desember 2009)
2. Anonim. 2009. (Tersedia di : http://id.wikipedia.org/wiki/Primata, diakses tanggal 2 Desember 2009)
3. Hudha, Atok Miftahul. 2009. (Tersedia di : http://ugeex.blogspot.com/2009/03/ mamalia. html, diakses tanggal 2 Desember 2009)
4. Jasin, Maskoeri. 1984. Sistematika Hewan (Invertebrata dan Vertebrata). Surabaya : Sinar Wijaya.
5. Latjompoh, M. 2006. Bahan Ajar Mata Kuliah Zoologi Vertebrata. Gorontalo : Universitas Negeri Gorontalo.
6. Soesilo. 1987. Biosistematika. Jakarta : Karunika.
7. --------. 2002. Praktikum Taksonomi Vertebrata. Jakarta : UT
8. Sukiya. Biologi Vertebrata. 2003. IMSTEP

f. Senarai
1. Mamae = kelenjar susu
2. Nocturnal = aktif pada malam hari
3. Diurnal = aktif pada siang hari

Tidak ada komentar:

Posting Komentar