Halaman

Jumat, 17 Desember 2010

Keankeragaman

BAB VIII
KEANEKARGAMAN

A. Pendahuluan
Deskripsi singkat
Bab ini akan menguraikan tentang tujuan dan mnafaat klasifikasi, dasar-dasar klasifikasi, sistem-sistem klasifikasi, tata nama makhluk hidup
Relevansi
Pembahasan pada bab ini merupakan pengetahuan awal untuk memahami penggolongan organisme sesuai ciri yang dimiliki serta untuk memahami tingkat perbedaan organisme yang paling primitif sampai yang paling maju.
Kompetensi Dasar
Mahasiswa dapat menjelaskan tentang keanekaragaman.
B. Penyajian
Uraian dan contoh
Makhluk hidup yang ada di bumi ini sangat banyak dan sangat beranekaragam. Bila makhluk hidup itu kita pilih sebagai objek studi, maka menghadapi objek studi yang begitu besar jumlahnya dan sangat beranekaragam, maka tidak ada jalan lain kecuali mengadakan klasifikasi. Klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, dan daerah penyebaran, hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki
8.1 Tujuan dan Manfaat Klasifikasi
Untuk menyederhanakan begitu banyaknya jenis makhluk hidup sehingga mudah dipelajari, maka dikembangkan cabang Biologi khusus yang disebut Taksonomi. Taksonomi merupakan ilmu tentang identifikasi tatanama dan klasifikasi makhluk hidup berdasarkan aturan tertentu. Klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk:
a. mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal;
b. mengelompokkan makhluk hidup berdassarkan ciri-cirinya;
c. mengetahui hibungan kekerabatan antar makhluk hidup;dan
d. mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
Sedangkan klasifikasi memiliki manfaat penting yang dapat langsung diterapkan bagi kepentingan manusia, yaitu:
a. Pengelompokan memudahkan kita mempelajari organisme yang beraneka ragam.
b. Klasifikasi dapat digunakan untuk melihat hubungan kekerabatan antar makhluk hidup yang satu dengan yang lain. Sebagai contoh : harimau memiliki hubungan kekerabatan yang lebih dekat dengan kucing daripada dengan komodo, karena harimau dan kucing memiliki banyak persamaan ciri-ciri, misalnya: harimau dan kucing sama-sama menyusui, bertulang belakang, berkaki empat, karnivor dan berambut. Sedangkan komodo bertelur, berkaki empat, kulit bersisik dan melata.
8.2 Dasar-Dasar Klasifikasi
Kegiatan klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Untuk itu perlu dicari cara yang paling baik, yaitu dengan melakukan pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup. Jadi tujuan klasifikasi makhluk hidup adalah menyederhanakan obyek kajian, sekaligus mempermudah dalam mengenali keanekaragaman makhluk hidup.
Bagaimanakah cara klasifikasi makhluk hidup? Sejak zaman prasejarah manusia sudah melakukan pengelompokan makhluk hidup. Ada kelompok hewan berbisa dan tidak berbisa, kelompok hewan pemangsa dan yang dimangsa, serta hewan yang berguna dan merugikan bagi manusia. Demikian juga tumbuhan, ada tumbuhan obat-obatan, dan tumbuhan penghasil pangan. Selain itu ada pula tumbuhan sayur-sayuran dan buah-buahan serta umbi-umbian.
Anda dapat melakukan pengelompokan makhluk hidup seperti di atas. Melalui pengamatan di lingkungan sekitar, Anda dapat mengelompokkan hewan berkaki dua dan berkaki empat, serta hewan pemakan rumput dan pemakan daging. Demikian pula pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan buah-buahan, sayur-sayuran dan sebagainya.
Pengelompokan makhluk hidup dapat pula kita lihat dalam kehidupan sehari-hari. Misalnya, di pasar ada kelompok sayuran, buah-buahan, hewan ternak dan lain-lain. Hal ini dilakukan untuk memudahkan kita memperolehnya serta memanfaatkannya.
Berdasarkan contoh-contoh di atas, maka pengelompokan atau klasifikasi makhluk hidup pada zaman prasejarah, antara lain berdasarkan manfaat bagi manusia.
Perkembangan selanjutnya, para ilmuwan telah mengembangkan cara pengelompokan makhluk hidup yang lebih baik dan lebih maju dibandingkan dengan cara-cara pengelompokan pada zaman prasejarah. Contoh Aristoteles (384 – 322 SM), mengelompokkan makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan. Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak dan pohon. Sedangkan hewan digolongkan menjadi vertebrata dan avertebrata. John Ray (1627 – 1708), merintis pengelompokkan makhluk hidup kearah grup-grup kecil. Ia telah melahirkan konsep tentang jenis dan spesies. Carolus Linnaeus (1707 – 1778), mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan pada kesamaan struktur. Ia juga mengenalkan pada system tata nama makhluk hidup yang dikenal dengan binomial nomenklatur. Pada tahun 1969 R.H Whittaker mengelompokkan makhluk hidup menjadi 5 (lima) kingdom/kerajaan, yaitu Monera (bakteri dan ganggang biru); Protista (ganggang dan protozoa); Fungi (jamur); Plantae (tumbuhan); dan Animalia (hewan).
Masing-masing kingdom/kerajaan makhluk hidup dibagi-bagi menjadi Divisio/Divisi untuk tumbuhan dan Phylum/Filum untuk hewan. Setiap Divisi atau Filum terbagi menjadi kelompok-kelompok yang lebih kecil. Demikian dan seterusnya. Setiap kelompok yang terbentuk dari hasil klasifikasi makhluk hidup, disebut Takson. Lahirlah istilah taksonomi (takson = kelompok, nomos = hukum), atau juga disebut sistematika (susunan dalam suatu system). Berdasarkan uraian diatas dapat ditafsirkan, bahwa para ilmuwan mengelompokan makhluk hidup beerdasarkan banyaknya persamaan dan perbedaan baik morfologi, fisiologi, dan anatominya. Makin banyak persamaan, dikatakan makin dekat hubungan kekerabatannya.
Makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang disebut spesies atau jenis.
Contohnya: Spesies kucing (Felis domestica)
Spesies harimau (Felis tigris)
Beberapa spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia (suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas). Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.
Dengan cara demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson. Semakin tinggi kedudukan suatu takson maka semakin sedikit persamaan ciri tetapi semakin banyak jumlah anggotanya. Sebaliknya, semakin rendah kedudukan takson, semakin banyak persamaan ciri, tetapi jumlah anggotanya sedikit. Untuk membantu memahami uraian di atas, perhatikan Gambar 48.

Gambar 48. Urutan Takson
Bagaimanakah penempatan takson pada penulisan klasifikasi? Untuk mendapat gambaran susunan takson dalam penulisan sistem klasifikasi, Anda dapat mengamati contoh berikut:
a. Klasifikasi hewan kucing
Kerajaan(Kingdom) : Animalia
Filum (Phylum) : Chordata
Kelas (Classis) : Mamalia
Bangsa (Ordo) : Carnivora
Suku (Familia) : Felidae
Marga (Genus) : Felis
Jenis (Spesies) : Felis catus (kucing)
b. Klasifikasi tumbuhan padi
Kerajaan (Kingdom) : Plantae
Divisi (Divisio) : Spermatophyta
Kelas (Classis) : Monocotyledoncae
Bangsa (Ordo) : Poales
Suku (Familia) : Poaceae
Marga (Genus) : Oryza
Jenis (spesies) : Oryza sativa (padi)
Sesuai dengan perkembangan klasifikasi, maka pengelompokkan atau klasifikasi makhluk hidup tidak lagi berdasarkan manfaatnya tetapi sudah berdasarkan ciri-ciri morfologi,anatomi dan fisiologinya.
8.3 Sistem-Sistem Klasifikasi
Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat 3 (tiga) system klasifikasi makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial (Buatan), Sistem Alami, dan Sistem Filogenetik.
a. Sistem Artifisial atau Buatan
Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya. Misalnya klasifikasi tumbuhan dapat menggunakan dasar habitat (tempat hidup), habitus atau berdasarkan perawakan (berupa pohon, perdu, semak, ternak dan memanjat).
Tokoh sistem Artifisial antara lain Aristoteles yang membagi makhluk hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan (plantae) dan hewan (animalia). Ia pun membagi tumbuhan menjadi kelompok pohon, perdu, semak, terna serta memanjat. Tokoh lainnya adalah Carolus Linnaeus yang mengelompokkan tumbuhan berdasarkan alat reproduksinya.
b. Sistem Alami
Klasifikasi sistem alami dirintis oleh Michael Adams dan Jean Baptiste de Lamarck. Sistem ini menghendaki terbentuknya kelompok-kelompok takson yang alami. Artinya anggota-anggota yang membentuk unit takson terjadi secara alamiah atau sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam.
Klasifikasi sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar. Contoh, hewan berkaki dua, berkaki empat, tidak berkaki, hewan bersayap, hewan bersirip, hewan berbulu, bersisik, berambut dan lain-lain. Sedangkan pada tumbuhan, ada kelompok tumbuhan berkeping biji satu, berkeping biji
c. Sistem Filogenetik
Klasifikasi sistem filogenetik muncul setelah teori evolusi dikemukakan oleh para ahli biologi. Pertama kali dikemukakan oleh Charles Darwin pada tahun 1859. Menurut Darwin, terdapat hubungan antara klasifikasi dengan evolusi.
Sistem filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya. Selain mencerminkan persamaan dan perbedaan sifat morfologi dan anatomi maupun fisiologinya, sistem ini pun menjelaskan mengapa makhluk hidup semuanya memiliki kesamaan molekul dan bio kimia, tetapi berbeda-beda dalam bentuk susunan dan fungsinya pada setiap makhluk hidup.
Jadi pada dasarnya, klasifikasi sistem filogenetik disusun berdasarkan persamaan fenotip yang mengacu pada sifat-sifat bentuk luar, faal, tingkah laku yang dapat diamati, dan pewarisan keturunan yang mengacu pada hubungan evolusioner sejak jenis nenek moyang hingga cabang-cabang keturunannya.
Perhatikan Gambar 49, pohon filogenetik hewan dan filogenetik tumbuhan yang menunjukkan urutan evolusi pada hewan dan pada tumbuhan.

Gambar 49. Pohon Filogenetik Hewan dan Tumbuhan
8.4 Tata Nama Makhluk Hidup
Dalam kehidupan Anda, mungkin sering menemukan suatu jenis makhluk hidup, misalnya tanaman mangga dalam bahasa Indonesia memiliki nama yang berbeda-beda. Misalnya orang Jawa Tengah menyebutnya pelem, paoh bagi orang Jawa Timur, sedangkan di Sumatera Barat disebut pauh. Contoh lain, pisang dalam bahasa Indonesia, di Jawa Barat disebut cau, sedangkan di Jawa Tengah dinamakan gedang. Nama mangga dan pisang dapat berbeda-beda menurut daerah masing-masing, dan hanya dimengerti oleh penduduk setempat.
Agar nama-nama tersebut dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin atau lebih dikenal dengan istilah Tatanama Binomial. Tatanama binomial (binomial berarti 'dua nama') merupakan aturan penamaan baku bagi semua organisme (makhluk hidup) yang terdiri dari dua kata dari sistem taksonomi (biologi), dengan mengambil nama genus dan nama spesies. Penamaan organisme pada saat ini diatur dalam Peraturan Internasional bagi Tatanama Botani (ICBN) bagi tumbuhan, beberapa alga, fungi, dan lumut kerak, serta fosil tumbuhan; Peraturan Internasional bagi Tatanama Zoologi (ICZN) bagi hewan dan fosil hewan; dan Peraturan Internasional bagi Tatanama Prokariota (ICNP). Aturan penamaan dalam biologi, khususnya tumbuhan, tidak perlu dikacaukan dengan aturan lain yang berlaku bagi tanaman budidaya (Peraturan Internasional bagi Tatanama Tanaman Budidaya, ICNCP).
Upaya memberi nama ilmiah makhluk hidup yang dirintis oleh para ilmuwan meliputi ketentuan pemberian nama takson jenis. Di samping juga tata nama untuk takson Marga dan Suku.
a. Nama Jenis
Nama jenis untuk hewan maupun tumbuhan harus terdiri atas dua kata tunggal (mufrad) yang sudah dilatinkan. Misalnya, tanaman jagung nama spesiesnya (jenis) Zea mays. Burung merpati nama spesiesnya Columbia livia. Kata pertama merupakan nama marga (genus), sedangkan kata kedua, merupakan petunjuk spesies atau petunjuk jenis. Dalam penulisan nama marga, huruf pertama dimulai dengan huruf besar, sedangkan nama petunjuk jenis, seluruhnya menggunakan huruf kecil. Selanjutnya setiap nama jenis (spesies) makhluk hidup ditulis dengan huruf cetak miring atau digaris-bawahi agar dapat dibedakan dengan nama atau istilah lain. Contoh :
Nama jenis tumbuhan : Oryza sativa
1 2

Nama jenis hewan : Elephas indicus
1 2

yang merupakan nama jenis adalah seluruhnya (1 + 2). 1 adalah nama marga (genus) yang membawahi jenis itu, 2 adalah petunjuk jenis (epitheton specificum). Hanya huruf pertama (O dan E) yang ditulis dengan huruf besar, sedangakan petunjuk jenis dengan huruf kecil semua meskipun berasal dari nama daerah atau nama orang.
Penerpana system nama ganda bagi jenis-jenis tumbuhan dilakukan secara konsisten, sehingga nama jenis tumbuhan terdiri atau lebih dari dua kata, maka kata kedua dan berikutnya harus disatukan atau ditulis dengan tanda penggandeng, seperti contoh berikut.
Hibiscus rosa sinensis (kembang sepatu) harus ditulis
Hibiscus rosasinensis atau Hibiscus rosa- sinensis
Ketentuan lain yang berlaku bagi nama jenis tumbuhan ialah bahwa nama jenis tumbuhan tidak boleh memuat lambang, sperti pada contoh berikut ini.
Veronica anagallis V
Lambang yang dalam contoh ini dibaca “aquatica”, harus ditranskripsikan, sehingga nama jenis nama tumbuhan harus ditulis sebagai berikut.
Veronica anagallis- aquatica atau Veronica anagallis-aquatica
Selain itu, bagi nama jenis tumbuhan ada ketentuan bahwa nama itu tidak boleh suatu tautonim, yaitu nama yang terdiri atas 2 kata yang persis sama atau 2 kata yang hamper sama, misalnya :
Linaria linaria ( 2 kata yang persis sama)
Boldu boldus (2 kata yang hamper sama)
Dalam hal yang demikian, petunjuk jenisnya harus diganti dengan kata lain. Ketentuan lain yang berlaku bagi tumbuhan adalah bahwa dalam mempublikasikan suatu nama takson baru, nama tersebut harus disertai candra (deskripsi) atau sekurang-kurangnya diagnosis (candra yang disingkat) yang disusun dalam bahasa Latin.
Bagi tumbuhan, ketentuan yang berlaku dalam pemberian nama takson di bawah tingkat jenis (anak jenis, varietas, dst) adalah bahwa nama takson di bawah tingkat jenis terdiri atas nama jenis disusul dengan nama istilah takson di bawah tingkat jenis dimaksud (biasanya dalam bentuk singkatan), diikuti kemudian oleh petunjuk takson di bawah tingkat jenis tadi. Dalm contoh berikut diberikan nama suatu varietas rosella.
Hibiscus sabdariffa var. alba (rosella varietas hijau)
1 2 3 4
Nama varietas rosella ini ialah seluruhnya (1+2+3+4), terdiri atas nama jenis (1+2), istilah takson untuk di bawah tingkat jenis yang dimaksud, dalam contoh ini varietas yang disingkat dengan var (3), dan petunjuk untuk varietas, dalam contoh ini adalah kata alba (4). Jadi pada tumbuhan kombinasi nama tersebut dimaksudkan untuk takson yang mana, karena istilah untuk takson yang dimaksud harus secara eksplisit dinyatakan.
Mengenai pemberian nama kepada jenis hewan, jika dibandingkan dengan ketentuan yang berlaku dalam penamaan tumbuhan, terdapat beberapa perbedaan, antara lain bahwa pada hewan masih dibenarkan adanya tautonim untuk jenis, misalnya
Merula merula (burung merel)
Gallus gallus (ayam)
Dan bahasa pada publikasi nama takson hewan yang baru yang orsinil, tidak perlu deskripsi atau diagnosisnya ditulis dalam bahasa Latin, tetapi boleh dalam salah satu bahasa modern (Inggris, Perancis dan Jerman).
Nama-nama hewan yang kita jumpai dalam bentuk kombinasi tiga nama (trinomial) bukan dimaksud sebagai nama jenis, melainkan sebagai nama takson hewan di bawah tingkat jenis, yakni nama anak jenis (subspecies), misalnya :
Felis maniculata domestica (kucing jinak)
Passer montanus niloticus (burung gereja dari lembah sungai Nil)
b. Nama Marga (Genus)
Nama marga tumbuhan maupun hewan terdiri atas suku kata yang merupakan kata benda berbentuk tunggal (mufrad). Huruf pertamanya ditulis dengan huruf besar. Contoh, marga tumbuhan Solanum (terong-terongan), marga hewan Felis (kucing), dan sebagainya.

c. Nama Suku (Familia)
Nama-nama suku pada umumnya merupakan suku kata sifat yang dijadikan sebagai kata benda berbentuk jamak. Biasanya berasal dari nama marga makhluk hidup yang bersangkutan. Bila tumbuhan, maka ditambahkan akhiran aceae. Contoh, nama suku Solanaceae, berasal dari kata Solanum + aceae. Tetapi bila hewan ditambahkan dengan idea. Contoh, nama suku Felidae, berasal dari kata Felis + idea.
d. Nama Ordo (Bangsa)
Ordo merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa famili.
a. Nama Clasis (Klas)
Merupakan beberapa ordo yang memiliki persamaan ciri dimasukkan ke dalam satu klas.
e. Nama Phylum (Filum) atau Devisio (Devisi)
Filum merupakan tingkatan takson yang menghimpun beberapa klas memiliki persamaan ciri-ciri. Filum atau Devisi digunakan untuk menunjuk suatu kelompok makhluk hidup yang sebagian besar cirinya sama.
Selain nama ilmiah dikenal juga istilah nama biasa (common name), yang berbeda-beda menurut bahasa yang dipakai dan lazimnya bersifat setempat, oleh karena itu sering juga disebut nama local (local name) atau nama daerah (vernacular name). Bila kedua nama tersebut diatas kita bandingkan akan kita temukan beberapa perbedaan-perbedaan (lihat Tabel ). Sekalipun dalam segi ilmiah nama biasa mempunyai banyak kelemahan, namun tidak berarti nama biasa tidak usah dipakai, jadi boleh diabaikan saja. Dalam satu wilayah tertentu, nama-nama biasa untuk berbagai jenis tumbuhan dan hewan kadang-kadang cukup mantap dan tidak meragukan. Oleh karena itu, nama biasa tetap perlu dipertahankan, karena kadang-kadang memang hanya nama itulah yang diketahui, sedang nama ilmiahnya tidak atau belum ada.



Tabel . Perbedaan Tata Nama Ilmiah dan Tata Nama Biasa
Nama Ilmiah Nama Biasa
a) Diatur dalam kode Internasional tata nama
b) Dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin
c) Berlaku internasional
d) Kadang-kadang sukar dilafalkan
e) Memberikan indikasi untuk kategori takson yang mana nama itu diberikan
f) Untuk setiap takson dengan definisi, posisi dan tingkat tertentu hanya ada satu nama yang besar (correct) 1. Tidak jelas untuk kategori takson yang mana nama itu diberikan
2. Salah satu takson dapat mempunyai lebih dari satu nama yang berbeda-beda menurut bahasanya yang menyebutkan

Rangkuman
Klasifikasi adalah pengelompokan makhluk hidup berdasarkan persamaan persamaan ciri, cara hidup, tempat hidup, dan daerah penyebaran, hingga dapat disusun takson-takson secara teratur mengikuti suatu hierarki. Klasifikasi yang dilakukan oleh para ahli Biologi bertujuan untuk:
a. mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal;
b. mengelompokkan makhluk hidup berdassarkan ciri-cirinya;
c. mengetahui hibungan kekerabatan antar makhluk hidup;dan
d. mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya.
Kegiatan klasifikasi tidak lain adalah pembentukan kelompok-kelompok makhluk hidup dengan cara mencari keseragaman ciri atau sifat di dalam keanekaragaman ciri yang ada pada makhluk hidup tersebut. Makin sedikit persamaannya, makin jauh kekerabatannya. Makhluk hidup yang memiliki banyak persamaan ciri, dapat saling kawin dan menghasilkan keturunan yang fertile (subur), maka makhluk ini dimasukkan ke dalam suatu kelompok (takson) yang disebut spesies atau jenis. Dengan cara demikian maka terbentuklah tingkatan klasifikasi atau tingkatan takson, yaitu spesies atau jenis yang berkerabat dekat dapat dikelompokkan de dalam takson Familia (suku). Familia yang berkerabat dekat membentuk Ordo (bangsa), dan Ordo-ordo yang berkerabat dekat dikelompokkan ke dalan Classis (kelas). Kelas-kelas yang berkerabat dikelompokkan ke dalam Phylum (Filum) untuk hewan, pada tumbuhan disebut Divisio atau Divisi. Semua Filum dan atau Divisi yang berkerabat membentuk Kingdom atau kerajaan.
Sistem klasifikasi makhluk hidup terus berkembang sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, khususnya Taksonomi. Saat ini diketahui terdapat 3 (tiga) system klasifikasi makhluk hidup, yaitu Sistem Artifisial (Buatan), Sistem Alami, dan Sistem Filogenetik.
Agar nama-nama hewan dan tumbuah dimengerti oleh semua orang, maka setiap jenis makhluk hidup perlu diberi nama ilmiah dengan menggunakan nama latin atau lebih dikenal dengan istilah Tatanama Binomial.
C. Penutup
a. Pertanyaan
1. Apa tujuan dari klasifikasi pada makhluk hidup
2. Jelaskan 3 jenis sistem klasifikasi makhluk hidup.
3. Sebutkan perbedaan antara nama ilmiah dan nama biasa
b. Umpan balik
Anda dapat menguasai materi ini dengan baik jika memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
- Membaca bahan atau materi yang relevan dengan materi yang akan dibahas.
- Aktif dalam tanya jawab sehubungan dengan materi yang dibahas.
- Mengerjakan latihan.
c. Tindak lanjut
- Apabila mahasiswa dapat menyelesaikan 80% pertanyaan di atas, maka mahasiswa tersebut dapat melanjutkan ke bab selanjutnya, sebab materi pengenalan mikrobiologi merupakan dasar untuk bab-bab selanjutnya.
- Jika ada di antara mahasiswa ada yang belum mencapai penguasaan 80% dianjurkan untuk:
• Mempelajari kembali topik di atas dari awal.
• Berdiskusi dengan teman terutama hal-hal yang belum dikuasai.
• Bertanya kepada Dosen jika ada hal-hal yang tidak jelas dalam penyampaian materi atau diskusi.
d. Kunci Jawaban
1. Tujuan klasifikasi makhluk hidup
a. mendeskripsikan ciri-ciri makhluk hidup untuk membedakan tiap-tiap jenis, agar mudah dikenal;
b. mengelompokkan makhluk hidup berdassarkan ciri-cirinya;
c. mengetahui hibungan kekerabatan antar makhluk hidup;dan
d. mengetahui evolusi makhluk hidup atas dasar kekerabatannya
2. Macam-macam klasifikasi makhluk hidup
a. Sistem Artifisial adalah klasifikasi yang menggunakan satu atau dua ciri pada makhluk hidup. Sistem ini disusun dengan menggunakan ciri-ciri atau sifat-sifat yang sesuai dengan kehendak manusia, atau sifat lainnya.
b. sistem alami menggunakan dasar persamaan dan perbedaan morfologi (bentuk luar tubuh) secara alami atau wajar.
c. Sistem filogenetik disususn berdasarkan jauh dekatnya kekerabatan antara takson yang satu dengan yang lainnya.
3. Perbedaan nama ilmiah dan nama biasa
Nama Ilmiah Nama Biasa
a. Diatur dalam kode Internasional tata nama
b. Dalam bahasa yang diperlakukan sebagai bahasa Latin
c. Berlaku internasional
d. Kadang-kadang sukar dilafalkan
e. Memberikan indikasi untuk kategori takson yang mana nama itu diberikan
f. Untuk setiap takson dengan definisi, posisi dan tingkat tertentu hanya ada satu nama yang besar (correct) a. Tidak jelas untuk kategori takson yang mana nama itu diberikan
b. Salah satu takson dapat mempunyai lebih dari satu nama yang berbeda-beda menurut bahasanya yang menyebutkan

e. Referensi
Anonim. 2009. http://www.e-dukasi.net/mol/mo_full.php?moid=88& fname= kb3hal42.htm (Diakses tanggal 24 Oktober 2009)
Anonim. 2009. http://wawan-junaidi.blogspot.com/2009/06/sistem-tata-nama-makhluk- hidup.html (Diakses tanggal 24 Oktober 2009)
Anonim. 2009. http://id.wiki.detik.com/wiki/Tata_nama_binomial (Diakses tanggal 24 Oktober 2009)
Winatasasmita, D. 1992. Materi Pokok : Biologi Umum. Jakarta : Universitas Terbuka

f. Senerai
- Binomial = dua nama
- Trinomial = tiga nama
- Candra = deskripsi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar